44 : This Is Me

297 41 6
                                    

"Aku pikir tidak akan datang," Dia senang First datang menjemput dia di bandara, walaupun dia harus menunggu selama 5 jam.

Perth sudah menghubungi First tuk mengatakan kalau Jaa pergi ke The World Kingdom untuk menjemput dia. Jika First bersedia memaafkan Jaa serta memulai baru dengan Jaa, maka dia harus menjemput Ja di bandara.

First mengulum bibir bawahnya seraya memainkan jemari tangannya sendiri. Dia tidak berani menatap manik gelap Jaa, terlebih iris gelap mengarah lurus kearah perutnya yang sudah sedikit membuncit.

Jaa tersenyum melihat First baik-baik saja, rindunya dia. Dia belai surai hitam First yang membuat First terperanjat kaget. Dia ingin melangkah mundur tapi tidak berani.

Ada banyak hal yang ingi Jaa tanyakan, tapi dia tahan, lagipula dia sudah bertemu dengan First.

"Apa Abang akan terus menunggu ku di sini jika aku tidak datang?"

Jaa mengangguk menatap lembut First yang masih takut menatap balik manik gelapnya.

Tangan Kanan Jaa masih membelai lembut kepala First lalu sekarang beralih memegang dagunya.

Cup, dia mengecup bibir ranum omega di hadapannya, ingin dia peluk tapi tangan kirinya masih belum leluasa untuk bergerak bebas.

"Sudah berapa bulan?" Lembutnya dia bertanya kepada yang tertegun karena Jaa tahu dia hamil. "Mungkin dia tahu dari Perth," Pikir dia dalam hati. Sejujurnya dia masih ragu untuk memulai awal baru dengan Jaa, takut dia Jaa masih seperti dulu. Hanya menginginkan tubuhnya.

"Jalan 5 bulan..." Jelas First kikuk, masih takut dia walaupun sampai saat ini Jaa tak pernah beranjak dari hatinya.

"Sudah di USG?"

First menggeleng, lalu dia menunduk, dia belum terbiasa dengan perlakuan Jaa yang lembut.

Sempat terjadi keheningan diantara keduanya, hanya sebentar.

"Aku lapar, aku mau makan Sup iga," Ucap First begitu saja saat dia mencium aroma daging panggang dari restoran seberang mereka.

Jaa tersenyum, lalu meminta dia orang pelayan dia untuk mencari restoran yang menjual sup iga paling enak di negara ini.

"Ayo!" Ajak Jaa sembari mengulurkan tangannya pada First. First sempat melihat huluran tangan itu sebelum dia raih, dia nyaman berjalan bersama Alpha yang sudah lama dia rindukan, terutama sentuhannya.

"Setelah makan, kita pergi ke rumah sakit ya untuk USG. Besoknya kita pergi ke toko perhiasan untuk beli cincin nikah kita. Lanjut beli baju pengantin karena mengenai pesta pernikahan, mama Pinnara yang akan atur. Kita tunggu beresnya saja. Ouh ya, kemungkinan besar kita nikah bareng dengan Meen dan Perth. Kamu tidak masalah kan dengan hal itu? Jika kamu tidak suka, aku bisa minta mama untuk merubah..."

"Stop, stop! Nikah? Maksud Abang apa?" Sela First gagal paham mendengar perkataan Jaa yang tidak ada jedanya. Entah karena terlalu bersemangat atau apa, yang jelas First tidak mengerti. Mereka baru bertemu dan sudah diajak nikah saja.

Jaa mengangguk, melihat reaksi First membuat tatapan matanya menjadi sendu. Dia pikir dia terlalu tergesa-gesa, tapi jika tidak segera dia nikahi First, maka bagaimana dengan bayi yang ada perut First.

Mata coklat itu bergetar, dia tidak percaya Jaa akan menikahinya. Segera dia kendalikan dirinya supaya tetap tenang tuk menutupi perasaannya yang bahagia.

"Aku mungkin bukan pria yang baik, tapi aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu seorang, dan ayah yang hebat untuk anak-anak kita," Ungkap Jaa tidak akan memaksa First untuk menerima lamarannya, sekarang dia hanya ingin omega cantik dihadapannya ini bahagia.

My Alpha - EndDove le storie prendono vita. Scoprilo ora