Bagian 40: Penyesalan & Tragedi

27.9K 1.6K 348
                                    

Cerita ini murni pemikiran aku sendiri ya!!  Jadi buat kalian yang punya jiwa-jiwa plagiat mending out deh dari lapak aku!! Kasih tahu aku kalau ada typo ya.

Aku Nerima kritik dan saran dari kalian. Tapi, usahakan kata katanya ngga nyinggung siapapun ya. Karena terkadang apa yang kalian sampaikan itu udah benar menurut versi kalian tapi belum tentu untuk versi orang lain kan?? So bijaklah dalam menyampaikan sesuatu supaya kita sama sama enak dan saling menghargai satu dengan yang lainnya.

"Peluk aku lebih erat agar aku tak terluka lagi"

~Claresta Rea Ananta~

Tangan mungil gadis itu meremas handuk kecil yang sebelumnya ia rendam dalam ember yang berisi air hangat untuk sang ayah yang mendadak demam tinggi setelah makan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan mungil gadis itu meremas handuk kecil yang sebelumnya ia rendam dalam ember yang berisi air hangat untuk sang ayah yang mendadak demam tinggi setelah makan malam. Rea, gadis itu dengan telaten menempel kan handuk kecil di kening sang ayah yang menjadi cinta pertama sekaligus luka pertamanya itu. Ia menatap wajah Delon yang terlihat pucat. Tangan mungil itu memijit-mijit lengan kekar sang ayah.

"Ayah jangan sakit dong. Rea sedih tauk!!" Mata Rea tak pernah lepas dari wajah tampan sang ayah yang tertidur pulas mungkin terlalu lelah bekerja.

"Ayah.. Rea cerita boleh ya?? Ayah bobok aja"  Rea menatap sendu wajah Delon kedua matanya memburam dengan air mata yang semakin banyak menumpuk di sana. Ia mencoba tak mengeluarkan isakan agar tak mengganggu tidur sang ayah. Rea hanya ingin bercerita pada sang ayah apa yg terjadi padanya selama di sekolah tentang ia tak memiliki teman, di bully satu sekolah dan hal lainnya.

Ia rasa ini waktu yg tepat untuk ia bercerita pada sang ayah meskipun sang ayah tak mendengar nya karena tertidur setidaknya rasa sesak di hati itu perlahan menghilangkan sebab ia berbagi cerita pada ayahnya.

"Ayah... Ayah tahu nggak kalau aku nggak punya teman di sekolah. Sepi, kalau jam istirahat aku cuma bisa diam aja liat teman lain bercanda sama teman-temannya rasanya sesak ayah". Rea menarik nafasnya untuk mengontrol rasa sesak hatinya. "Rea juga di bully satu sekolah, hehe. Ayah tahu nggak rasanya nggak enak banget di bully bahkan di pukul, di caci maki sama mereka hiks aku kuat banget kan ya meskipun nangis pas di bully mereka hehe tapi ayah harus tahu setidaknya Putri ayah ini kuat untuk bertahan di antara mereka yang membenci aku. Aku nggak tahu alasan mereka benci sama aku. Bahkan Abang nggak bela aku atau berniat nolong aku sama persis ketika ayah mukul aku mereka cuma jadi menonton tanpa di bayar haha". Rea manghapus air matanya. Tangan gadis itu mengusap-usap rambut Delon penuh kelembutan.

IT'S YOU { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang