Bagian 17: Arga (Revisi)

21.8K 1.3K 58
                                    

Cerita ini murni pemikiran aku sendiri ya!! Jadi buat kalian yang punya jiwa-jiwa plagiat mending out deh dari lapak aku!! Kasih tahu aku kalau ada typo ya.

Aku Nerima kritik dan saran dari kalian. Tapi, usahakan kata katanya ngga nyinggung siapapun ya. Karena terkadang apa yang kalian sampaikan itu udah benar menurut versi kalian tapi belum tentu untuk versi orang lain kan?? So bijaklah dalam menyampaikan sesuatu supaya kita sama sama enak dan saling menghargai satu dengan yang lainnya.

"Tidak dibiarkan pergi. Tapi selalu disakiti"

~Yuliani~

Setelah kejadian di kelas tadi sekarang kelima remaja dengan seragam sekolah yang masih melekat ditubuh itu sedang duduk ditepi danau

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah kejadian di kelas tadi sekarang kelima remaja dengan seragam sekolah yang masih melekat ditubuh itu sedang duduk ditepi danau.

Suasana danau yang sejuk dan sepi di sore hari ini membuat mereka betah berlama-lama disana. Sejak tiga puluh menit mereka datang disini tidak ada yang bersuara semuanya hanyut dengan pikiran masing-masing.

Rea yang berada ditengah-tengah antar Abi dan Bintang hanya menatap lurus kearah danau. Ia tidak tahu kenapa mereka membawanya kesini padahal Rea sudah bilang ingin pulang.

"Hidup itu berat, ya??" Suara Ergi jadi pemecah keheningan mereka. "Ibarat hidup itu sebuah buku nggak sih?? Orang tua kita ngasih sampul doang dan isi ceritanya kita yang nulis sendiri. Bagaimana isi cerita itu kita yang bisa ngatur...orang lain nggak punya hak akan itu" Ergi tersenyum menatap tiga sahabatnya dan satu gadis diantara mereka.

"Ho'oh" celetuk Langit yang duduk disamping Bintang. "Kita nggak perlu membuat mereka paham...kita juga nggak perlu buat mereka mengerti. Apa salahnya?? Biarin aja!! Mereka melihat apa yang mereka lihat dan percaya apa yang mereka percaya". Langit menatap hamparan danau dengan udara yang menyapu wajah tampannya memperlihatkan senyum termanis yang ia miliki. "Dan dari banyaknya hal yang kita cintai di dunia, kenapa kita sampai lupa mencintai diri sendiri??". Langit menoleh pada Bintang yang tersenyum mengangguk padanya.

"Sejatinya manusia memang begitu. Mencintai apa yang tidak bisa mereka miliki dan menyanyangi sesuatu yang bisa membuat terluka. Lebih ke nyari penyakit... sesuatu yang nggak ada tapi di ada-adain. So, sakit sendiri, nangis sendiri, ngeluh sendiri, capek sendiri". Bintang terkekeh dengan kalimatnya sendiri.

"Kenapa disaat kita berfikir keras mau ngomong apa agar mereka tak tersinggung dengan omongan kita. Tapi, justru itu tidak berlaku pada mereka deh kayaknya. Aku selalu mikirin setiap omongan yang keluar dari mulut aku supaya nggak nyakitin hati mereka. Tapi, justru aku tidak mendapatkan itu dari mereka. Mereka bilang apa yang ada di benak mereka tanpa mikir itu bisa saja menyakiti orang lain" sambung Rea.

IT'S YOU { END }Where stories live. Discover now