Tentang Samir

10.4K 997 25
                                    

Sebelumnya kita akan sedikit menjelaskan apa itu IED agar kalian pembaca sedikit mengerti kondisi Samir.

IED adalah episode agresif atau ledakan amarah dengan reaksi yang terlalu berlebihan dalam menanggapi situasi. Ledakan amarah pada seseorang ini bisa terus berulang jika tidak ditangani dengan baik. Penyebab seseorang mengeluarkan amarah secara berlebihan. Banyak pendapat juga menyebutkan bahwa pria cenderung memiliki gangguan ini.

Faktor penyebab lain yang bisa memunculkan Intermittent Explosive Disorder pada seseorang:Berusia di bawah 40 tahun sering menerima kekerasan verbal dan fisik sejak kecil memiliki banyak trauma semasa kecil Minim produksi serotonin dalam otak memiliki gangguan kesehatan mental lainnya, seperti ADHD, BPD, dan ASPD Mereka yang mengalami gangguan ini cenderung mengalami depresi, masalah kecemasan, dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.Selain itu, kemarahan yang meletup-letup ini bisa terjadi akibat keadaan yang dialami oleh seseorang.

Begitu lah kondisi Samir sekarang, tujuh tahun lalu menjadi hari terburuk untuk Samir, membuat rasa trauma dan dihantui oleh rasa bersalah setiap saat oleh masa lalunya.

Kembali ke tujuh tanun lalu disaat Samir telah lulus dari pondok pesantren, ia masuk kuliah negri yang dimana perempuan dan laki-laki tidak dipisah. Karena inilah Samir untuk pertama kalinya jatuh hati dengan gadis bernama Aira, gadis ini yang paling berani mendekati Samir padahal Samir beberapa kali tidak pernah meresponnya karena Samir tau tidak baik ada hubungan dengan lawan jenis dan dia hanya ingin fokus dengan kuliahnya. Tapi Aira yang ceria dan selalu memberikan perhatian kepada Samir, berhasil membuat hati laki-laki ini luluh dan Samir tidak ingin berlarut dalam hubungan tidak halal. Dia pun mengatakan niat baiknya ini kepada Abi nya namun respon yang dia dapat tidak sesuai dengan yang diharapkan.

"Ngga! Samir sadarlah usiamu masih sangat muda, dan lagi siapa perempuan itu? dari penampilannya saja tidak menunjukkan seperti muslimah, perempuan seperti itu yang akan kamu jadikan istri? membuat malu keluarga saja!" ucap Abi dengan penuh amarah.

"Tapi Abi, Samir insyaAllah bisa membimbingnya dia gadis yang baik dan penurut. Abi mohon izinkan Samir untuk menikah, agar Samir tidak larut dalam hubungan tidak baik seperti ini." pinta Samir sangat memohon.

Plak

Samir ditampar oleh Abinya untuk pertama kalinya dalam hidup Samir, dia dipukul oleh Abinya.

"Memang paling benar saat itu Abi mengirimmu untuk kuliah di mesir! bukan disini yang membuatmu dipengaruhi oleh setan! kamu seharusnya mencari ilmu bukan istri,"

"Abi, Samir hanya ingin menyempurnakan agama dan beribadah dengan menikah, apa itu salah? Samir tidak akan melalaikan tugas Samir tapi izinkan Samir untuk menikah,"

"Samir menikah itu ibadah seumur hidup yang membutuhkan ilmu dan biaya, sedangkan kamu cuma dipujuk rayu oleh setan untuk menikah tanpa dasar ilmu dan dibutakan oleh nafsu dengan rasa cinta yang muncul, mau jadi apa rumah tangga tanpa ilmu dan kesiapan."

Samir menunduk menangis, pada dasarnya karena Samir anak bungsu dia memang lebih manja walaupun laki-laki, karena itu sekarang dia benar-benar shock mendapat perlakuan yang sangat kasar dari orang tersayangnya, dari sini sudah mulai menguncang mental Samir.

Sedikit dulu ya masa lalu Samir, nanti kita bahas hal apa yang membuat Samir sangat trauma.

Kembali ke suasana Abi dan Unaza yang sedang berbincang.

"Una, selama setengah tahun ini apa kamu sudah mulai mencintai Samir? apalagi kamu sekarang sudah tau kondisi Samir seperti itu." tanya Abi.

'Kenapa Abi tiba-tiba menanyakan hal itu, aku harus jawab apa ya,'

"Abi, Una mempercayai bahwa mencintai orang yang kita nikahi itu adalah kewajiban. Saat setelah mas Samir membaca ijab qobul, disaat itu juga Una memberikan seluruh cinta Una untuk mas Samir." jawab Una membuat hati Abi benar-benar tersentuh.

"MasyaAllah nak, terima kasih sudah mau mencintai anak Abi dengan tulus. Abi mohon jangan pernah tinggalkan Samir, kalau dia nanti semakin parah kamu harus segera hubungi Abi ya nak." ucap Abi.

"Oh iya Abi, mas Samir takut masuk rumah sakit ya?" tanya Una.

"Iya, sebisa mungkin jangan ajak Samir mendekati rumah sakit. Walaupun nanti Samir sakit jangan pernah ajak Samir masuk rumah sakit." ucap Abi ini membuat Una teringat saat dia diantar oleh Samir ke rumah sakit.

'Pantas saja saat mengantarku ke rumah sakit kemarin mas Samir langsung kambuh, tapi seharusnya kalau dia tau rumah sakit tempat berbahaya untuk dirinya  kenapa tetap mengantarku kerumah sakit.' pikir Una.

Sementara itu Samir dan Ummi  menunggu di parkiran.

"Una dan Abi kemana mi?" tanya Samir.

"Sebentar masih berbincang dengan dokter," jawab Umminya berbohong.

Ummi tak sengaja melihat ada bekas luka dilengan Samir, dia menarik tangan anaknya dan mengelus perlahan memperhatikan garis luka yang tersayat dilengan anaknya.

"Apa kamu melakukannya lagi nak?" tanya Ummi.

Samir langsung menyembunyikan lengannya.

"Kalau ada masalah cerita sama Ummi nak, jangan disimpan sendiri.Ummi ngga mau seperti dulu yang tidak tau apa-apa masalah kamu dan Abimu, Ummi ini ada loh nak."

"Ngga ada masalah apa-apa, Ummi ngga usah khawatir." jawab Samir.

Selesai berbincang panjang lebar, Una dan Abi kembali keparkiran mobil.

"Humaira biar Ummi dan Abi yang urus, kalian besok udah mulai aktifitas lagi. Masalah Shiren Abi yang urus, kalian fokus urusan kalian saja." ucap Abi.

Terlihat raut wajah Una yang agak sedih karena harus berpisah dengan Humaira, Samir menoleh melihat ekspresi Una.

"Kalau gitu hati-hati ya Ummi Abi." ucap Una lalu melihat mobil mertuanya pergi barulah mereka masuk ke mobil.

"Abi marahin kamu ya?" tanya Samir memecah suasana hening mereka.

"Ngga kok," jawab Una.

"Kenapa lama banget? ngapain aja?" tanya Samir.

"Membahas tentang mas Samir," jawab Una dengan polosnya.

"Saya? membahas apa?"

"Kondisi mas Samir," jawan Una lagi tanpa menutupi pembicaraanya dengan Abi tadi.

"Kamu mengatakan semuanya yang saya lakukan kepadamu? tentang isi rumah tangga kita? kamu paham ngga ada hal yang tak seharusnya kamu bicarakan dengan orang tua kita, ngga semuanya harus kamu katakan dengan jujur kepada orang tua kita, rumah tangga kita urusan kita bukan urusan kedua orang tua." ucap Samir dengan wajah yang mulai memerah yang menandakan amarahnya mulai muncul kembali.

"Una paham apa yang pantas dan apa yang tidak pantas untuk dibicarakan dengan orang tua. Tapi kalau bukan dengan orang tua mas Samir, Una harus bertanya dengan siapa mengenai kondisi mas Samir, sampai detik ini mas Samir juga tidak pernah mau menjelaskan tentang kondisi mas, tentang sakit apa yang mas alami."

"Karena memang kamu tidak perlu tau, tentang hal yang seharusnya tidak penting untuk kamu ketahui!" bentak Samir lalu memukul stir mobil membuat Una terkejut.

Una menahan bibirnya untuk melontarkan argumenya karena dia takut Samir bertambah emosi. Dengan mata yang berkaca-kaca dia hanya diam tidak ingin memancing emosi Samir.

"Maaf mas," ucap Una agar meredam amarah Samir dan tidak memperpanjang perdebatan ini, tapi mendengar kata maaf dari Una bukan meredam amarah Samir, dia mengira sekarang Una
sedang mengasihaninya.

"Apa karena sekarang sudah tau penyakit saya, kamu jadi mengasihani saya?" tanya Samir.

"Astaghfirullahaladzim ngga mas, una..." belum selesai Una bicara, Samir secara tiba-tiba mengerem ke pinggir jalan dan memberhentikan mobilnya.

SYIITTT

"Keluar," ucap Samir terdengar sangat dingin.

"Mas," ucap Una sangat memelas karena dia tidak mau turun dari mobil.

Namun Samir tidak merasa kasihan karena sekarang dirinya dibalut dengan emosi yang meledak-ledak, dia turun dari mobil dan langsung menarik Una dengan kasar keluar dari mobil.

"Istighfar ya mas," bisik Una tepat ditelinga Samir lalu dia pasrah untuk turun dari mobil.

ADA BAIKNYA SETELAH MEMBACA BERIKAN VOTE DAN KOMENTAR KALIAN SEBAGI BENTUK SUPPORT TEMEN-TEMEN.

 Badai Mantan Dalam Rumahtanggaku(END)Where stories live. Discover now