Get Well Soon Farhan

8.3K 964 45
                                    

"Tunggu dulu, apa? ngga salah dengar? su-suami?" tanya Farhan.

"Sudah lama ya kita tidak bertemu, bagaimana kalau hari ini kita bertemu?" ucap Samir.

"Kita? maksudnya aku sudah pernah ketemu suami Una gitu?" tanya Farhan memastikan.

"Tentu saja, ayo bertemu hari ini di fakultas keguruan islam. Saya tunggu di kelas Unaza, atau sekitarnya" ucap Samir.

"Oke, kalau memang ini suami Una. Aku sangat bersedia untuk bertemu, untuk pembuktian kalau ini bukan bohongan. jam 1 di kursi taman wilayah keguruan islam," ucap Farhan dengan kesal lalu langsung mematikan telepon.

"Apa aku lagi mimpi? Una sudah nikah? ngga mungkin banget kan, kalau dia udah nikah pasti yang antar jemputnya suami, terus pulang juga ke rumah suami. Tapi kemarin dia pulang ke rumah orang tuanya dan tidak ada suaminya, arghh membuat kesal saja." gumam Farhan sambil melihat perban dilengannya. Ternyata dia sebenarnya dilarang untuk keluar rumah karena luka dilengannya.

Sementara itu Samir langsung menghapus panggilan masuk dari nomor Farhan dan meletakan ponsel Una dengan keadaan semula.

"Maaf mas lama ya, tadi antriannya lumayan panjang." ucap Una baru masuk ke dalam mobil.

"Gapapa, sudah?" tanya Samir.

"Sudah kok," jawab Una.

Terukir senyum simpul dibibir Samir, dan terlihat oleh Una.

"Mood mas Samir sepertinya bagus sekali sekarang, aku tidak pernah melihatnya cerah seperti sekarang." batin Una.

Sampai di kampus, turun dari mobil biasanya Una langsung melangkah ke kelasnya, tapi kali ini dia terlihat masih diam didekat mobil, saat Samir menoleh kebelakang dia melihat Una yang masih berdiri didekat mobil, dia pun menghampiri.

"Kenapa? ada yang tinggal?" tanya Samir.

Una mengelengkan kepalanya.
"Terus kenapa ngga langsung masuk kelas?"

"Nanti kalau mas merasa gak enak badan atau butuh bantuan, Una boleh bantuin gak?" tanya Una, ternyata dia masih gelisah memikirkan kondisi Samir, tapi mengingat ucapan Samir sebelumnya yang mengatakan untuk tidak saling mengenal saat di kampus, ini membuat Una jadi kebingungan.

"Dia mengkhawatirkan aku," batin Samir dan  tersenyum lalu mengusap kepala Una agar istrinya tidak perlu merasa gelisah.

"Gapapa, saya sudah membaik. Fokus ke tugasmu di kampus okey?" ucap Samir, membuat Una terpaku karena kepalanya diusap oleh Samir dan mendapatkan ucapan selembut itu.

Una berjalan dengan hati penuh bunga, sambil memegangi kepalanya yang disentuh oleh Samir.

"Mas Samir kalau lembut seperti itu terus, aku rasa jantungku tidak akan baik-baik saja." batin Una.

Sementara itu, Farhan sudah bersiap untuk keluar rumah. Walau kemungkinan bisa keluar hanya 1%, didepan pintu sudah ada dua orang penjaga. Lalu Farhan mengintip dari jendelanya melihat halaman bawah rumahnya, sudah dijaga sekitar 8 penjaga. Dia benar-benar bingung harus dengan cara apa untuk keluar dari rumah, padahal cidera lenganya tidak parah, tapi kedua orangtua Farhan sebegitu posesif kepada Farhan, sehingga kalau sakit sedikit saja, dia tidak diizinkan keluar rumah sampai tubuhnya sehat. Karena Papi Farhan sangat tidak suka anaknya sakit, menurutnya itu suatu aib keluarga karena tidak bisa merawat anak dengan baik.

Farhan menelepon Maminya.

"Mami, Farhan harus ke kampus."

"Jangan ngeyel, diam aja di rumah sampai lukanya sembuh, sebentar lagi Dr.Sindy datang untuk memeriksa luka kamu."

 Badai Mantan Dalam Rumahtanggaku(END)Where stories live. Discover now