Tentang Aira

8.5K 850 54
                                    

Tujuh tahun lalu , Aira mengetahui Samir masuk rumah sakit, dia bergegas tanpa pikir panjang untuk melaju ke rumah sakit dengan melajukan mobilnya sangat cepat, yang akhirnya memicu kecelakaan. Beruntung dia dan bayinya masih selamat, saat bangun Aira langsung ingin mencari Samir, tapi keluarganya memarahinya dan melarang keras Aira untuk mencari Samir lagi, karena Samir sudah pergi dan mengangapnya sudah mati. Aira mengerti, pasti keluarga Samir mengancam kembali keluarganya seperti minggu lalu, dan akhirnya dia menyerah dan tidak ingin menemui Samir lagi.

Setelah melahirkan anaknya  Aira diam-diam dari keluarganya mempelajari agama islam, dia merasa hatinya terpanggil untuk mengenal islam lebih dalam. Karena entah kenapa dia ingin anaknya menganut agama islam, Aira ingin anaknya berakhlak baik, santun, dan menghargai perempuan seperti sosok  laki-laki yang sangat dia cintai. Keputusannya bulat untuk menjadi mualaf saat anaknya sudah berusia dua bulan, keluarganya sangat menentang karena sebenarnya keluarga Aira juga sangat taat agama, dan mengancamnya untuk mengusir Aira jika tetap ingin berpindah agama. Ancaman itu tidak membuatnya takut, dan akhirnya Aira dan anaknya keluar dari rumah orangtuanya. Mencari kesana kemari rumah untuk tempat tinggal, dan kebetulan dia menemukan kontrakan yang sangat murah, walau kondisi rumahnya berbeda jauh dengan rumah orangtuanya yang sangat mewah. Karena ini pengalaman pertama dia mengurus Amir sendirian sangat kesusahan, biasanya ada mamanya yang membantu tapi sekarang dia harus mengurus semuanya sendiri, sampai tangisan Amir terdengar oleh tetangga. Beruntungnya Aira, bersebelahan dengan tetangga yang baik, nenek Bia tetangga Aira mengunjunginya menyapa dengan ramah dan mencoba menengkan Amir. Yang kemudian hubungan mereka terjalin sangat dekat, nenek Bia mempunyai cucu perempuan yang juga sangat baik, walau sedikit cerewet, dan emosian, Karin juga menyukai Aira karena dia mendapat sosok kakak dari Aira. Mereka menjadi support Aira dikala susah. Menjadi singlemom sungguh tidaklah mudah untuk Aira, walau anak ini adalah hasil kesalahan, tapi dia tidak pernah membenci anaknya atau merasa anak ini menyusahkannya, justru dengan kehadiran Amir dia merasa ada cahaya kehidupan untuk semangat menjalankan kehidupannya yang baru ini.

Aira bekerja dengan begitu keras, menjadi office girl, staf, dan pekerjaan apa saja yang halal dia lakukan untuk mengumpulkan modal dan biaya anaknya.Sampai dia merasa cukup untuk membuka usaha kecil-kecilan, jatuh bangun sempat dia lalui, sampai akhirnya dia punya usaha sendiri. Sameera butik yang menghasilkan gamis dan perlengkapan muslimah eksklusif. Nama butik itu sendiri adalah nama Aira secara islam, yang awalnya namanya Aira Christian menjadi Samira Husna. Tentu saja namanya juga ada unsur dari laki-laki yang dia cintai. Sampai saat ini ketika Aira melakukan hal-hal baik, dia akan selalu mengingat Samir yang begitu banyak mengenalkannya tentang sebuah kebaikan tersebut yang ada dalam ajaran islam, bahkan Aira juga hijrah penampilannya menjadi perempuan yang pernah Samir idamkan, ya perempuan Shalihah dengan bercadar. Dalam hidup Aira dia tetap akan mengingat Samir, tapi tidak untuk masuk dan menganggu kehidupannya lagi, karena dia tau, Samir tidak akan pernah pantas untuk bersamanya meskipun sekarang dia sudah meganut agama islam dengan sungguh-sungguh.

"Aira," ucap Una.

"Oh ini loh, ibunya Amir." ucap Karin memperkenalkan Aira.

"Ini temen kamu?" tanya Aira.

"Iya kak, kenalin ini Unaza." ucap Karin memperkenalkan mereka.

"MasyaAllah temen kamu cantik banget," ucap Aira memandangi Una.

Una tersenyum tidak enak, pikirannya menjadi kacau saat mendengar nama yang sangat tidak ingin dia dengar.

"Astaghfirullahaladzim Una istighfar, itu cuma sebuah nama. Aira di dunia ini bukan cuma satu kan, toh kakak ini sangat ramah dan baik, lagi pula Aira yang mereka ceritakan itu nonmuslim sedangkan Aira ini justru bercadar kenapa aku jadi kacau seperti ini, tenang tenang pasti bukan dia." batin Una mencoba menenangkan dirinya.

"Eh ayok duduk sini, tadi kakak beli rujak yok sini makan enak loh." ajak Aira kepada Karin dan Una.

"Kakak kemana aja sih hampir seminggu gak ketemu, sibuk banget ya." ucap Karin.

"Waktunya aja yang gak tepat kita ketemunya, sibuk sih ngga juga kok, gimana Amir sudah lancar nulisnya?" tanya Aira.

"Alhamdulillah sudah lancar, siapa dulu dong gurunya." ucap Karin.

"Ini temen kuliah?" tanya Aira kepada Una.

"Iya satu kampus tapi beda jurusan," jawab Una.

"Kamu jurusan apa?" tanya Aira.

"Keguruan agama islam," jawab Una.

"MasyaAllah, masih semester awal ya?"

"Iya kak," jawab Una.

"Sameera butik, bagus ya namanya ada artinya atau gimana kak?" tanya Una.

"Sameera itu ambil dari nama kak Aira, karena nama islamnya Samira," jawab Karin.

"Nama islam?" tanya Una memastikan.

"Saya mualaf Una," jawab Aira yang tentu saja membuat Una mulai kacau lagi.

"Mualaf? YaAllah, apa benar dia adalah Aira mantan kekasih mas Samir? dan apakah mungkin Amir adalah  anak mereka berdua, tunggu dulu... Samira? Samir Aira ya, dan Amir singkatan dari Aira Samir?." batin Una bergejolak lagi, pikirannya beradu argumen sampai tangannya gemetaran hebat.

"Una, kamu gapapa?" tanya Aira yang melihat tangan Una bergetar.

"Gapapa kak, toilet dimana ya?" tanya Una.

"Itu di sebelah sana," ucap Aira lalu Una langsung bergegas menuju ke kamar mandi.

Dia masuk toilet dan menutup mulutnya menahan tangis.

"Abi dan mas Samir tidak pernah cerita kalau sebelumnya hubungan mas Samir dan Aira sejauh itu sampai menghasilkan anak, bahkan aku baru saja merasa rumah tanggaku membaik, dengan mas Samir yang juga sudah lembut dan baik terhadapku, tapi kalau tiba-tiba perempuan yang sangat dia cintai muncul, bagaimana nasibku kedepannya? aku memang istrinya tapi dihatinya masih ada Aira masalalunya dan cinta pertamanya," batin Una sambil menangis.

Cukup lama Una di toilet, setelah sedikit menenangkan pikirannya. Dia menghapus air matanya dan keluar dari toilet saat membuka pintu toilet tak sengaja Amir menabraknya.

"Aduh," ucap Amir.

"YaAllah, maaf ya." ucap Una duduk melihat keadaan Amir, dia menatap wajah Amir dengan sangat dalam dan menyentuh wajahnya.

"Apa benar kamu putra suamiku, tapi aku lihat wajahnya sama sekali tidak mirip dengan mas Samir," batin Una dengan mata yang berkaca-kaca memandangi Amir.

"Tante kok matanya keluar air, nangis ya?" ucap Amir menghapus air mata Una.

"Eh ngga kok ini, kemasukan debu aja." ucap Una langsung menghapus air matanya.

"Maafin Amir ya tante gak sengaja ketabrak, Amir mau pipis dulu." ucap Amir langsung berlari masuk ke kamar mandi.

Ponsel Una berdering dan ternyata Samir yang menelepon.

"Assalamulaikum Una, saya sudah selesai. Kamu dimana," ucap Samir.

"Waalaikumssalam mas hmm anu," ucap Una bingung, dia tidak ingin Samir datang kesini dan bertemu Aira, walau belum tentu sebenarnya Aira ini adalah mantan Samir tapi dia benar-benar tidak ingin Samir bertemu dengan masalalunya.

"Una? kamu kenapa?" tanya Samir yang mendengar suara bindeng Una karena setelah menangis.

"Saya udah di jalan ini, kamu shareloct aja ya." ucap Samir.

"Ngga mas, tunggu dulu nanti Una telepon lagi." ucap Una mematikan teleponnya dan mencari Karin.

"Karinnya kemana kak?" tanya Una yang tidak terlihat.

"Maaf banget ya Una, Karin tadi mendapat telepon mendadak dari neneknya sepertinya ada urusan penting. Kamu mau saya antar saja pulangnya? Karin bilang rumah kamu tidak jauh dari sini, bener ya?" tanya Aira.

"YaAllah apalagi ini, padahal aku ingin minta antar Karin ke rumah, agar Aira tidak bertemu dengan mas Samir. Aku harus bagaimana ini?" batin Una sangat ketakutan suaminya bertemu dengan Aira.

 Badai Mantan Dalam Rumahtanggaku(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang