Sesak

10.1K 955 47
                                    

"Una?" panggil Aira  melihat Una seperti termenung.

"Ngga usah kak, saya ada yang jemput." ucap Una.

Una mengirim lokasi kepada Samir.

"Semua yang terjadi sekarang tidak ada yang secara kebetulan, melainkan semua sudah diatur oleh Allah.Kalau memang mas Samir ditakdirkan untuk bertemu dengan Aira lagi, mau aku halangi dengan cara apapun juga tidak akan bisa, mereka pasti tetap bertemu, begitu pula sebaliknya. Jika mereka berdua tidak ditakdirkan untuk bertemu lagi, aku yang tidak melakukan apapun pasti mereka juga tidak akan bertemu." batin Una.

Sambil menunggu Samir, Una kembali duduk bersama Aira, dan disusul Amir yang juga ikut duduk bersama mereka.

"Amir ganteng banget ya kak, terus tadi belajarnya juga pintar," ucap Una memuji Amir.

"Alhamdulillah," jawab Aira.

"Una sudah lama kenal Karin?" tanya Aira.

"Belum terlalu lama sih kak, kenapa?"

"Saya seneng aja Karin punya teman seperti kamu, selama ini dia tidak pernah mempunyai teman kalem kaya kamu," ucap Aira.

"Biasa aja, lagi pula Karin juga sangat baik." ucap Una.

"Selain kuliah, Una ada kegiatan lain?"

"Ngga ada kak, di rumah aja urus suami." ucap Una.

"MasyaAllah Una sudah nikah ya," ucap Aira merasa sangat senang.

"Alhamdulillah kak, ketemu jodohnya cepat melalui Taaruf pula." jawab Una.

"Oh iya? nikah tanpa pacaran ya, masyaAllah banget. Saya salut banget sama muslimah yang menahan diri untuk tidak pacaran, dulu saat saya seumuran kamu, persis kaya Karin ngga bisa banget ngejomblo. Tapi kalau udah punya pacar bucinnya ngga ketolong. Eh ya ampun masa lalu kelam banget," ucap Aira.

"Kak Aira pernah pacaran ya?" tanya Una memancing.

"Sebelum masuk islam sih pernah," jawab Aira.

"Kalau boleh tau, apa yang membuat kak Aira yakin masuk islam?" tanya Una.

"Dulu saya pernah punya pacar yang beragama islam, dia cucu dan anak seorang kyai. Saya sebelumnya tidak pernah tertarik dengan laki-laki yang berbeda agama dengan saya, karena saya dan keluarga tergolong yang sangat taat dengan kepercayaan saya saat itu, jadi tidak ingin mengambil resiko untuk menjalin hubungan dengan yang berbeda agama. Tapi saat melihatnya bertutur kata baik sopan, memuliakan perempuan, membimbing  untuk melakukan hal-hal baik, pintar, membuat saya sangat menyukainya. Dan saat saya melahirkan seorang putra, saya juga ingin putra saya menjadi sosok sebaik dia, karena itu tekad saya bulat sekali untuk masuk islam bersama Amir." ucap Aira, sementara Una sesekali meremas tanganya menahan rasa kecewa yang sangat besar, karena saat ini dia benar-benar mendengar secara langsung kisah mantan kekasih suaminya, namun dia harus tetap terlihat tenang sambil tetap menanyakan Aira.

"Oh begitu, maaf ya kak berarti ayah Amir adalah pacar kakak yang baik itu?" tanya Una ingin memastikan.

Aira terlihat terdiam sebentar seperti keberatan untuk menjelaskan pertanyaan Una.

Tring tring

Telepon Una berdering, Samir meneloponnya.

"Saya sudah didepan, kamu dimana?" tanya Samir.

"Iya mas, Una keluar." ucap Una lalu menutup telepon.

"Maaf ya kak sepertinya pertanyaan tadi sangat lancang ya, pamit pulang dulu ya kak." ucap Una tersenyum.

"Gapapa Una, saya senang berdiskusi dengan kamu. Sering mampir ya." ucap Aira berdiri dan melangkah untuk menemani keluar butik.

"Eh kak, gapapa ngga usah diantar keluar. Tuh Amir sendirian kasian," ucap Una menahan agar Aira tidak keluar.

 Badai Mantan Dalam Rumahtanggaku(END)Where stories live. Discover now