Kejujuran Una

9.7K 896 44
                                    

"Butuh Una gimana?" tanya Una.

Samir memfokuskan penglihatannya, memastikan kembali siapa yang ada dihadapannya dan ternyata Una, bukan Aira dia pun langsung mengingat kenapa dia tadi kesal kepada Una dan malah teringat kepada Aira.

"Bisa-bisanya Una ngumpul bersama teman-temannya di rumah orang tuanya padahal aku di rumah sedang sakit, dia juga tidak meminta izin kalau pulang terlambat. Kalau ibu tadi tidak memberitahu, Una pasti tidak akan memberitahuku,  dan lagi teman-teman? sejak kapan dia punya teman, dia selalu bilang padaku kalau tidak bisa mempunyai teman, apa dia berbohong? aku sengaja tadi meneleponnya dan tidak bicara apa-apa,  ingin melihat reaksinya dia akan bilang atau tidak kepadaku kalau sekarang ada dimana dan bersama siapa, tapi dia langsung mematikan telepon, membuat kesal saja." batin Samir sembari menatapi Una.

"Menyenangkan bermain bersama teman-temanmu?" tanya Samir.

"Kok mas Samir tau ya, perasaan tadi aku ngga bilang kalau ada temen." batin Una.

"Oh itu seru sih," jawabnya dengan jujur.

"Jadi kalau sama orang tua, kamu ngga perlu izin sama suami dulu kalau mau ngapa-ngapain?" tanya Samir.

"Maaf Una tadi lupa,"

"Sebenarnya kamu sadar gak sih kalau sudah punya suami? apapun itu harus minta izin sama suami, kamu paling taulah tentang hal itu." ucap Samir terdengar marah.

Una hanya tertunduk merasa bersalah.

"Katanya gak bisa bohong, tapi kalau sama saya banyak banget yang kamu rahasiakan," ucap Samir lagi.

"Maafin Una mas," ucap Una.

"Untuk apa meminta maaf terus, saya hanya butuh kejujuran. Seperti hubunganmu dengan laki-laki lain apa kamu tidak ingin menjelaskan?" tanya Samir yang ternyata dia masih penasaran hubungan Una dan Farhan.

"Una dan Kak Farhan tidak ada hubungan apa-apa kita hanya terhubung karena Una merusak ponselnya, karena ponselnya terlalu mahal Una tidak mampu untuk membayarnya dan sebagai gantinya Una membuat makanan setiap hari untuk Kak Farhan. Sudah itu saja, tidak lebih." ucap Una akhirnya jujur kepada Samir.

Samir yang mendengar pernyataan Una, tak menyangka apa yang telah dilakukan istrinya demi membayar ganti rugi, dia harus masak setiap hari untuk laki-laki lain.

"Kenapa kamu tidak mengatakan saja dari awal?hanya demi membayar ganti rugi, kamu mau masak untuk laki-laki lain yang saya sendiri sebagai suami gak tega loh biarin kamu masak," ucap Samir.

" Ya,Una ngga mungkin mau ganti uang sebanyak itu, ponselnya hancur banget," ucap Una.

"Berapa memangnya? 10jt? 20jt? 50jt?" tanya Samir serius.

"26jt sepertinya," jawab Una dengan takut.

"Masakanmu tak sebanding dengan 26jt, seharusnya apa yang kamu masak hanya suami yang boleh menikmatinya," batin Samir.

"Mulai besok dan seterusnya jangan membuatkan dia makanan lagi, dan putuskan komunikasi kalian." ucap Samir.

"Tapi mas,"

"Kalau saya bilang ngga ya ngga," ucap Samir membungkam Una untuk tidak membantah lagi.

"Baik mas," jawab Una tertunduk takut.

Melihat wajah lugu Una yang tertunduk takut, Samir jadi sedikit merasa tidak enak selalu memarahinya, dia mengelus kepala Una perlahan.

"Jadilah istri yang penurut, sekarang mandi dan bersiaplah sebentar lagi maghrib," ucap Samir sambil mengelus kepala Una yang menyebabkan jantung Una berdetak lebih kencang.

 Badai Mantan Dalam Rumahtanggaku(END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora