Ikut Campur

8.8K 963 72
                                    

"Tapi kalau ngga senyum, jadi seperti tidak ramah." jawab Una.

"Sama laki-laki saja tidak usah senyum, cepat makannya dan langsung bersiap." ucap Samir lalu berdiri meninggalkan meja makan, karena dia mau mandi dan bersiap melarangnya untuk senyum. Tapi sebagai suami aku berhak kan melarang istri tidak tersenyum kepada laki-laki lain. Kalau karena senyum itu membuat laki-laki lain tertarik jadi berdosa, tindakanku sudah benar kan sebagai suami," batin Samir saat di kamarnya.

Una masih dimeja makan dengan senyam senyum memakan telur buatan Samir, dan merasa rumah tangganya akan segera membaik karena Samir sudah mulai terbuka kepadanya, dia merasa rumah tangganya akan berjalan dengan baik.

Tak lama kemudian Samir sudah selesai mandi dan sudah rapi dengan setelan kemejanya. Dia melihat ke laci disebelah ranjangnya, perlahan dia keluarkan kotak yang menyimpan cincin dan surat nikahnya. Dia memegang cincin pernikahannya dan terlihat ragu untuk memakai atau tidak cincin tersebut.

"Sudah saatnya aku menggunakan ini, mulai dari hal kecil seperti ini supaya aku bisa benar-benar melupakan masalalu, dan memulai semuanya bersama Unaza istriku." batin Samir langsung memasangkan cincinnya.

Una juga sudah siap dan keluar kamar menunggu Samir dengan perasaan yang sangat gembira, tak diduga tiba-tiba ada tamu.Una yang kebetulan didekat pintu langsung melihat siapa yang datang dan ternyata Ummi Fatimah datang sendirian tanpa Abi.

"Assalamualaikum," ucap Fatimah.

"Waalaikumssalam Ummi," jawab Una.

"Kamu mau kemana sudah rapi begitu?" tanyanya sambil masuk ke dalam rumah.

"Una mau kuliah Ummi," jawab Una.

"Kuliah? masih sempat-sempatnya kamu memikirkan kuliah padahal suamimu sedang sakit seperti itu," ucap Ummi sambil mengeluarkan belanjaan diatas meja dapur, sepertinya Fatimah mulai khawatir Una tidak bisa mengurus Samir, karena itu dia membelikan beberapa bahan makanan.

"Tapi Um," belum selesai Una berbicara langsung dipotong oleh Fatimah.

"YaAllah, ini kulkas kosong banget, kamu gak pernah masak ya untuk Samir? katanya dulu kamu bisa masak, jadi kalian kalau makan beli terus? atau makan yang instan-instan? Astaghfirullah," ucap Fatimah.

Samir keluar dari kamar dan melihat Una yang berdiri dengan kepala yang tertunduk, sambil mendengarkan ocehan dari Fatimah.

"Ummi bawa apa itu," ucap Samir menghentikan ocehan Fatimah dan bergegas menghampiri Samir, dengan sangat khawatir.

"Nak, kok udah rapi gitu mau ngajar? libur dulu lah kamu masih sakit loh harus banyak istirahat," ucap Fatimah sambil memegangi wajah Samir mengecek suhu tubuhnya.

"Ummi, Samir udah sembuh kok jadi harus kerja, lagi pula Ummi kenapa repot-repot bawa belanjaan seperti itu pagi-pagi pula, Abi mana?" tanya Samir.

"Abi jam segini udah dipondok ngajar, Ummi dari tadi malam gelisah tidak bisa tidur mikirin kamu demam tinggi banget loh semalem, istirahat aja ya nak di rumah." ucap Fatimah.

"Samir sudah enakan, kemarin juga sudah libur masa sekarang libur juga." ucap Samir.

"Yaudah kalau gitu kamu pergilah, Una dibrumah aja sama Ummi,"ucap Fatimah.

"Ngga bisa Ummi, Una juga ada jadwal kuliah hari ini ngga bisa libur gitu." jawab Samir.

"Dari awal padahal Ummi dan Abi memang tidak setuju kalau Una harus kuliah, lihat nih rumah juga gak keurus, tugas istri itu di rumah. Toh kami tidak mempermasalahkan jenjang pendidikanmu, Samir juga terima, terus apa yang masih ingin kamu cari di dunia perkuliahan, mantap-mantap diem di rumah urus suami, apa susahnya sih." oceh Fatimah sambil memasukan belanjaan dengan kasar ke kulkas.

 Badai Mantan Dalam Rumahtanggaku(END)Where stories live. Discover now