Percaya Diri

10.6K 929 14
                                    

"Maaf neng," ucap driver itu membuat Una bingung.

Lalu dia menambah laju kecepatan mobil, membuat Una jadi takut.

Samir melacak lokasi Una dari aplikasi pelacak nomor telepon, dan terlihat lokasi Una sama sekali bukan ke arah rumah, sekarang  bahkan lokasi Una di rumah sakit, apa yang sebenarnya terjadi dengan Una, menambah pikiran negatif Samir kalau sudah terjadi apa-apa dengan Una.

Una sekarang memang berada di rumah sakit.
Sebelumnya di taksi online.

"Neng maaf banget, saya mendadak mendapat telepon dari anak saya, kalau istri saya masuk rumah sakit, sementara saya sudah ambil orderan dari neng, jadi maaf banget neng saya bawa ke rumah sakit, saya ngga bisa anter neng sesuai titik karena hal mendesak ini," ucap driver itu.

"Aduh pak kenapa dari tadi ngga bilang, saya jadi ketakutan deh, dan ini jauh banget dari rumah saya pak," ucap Una.

"Saya akan antar neng pulang, tapi mohon tunggu sebentar aja neng," ucap driver itu sangat memohon, Una tidak enak menolak.

Sambil menunggu Una membuka ponselnya untuk mengabari Samir situasi dia sekarang, tapi ternyata ponselnya kehabisan daya, karena itu Samir tidak bisa menghubungi Una.

'Yah batre nya habis lagi, mas Samir nanti marah ngga ya karena pulang jadi kemaleman gini,'
Una duduk di kursi tunggu rumah sakit, tiba-tiba di kejutkan dengan suara teriakan yang memanggil namanya.

"Unaza!Unaza!" teriak Samir lalu dengan berlari dia ke resepsionis menanyakan adakah pasien yang bernama Unaza, Una yang mendengar namanya beberapa kali di teriaki, dia mencari sumber suara tersebut dan dia melihat Samir yang terlihat khawatir dan menjelaskan ciri-ciri Una kepada perawat, dia menanyakan terus menerus ada atau tidak pasien yang baru masuk berciri-ciri seperti Una.

"Mas Samir," panggil Una menghentikan Samir yang sedang bertanya kepada perawat dan dia langsung menoleh kepada sumber suara yang memanggil, dia berlari ke arah Una dengan napas yang ngos-ngosan.

"Apa ada yang terluka?bagian mana aja yang terluka?" ucap Samir membalikan tubuh Una memeriksa dengan wajah khawatir.

"Una baik-baik aja kok mas, kok bisa mas ada di sini?" tanya Una.

"Kamu ngga terluka oleh driver taksi online?terus kenapa kamu ada di sini?" tanya Samir.

"Oh itu, Una ngga terluka mas, tapi drivernya tadi mendadak mendapat kabar istrinya masuk rumah sakit, jadi dia buru-buru ke sini, " jelas Una.

Samir menarik napasnya lega, karena tidak terjadi apa-apa dengan Una.

Una melihat penampilan Samir yang sangat acak-acakan, bahkan memakai alas kaki yang berbeda, sepertinya Samir keluar rumah dengan sangat terburu-buru, setelah berpamitan dengan driver, Una langsung pulang bersama Samir. Di mobil Una mengingat kembali saat melihat Samir terlihat khawatir kepadanya, bahkan teriak menyebut namanya beberapa kali.

"Mas Samir keluar rumah terburu-buru ya?" tanya Una.

"Gimana ngga terburu-buru, chat kamu ngomongnya gitu, terus nomor kamu juga di telepon ngga aktif," ucap Samir.

"Maaf ya mas ponsel Una mati, Una buat mas marah ya?"

"Apa saya sekarang terlihat marah?"

"Mungkin," jawab Una ragu.

"Gimana ngga marah kalau kamu di telepon nomornya ngga aktif, terus ngirim pesan seperti dalam bahaya, kamu tau ngga saya mikir apa ke kamu? saya pikir kamu udah jadi korban pembunuhan taksi online, saya sampe kebut-kebutan di jalan karena mikir kamu dalam bahaya, tapi ternyata kamu baik-baik saja," ucap Samir membuat Una terkejut, karena ini pertama kalinya Samir bicara dengan nada yang tinggi.

"Maaf Una salah," ucap Una tidak ingin memperpanjang debat dengan Samir, padahal Una ingin sekali menyangkal, kenapa Samir harus marah kepadanya, apa karena membuat Samir khawatir itu kesalahan.

Sampai di rumah, Samir masuk kamar dengan membanting pintu kamarnya membuat Una terkejut.

'Aku benar-benar tidak mengerti kenapa mas Samir harus marah seperti itu, salah nya dimana? apa karena aku mengirim pesan seperti itu dia marah?atau karena apa?sungguh aku sama sekali tidak mengerti,'

Una mencharger ponselnya setelah itu dia mandi dan membereskan diri.

Di kamar Samir.

'Memalukan, aku telihat sangat khawatir sekali sampai aku marah pada diriku sendiri kenapa lalai untuk menjaga Una, tapi masih bersyukur dia baik-baik saja'

Saat Una menghidupkan ponselnya, terlihat lah 12 panggilan tak terjawab dari Samir, dan ada spam pesan dari nomor tak di kenal, Una mengerutkan dahi nya, siapa yang mengirim pesan sangat banyak kepadanya saat di buka, Una langsung membulatkan mata nya.

Wah ukhti satu ini ngasih nomor gak aktif nih? nipu ya!

Tring

Una mendapat telepon, dan langsung dia jawab.

"Assalamualaikum," ucap Una.

"Waalaikumssalam, aktif juga nih nomor ya, kirain di kasih nomor palsu," ucap Farhan yang menelepon Una.

"Maaf kak tadi ponselnya mati, ada apa ya nih nelpon malam-malam," ucap Una.

"Pake nanya lagi, masalah ponsel lah gimana dong? aku udah beli ponsel baru,"

"Ha? baru? dengan tipe yang sama??" tanya Una terkejut.

"Ngga sih, tipe yang lebih bagus lagi,"

"Serius? lebih mahal dong? aku mana ada uang untuk ganti nya kak, gimana kalo ponsel yang lama di perbaiki saja?" usul Una.

"Di perbaiki juga seharga ponsel baru, lebih baik beli baru,"

"Kita damai aja ya kak," ucap Una putus asa karena tidak tau dengan cara apa dia mengantinya.

"Haha enak aja dia bilang damai,"

"Ya terus mau gimana?jujur aku gak ada uang sebanyak itu untuk ganti nya," ucap Una.

"Bisa masak gak?"

"Bisa sih sedikit,"

"Sebulan, kasih makan siang untuk aku, deal gak?"

"Itu aja??" tanya Una memastikan.

"Gak setuju?"

"Eh buat makanan aja kan? ngga perlu ganti uang?" tanya Una.

"Iya, mau ngga?" tanya Farhan.

"Iya setuju," jawab Una bersemangat karena tidak perlu menganti dengan uang.

"Besok jam 11 di fakultas ekonomi," ucap Farhan langsung menutup telepon.

'Yes setidaknya kita masih bisa bertemu dengan alasan yang logis Una,'

'Alahamdulillah kak Farhan baik banget ngga minta ganti uang,'

Paginya Una langsung sibuk masak untuk Farhan, dan menyiapkan dua bekal, karena Una juga membawa untuk diri nya, Samir melihat dua kotak bekal yang di siapkan oleh Una.

'Anak ini, sudah berapa kali aku tolak untuk tidak membawakan aku bekal, tapi tetap saja membuatkan bekal,'

"Una hari ini kamu masuk pagi kan?" tanya Samir.

"Iya mas," jawab Una.

"Pergi bersama saya saja," ucap Samir.

"Kenapa? Una udah pesan taksi nya," ucap Una.

"Kamu ngga liat berita?sekarang taksi online lagi berbahaya," ucap Samir.

"Oh ya udah kalau gitu, berangkat sekarang kan," ucap Una.

Lalu mereka berdua berangkat ke kampus bersamaan.

"Mas, boleh titip ini di sini dulu ngga?" tanya Una menunjuk kotak bekal nya.

"Boleh, ini langsung saya bawa saja," ucap Samir dengan percaya diri nya mengambil satu kotak makan yang Una bawa, Una langsung mengerutkan dahi nya bingung, kenapa Samir mau membawa kotak bekal untuk Farhan.

"Eh kenapa mas yang mau bawa?" tanya Una.

"Ini untuk saya kan?" ucap Samir dengan percaya diri.

 Badai Mantan Dalam Rumahtanggaku(END)Where stories live. Discover now