Jatuh Cinta?

10.4K 919 10
                                    

Una masuk ke dalam mobil dengan rasa takut, karena Samir memang terlihat sangat marah. Hampir 10 menit perjalanan tapi tidak ada yang membuka pembicaraan, apalagi Una yang hanya tertunduk sambil memainkan jarinya yang grogi.

"Seharusnya kamu sekarang kasih penjelasan kan?" tanya Samir tiba-tiba.

"Maaf mas," jawaban yang tidak ingin Samir dengar.

"Saya ngga butuh maaf, saya mau penjelasan, kamu pacaran dengan dia?" ucap Samir dengan nada yang agak tinggi.

"Ngga mas, ngga seperti itu. Una..." ucap Una terlihat ragu untuk menjelaskan bagaimana bisa dia bertemu dengan Farhan, hal itu entah kenapa membuat Samir sangat marah dan ketika puncak kemarahannya dia memang memilih untuk diam dan sekuat tenaga untuk menahan gejolak emosi yang mau meledak. Jika emosinya tidak ditahan dia takut hilang kendali seperti tadi malam.

Melihat itu Una langsung paham bahwa suaminya sedang marah besar. Dia mencoba mengajak bicara lagi walaupun Samir hanya tetap diam. Saat melihat halte bus Samir dengan cepat langsung berhenti.

"Turun," suruh Samir kepada Una.

"Mas," ucap Una tidak percaya suaminya menyuruhnya turun.

Tapi Samir langsung turun dari mobil dan membukakan pintu Una, dia benar-benar menyuruh Una untuk turun. Dengan terpaksa Una keluar dari mobil dengan wajah sedihnya, Samir langsung masuk lagi ke mobil dan menginjak gas mobilnya dengan sangat cepat, saat sudah tidak terlihat lagi oleh Una dia kembali berhenti. Dan melampiaskan emosinya dengan memukul beberapa kali stir mobil, ternyata dia menurunkan Una karena dia merasa emosinya sudah tidak bisa dia tahan dan tidak ingin membuat Una semakin takut melihat dirinya.

Masih dengan melampiaskan emosinya tiba-tiba teleponnya berbunyi karena dibalut emosi yang tinggi dia tidak melihat siapa yang meneleponnya dan langsung menjawab telepon tersebut.

"Laa Taghdob Walakal Jannah mas, istighfar Astaghfirullahaladzim." ucap Una dengan sangat lembut yang ternyata menelepon Samir, dengan kejadian tadi malam dia agak sedikit mencoba memahami Samir, bahwa Samir sepertinya tidak bisa kontrol dengan emosinya. Dan Una takut terjadi bahaya saat Samir membawa kendaraan dengan keadaan marah, diapun berusaha menghubungi Samir.

*Jangan Marah niscaya surga untukmu*

Samir yang mendengar ucapan Una, dia ikut istighfar dan perlahan rasa marahnya menurun, Una yang mendengar Samir istighfar dia jadi sedikit lega, dan langsung mematikan teleponnya, mendengar telepon yang putus Samir langsung menelepon lagi.

"Kamu masih disana?tunggu, saya kesana lagi." ucap Samir.

"Ngga mas, pulanglah duluan. Sepertinya kita tidak bisa pulang bersama, hati-hati dijalan ya mas Assalamualaikum." ucap Una mengakhiri pembicaraan.

"Waalaikumssalam,"

Dan Samir benar-benar menuruti ucapan Una, dia tidak kembali ke halte tempat dia meninggalkan Una.

Una berjalan ke apotek terdekat tidak jauh dari halte, ternyata dia penasaran dengan obat-obatan yang ada di kamar Samir dan bertanya ke apotek obat untuk sakit apa obat tersebut.

"Mba, mau tanya obat-obat apa ya ini." tanya Una kepada apoteker disana, beberapa kali mba itu melihat ke Una.

"Maaf mba, sebagain obat sepertinya resep dari dokter tapi dua botol yang ini sejenis obat penenang emosi." jelasnya.

 Badai Mantan Dalam Rumahtanggaku(END)Where stories live. Discover now