Pengacau

9.3K 1K 151
                                    

Sebelumnya saat dimobil, Aira melihat kepada Samir yang sibuk memainkan ponselnya, tidak seperti Samir yang dia kenal,biasanya dia sangat anti memainkan ponsel saat mengemudi. Saat mau menegurnya,

"Assalamualaikum Sayang," ucap Samir yang menghentikan Aira untuk bicara dengannya, dan baru kali ini juga Aira mendengar seorang Samir mengatakan sayang, dulu saat mereka berpacaran Samir bahkan sangat susah untuk mengatakan sayang.Belum lagi Samir sepertinya selalu laporan kepada Una, terlihat sekali dia sangat mencintai Una. Dan melupakan Aira.

"Kenapa rasanya nyesek sekali ya melihat Samir sangat mengistimewakan Una, apa dia benar-benar melupakan masa itu? memang benar ya laki-laki mudah sekali melupakan, sedangkan perempuan sangat sulit sekali melupakan, apa sih sebenarnya istimewanya Una?" batin Aira.

Aira langsung menoleh ke arah Samir dengan tatapan yang meminta tolong.

"Oh iya," jawab Samir.

"Apakah bapak bersedia mendonorkan darahnya?" tanya perawat.

"Tunggu sebentar ya, saya harus menanyakan kepada istri saya."jawab Samir meraba ponselnya untuk menghubungi Una.

"Lagi-lagi harus meminta izin Una, anakku sedang kritis padahal, ngga bisa emang Samir langsung mengiyakan saja," batin Aira terlihat kesal melihat tingkah Samir yang apa-apa harus lapor kepada Una.

"Mas," panggil Una yang ternyata dia datang ke rumah sakit.

"Una kamu pake apa kesini?" tanya Samir terlihat khawatir.

"Taksi online, ada apa mas?"

"Anak Aira kekurangan darah dan kebetulan darah saya dan anaknya sama, boleh saya mendonorkannya?" tanya Samir.

"Darahnya sama?" tanya Una memastikan.

"Iya," jawab Samir dengan santainya, namun berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh Una.

"Donorkanlah mas, kasian Amir." jawab Una.

"Baik pak mari ikut saya," ucap perawat lalu Samir mengikutinya.

"Jadi kamu ini Aira?" tanya Abi lagi yang tadi belum selesai.

"Iya om," jawab Aira.

"Ada nyali kamu ya masih muncul dihadapan Samir seperti sekarang! dia udah punya istri jangan lagi kamu mengacaukan hidupnya,ini istri Samir menantu pilihanku.Jadi buanglah niatmu untuk mendekati atau mengacaukan Samir lagi," ucap Abi sangat marah.

"Aira sama sekali," belum selesai dia menjawab Abi langsung memotongnya.

"Jangan kamu pikir dengan kamu pindah agama dan merubah penampilanmu sekarang,kamu bisa menganggu Samir,ini untuk terakhir kalinya kamu bertemu dengan Samir," ucap Abi langsung melangkah pergi.

"Selalu saja kasar dari dulu sampai sekarang, kalau tau yang di dalam sana adalah cucunya apa akan berubah jadi lebih baik," gumam Aira seolah tak ingat masih ada Una disana.

"Cucu?"tanya Una.

"Eh Una," ucap Aira seolah terkejut.

"Maksud kakak apa ya, cucunya mertua saya? siapa? Amir?" tanya Una.

"Eh ngga Una, saya ngga bilang apa-apa." ucap Aira lalu ingin melangkah jauh dari Una, namun Una langsung menahannya.

"Sepertinya kita perlu banyak bicara ya kan kak?" tanya Una.

"Bicara apa ya Una, saya ngga ngerti." jawab Aira.

"Ayo kak, kita cari tempat untuk bicara." ucap Una menarik Aira ketempat yang lebih nyaman untuk bicara.

"Boleh cerita secara jujur tentang Amir dan suami Una?" tanya Una.

"Mau jujur tentang apa Una, itu sudah masalalu." jawab Aira.

 Badai Mantan Dalam Rumahtanggaku(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang