Kotak Rahasia

9.4K 912 47
                                    

Karena terkejut, Una jadi hilang keseimbangan dan terjatuh tepat ditubuh Samir.

BUK

"Kamu gapapa?" tanya Samir menyadarkan Una, dan dia langsung bangkit dari tubuh Samir.

"Maaf mas," ucap Una langsung merapikan diri dan saat memegangi dahinya yang terasa perih dan basah, dia langsung menarik tangannya dan melihat darah di tangannya.

"YaAllah kok berdarah,"gumam Una terkejut.

Samir yang melihat itu langsung melepas infusnya dengan paksa dan berjalan mengambil kotak p3k untuk mengobati luka Una. Dia membersihkan darah yang menempel di tangan Una terlebih dahulu, setelah itu baru membersihkan dan mengobati luka didahi Unaza.

"Masih pedih?" tanya Samir membuka obrolan.
Una mengeleng menandakan bahwa lukanya sudah tidak sakit.

"Apa yang terjadi dengan saya?"

"Mas tadi pingsan, karena Una inget mas ngga boleh bawa ke rumah sakit jadi Una menelepon Abi, maaf ya mas kalau sudah lancang." ucap Una.

"Gapapa, tindakan kamu sudah benar maaf merepotkanmu."

"Makan dulu ya mas, tadi dokter bilang mas kalau udah bangun harus makan." ucap Una.

"Boleh," jawab Samir kali ini tidak ada penolakan.

Una pun keluar kamar untuk menyiapkan makanan. Sambil menyiapkan masakan Una teringat dia jatuh tepat didada Samir tadi, benar-benar membuatnya sangat malu nemplok didada suaminya secara tiba-tiba.

"Maluuu banget, mas Samir ngira aku orang aneh gak ya karena tiba-tiba dikamarnya terus mendadak infusnya jatuh lah kena kepalaku, udah cukup aneh bangett. Kayanya rencana tidur bersama gagal deh, aku ngga berani kalau mas Samir bangun, terus dengan entengnya minta tidur bersama kan malu. Pokoknya malam ini fokus kepada kesembuhan mas Samir aja deh ya, masalah misi ingin membuatnya jatuh cinta kita kesampingkan dulu." batin Una.

Sementara itu di kamar, entah karena angin apa Samir tiba-tiba membuka kotak yang selama ini terkunci rapat, dia membuka isi kotak tersebut dan ternyata isinya kenangannya bersama Aira, dia mengeluarkan beberapa foto Aira dari dalam kotak tersebut, dan ada barang-barang pemberian Aira lengkap dalam kotak tersebut, karena sangat fokus melihat isi kotak itu, Samir tidak tau kalau Una sudah masuk. Una yang melihat dari belakang, tidak tau apa yang sedang suaminya lihat, dia pun menghampiri untuk memberitahu kalau makananya sudah siap, "Mas," ucap Una membuat Samir terkejut dan menjatuhkan kotak tersebut beserta isinya, Una spontan langsung membantu membereskan isi kotak yang jatuh itu, dan saat membantu, Samir berusaha untuk melarang Una menyentuh barang-barang tersebut.

"Gapapa mas Una bantu aja," ucap Una sambil memasukan barang-barang dan tibalah saat dia menyentuh foto perempuan yang sangat manis dengan dress hijau berambut panjang dan ikal, ada Samir tepat disebelahnya walau jaraknya tidak terlalu dekat. Una tertengun melihat foto tersebut dan langsung berdiri perlahan, sambil melihat lebih jelas lagi perempuan difoto tersebut, dia terlihat mengigit bibir bawahnya menahan rasa kesalnya yang tiba-tiba datang saat melihat foto tersebut.

"Cantik banget ya kak Aira," gumam Una tersenyum lembut, lalu Samir langsung merampas foto tersebut dari Una dan dengan cepat dia bereskan kembali foto-foto itu masuk kedalam kotak lalu menutupnya dengan rapat, tanpa berkata apapun kepada Una.

Una memejamkan matanya sambil memperbanyak beristighfar didalam hatinya untuk menahan rasa kesalnya, karena dia tidak ingin memancing Samir untuk marah, Una ingat pesan dokter untuk tidak membuat Samir marah dalam waktu dekat.

"Tahan Una tahaan, jangan tanyakan apapun ayo fokus kepada kesahatan mas Samir saja, jangan terganggu dengan pikiran negatif." batin Una berusaha menguatkan dirinya sendiri.

"Ini mas, tadi Ummi yang masak ayo dimakan." ucap Una dengan tersenyum manis membawa makanan tersebut kehadapan Samir yang sedang duduk diranjangnya, padahal dia sudah sangat siap untuk mengahadapi pertanyaan-pertanyaan dari Una, atau ungkapan kekecewaan dari Una. Tapi dia seolah melupakan hal yang baru saja dia lihat dan sekarang tersenyum dengan penuh kebohongan didepannya pikir Samir.

Samir mengambil makanan tersebut sambil tetap memandangi Una karena Una sama sekali tidak melihat ke arahnya hanya fokus melihat kearah yang berbeda, tetapi Samir mencoba membaca apa yang sedang Una pikirkan namun dia tidak bisa menabak apa yang istrinya pikirkan, sampai tak terasa dia menghabiskan seluruh makananya.

"Alhamdulillah habis, ini obatnya," ucap Una yang sudah membukakan obat untuk Samir agar langsung diminum. Selesai Samir meminum obatnya Una langsung berdiri untuk mengantarkan piring kotor ke dapur, namun saat Una mau mengambilnya, tangan Una ditahan oleh Samir tujuannya agar Una melihat kearahnya, tetapi Una tidak menatap kepada Samir dan tidak bertanya apapun kenapa Samir yang menahan tangannya sikapnya seolah sangat pasrah dengan tindakan Samir.

"Kenapa kamu dari tadi tidak menatap saya?" tanya Samir.

Tanpa menjawab pertanyaan Samir, Una langsung menarik tangannya agar terlepas dari Samir, namun tak disangka Samir menahannya lagi.

"Saya bicara sama kamu,dengar ngga?" tanya Samir lagi.

"Mas, Una ngantuk mau tidur." ucap Una ingin mengalihkan pembicaraan agar mereka tidak terpancing untuk berdebat.

"Kamu takut sama saya? sampai bicara pun tidak melihat saya?" tanya Samir, ucapan ini berhasil mengangkat wajah Una dan menatap kepada Samir.

"Udah kan? sekarang bisa lepasin Una?" ucap Una menatap sekilas Samir lalu dia kembali melihat arah lain.

Samir melepas tangan Una.

"Saya kira kamu tidak takut, ternyata itu hanya bohong untuk menghibur saya," ucap Samir membuat Una menggepal tangannya geram, dia tidak bermaksud membuat Samir mengira kalau sekarang dirinya takut dengan penyakit Samir, tapi Una berusaha menghindar terjadinya pemicu amarah Samir.

"Sebenarnya mau mas itu apa sih? coba jelaskan kepada Una, maunya gimana?" tanya Una.

"Saya mau kamu jujur sama saya tentang apa yang ingin kamu katakan,"

"Mau jujur bagian yang mana lagi? Una sudah sangat jujur kepada mas Samir, tidak ada yang ditutupi lagi, lau masalahnya ada dimana?"

"Kamu sedang tidak jujur Una,"

Una menarik nafasnya berusaha menyusun kata yang tidak memancing emosi Samir, seketika dia teringat tentang apa yang dia baca digoogle.

Una meraih tangan Samir dan mengengamnya, berdasarkan artikel yang dibacanya, sentuhan fisik bisa mengurangi amarah.

"Una cuma mau mas Samir cepet sembuh, dan tidak ingin memicu perdebatan diantara kita, bukan Una ingin menghindari atau takut dengan mas Samir," ucap Una dengan sangat lembut.

"Saya tidak akan marah kalau kamu jujur," ucap Samir.

"Allahuakbar, apalagi  sih aku tidak jujur apa? atau aku harus bilang kalau aku ingin marah melihat suami menyimpan barang dan foto bersama mantan kekasihnya? apa itu kejujuran yang ingin mas Samir dengar? kan tidak mungkin, bisa-bisa perang dunia ketiga dirumah ini kalau aku berani marah kepada mas Samir," batin Una bergejolak mengoceh.

"Jujur tentang apa?" tanya Una.

"Ehm cemburu misalnya," jawab Samir.

"Huftt sebenarnya yang memancing emosinya itu bukan aku, tapi dia sendiri loh. Aku sudah berusaha untuk tidak membahas hal itu, tapi  ini kok dipancing-pancing. Nanti kalau kambuh aku yang pusing,' batin Una.

"Mas istirahat lagi ya, sepertinya mulai panas lagi suhu tubuhnya." ucap Una merebahkan tubuh Samir agar segera istirahat, karena Una pikir ucapan suaminya sudah mulai lain dia menyarankan untuk istirahat saja, lalu Una berdiri ingin melangkah, dan... Samir menarik Una kali ini sedikit lebih kencang sampai Una jatuh didekat Samir, dan mereka saling tatap, Una membulatkan matanya sangat terkejut dengan tindakan Samir.

"Kamu mau bantu saya?" tanya Samir.

"Hik,"

Sangking gugupnya, Una cegukan tiba-tiba.

"Bantu a-apa?" tanya Una gugup, mengundang senyum tipis diwajah Samir seolah memiliki arti.

 Badai Mantan Dalam Rumahtanggaku(END)On viuen les histories. Descobreix ara