Merusak Suasana

8.7K 861 32
                                    

Una terdiam bingung karena tiba-tiba saja Samir memintanya untuk bercadar.

"Ada apa sih sebenarnya, mas Samir masih belum bisa melupakan Aira ya. Sampai aku harus berpenampilan sama seperti Aira?." batin Una bertanya-tanya mengenai permintaan Samir yang sangat mendadak.

Samir yang menyadari sikapnya gegabah karena mendadak meminta istrinya untuk bercadar, dia pun langsung mengusap wajahnya.

"Maaf Una, lupakan saja." ucap Samir berbalik untuk masuk ke kamarnya.

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Una menghentikan langkah Samir.

"Saya kacau sesaat, jangan dipikirkan permintaan saya tadi." ucap Samir.

"Memangnya ada apa mas? tiba-tiba ingat kak Aira atau gimana?" tanya Una.

"Astaghfirullahaladzim, kenapa jadi membicarakan Aira." ucap Samir.

"Kak Aira bercadar, apa mas mau mengubah penampilan Una jadi seperti dia?" ucap Una.

Samir tak menjawab pertanyaan Una. Dia mengiring Una untuk duduk di sofa dan memberikannya minum.

"Kamu terlalu capek, sehingga berbicara yang tak jelas." ucap Samir.

"Mas yang tidak jelas, tiba-tiba moodnya berubah yang Una sendiri tidak tau penyebabnya, atau karena Una malas berlari, atau mas malu jalan bersama Una?" ucap Una dengan jujur dan mengejutkan Samir atas apa yang dipikirlan oleh istrinya.

"YaAllah, ternyata seorang Unaza bisa berpikiran negatif juga ya. Saya sama sekali tidak malu jalan bersama istri saya, justru saya menyesal membawamu ke tempat yang ramai seperti tadi." ucap Samir membuat dahi Una semakin berkerut, seolah mempertanyakan apa yang membuat suaminya menyesal.

"Menyesal karena apa?" tanya Una.

"Iya sangat menyesal, karena kecantikan istri saya bisa dilihat banyak orang, saya jadi marah dengan diri sendiri, karena itu saya tiba-tiba menyuruhmu untuk memakai cadar. Enak saja mereka yang bukan mahram, bisa melihatmu dengan bebas." ucap Samir yang tentu saja diluar perkiraan Una.

"Memangnya ada yang melihat Una ya," gumam Una langsung disambar cepat oleh Samir.

"Banyak," jawab Samir dengan cepat, membuat Una sedikit kaget.

"Kamu saja yang tidak sadar," tambah Samir dengan nada lembut, dia menunjukan secara terang-terangan kalau sedang cemburu yang membuat Una jadi tersenyum malu, pertama kalinya dia melihat suaminya cemburu.

"Mas? ini beneran mas Samir?" ucap Una menguncang perlahan tubuh suaminya seakan memastikan bahwa ini sungguhan suaminya atau bukan karena tingkahnya yang tak pernah dia lihat selama ini.

"Aku hampir saja salah paham, gemes juga lihat mas Samir cemburu." batin Una.

"Tapi mas mengenai cadar, untuk sekarang Una belum siap mas untuk menggunakannya. Menurut Una cadar itu bukan sekedar pakaian penutup biasa, tapi pakaian yang sangat mulia. Jika tidak diiringi dengan ilmu dan akhlak yang baik, Una merasa belum pantas memakainya." ucap Una.

"MasyaAllah,Una kamu..." ucap Samir langsung memeluk Una.

"YaAllah, engkau berikan hamba istri yang sangat shalihah padahal hamba laki-laki yang penuh dosa. Terima kasih  yaAllah." batin Samir sambil memeluk Una.

"Maafkan saya ya Una, saya selalu menuntut kamu untuk ini dan itu." ucap Samir, lalu Una menggeleng lembut.

"Tidak perlu minta maaf mas, Una senang kalau mas meminta ini itu kepada Una." ucap Una.

"Oh iya? kalau begitu saya tidak akan ragu lagi untuk meminta ini dan itu kepadamu," ucap Samir dengan ekspresi penuh arti.

"I-iya," jawab Una.

 Badai Mantan Dalam Rumahtanggaku(END)Where stories live. Discover now