[45] - Aku pulang

21.2K 1.1K 6
                                    

"Rasanya seperti kamu menemukan jalan pulang, setelah sekian lamanya berkeliaran bebas tanpa arah."

***

Tidak banyak harapan untuk hubungan mereka yang terjalin karena keterikatan bisnis, dari awal hubungan ini tidak pernah ada rasa cinta, ketulusan dan kasih sayang. Bahkan, sesuatu yang diawali dengan paksaan, sampai kapan pun tidak akan berbuah manis. Sama halnya seperti hubungan antara Ansell dan juga Grace saat ini.

Dari awal, sudah ada tembok besar yang berdiri di antara keduanya. Dia sempat percaya, lalu menaruh harap untuk hubungan yang tak pernah ia harapkan sebelumnya. Berharap dengan seiring berjalannya waktu, bahwa tembok itu akan menipis secara perlahan. Namun, ternyata salah, tembok besar itu tidak menipis sama sekali.

Segala kesakitan itu tidak akan pernah berhenti, semua akan kembali lagi ke titik awal. Titik di mana dia yang tak mencintaimu, dia yang takut dan tak ingin melihatmu. Tuhan seperti sudah menggariskan semuanya, bahwa cerita mereka adalah awal untuk akhir.

Seorang laki-laki berpakaian formal itu melangkah memasuki rumah, dia menghela napasnya sejenak, mencari sosok sang istri dalam ruangan. Tangan kekarnya mendorong pintu lain untuk memastikan keberadaan wanitanya.

"Aku pulang," tukasnya lembut.

Seorang perempuan yang sedang duduk sambil membaca majalah itu mengangkat wajahnya sejenak, kemudian kembali fokus dengan aktivitasnya. "Ya, aku bisa lihat."

"Aku ...." Tangan kekar itu berusaha meraih pundak Grace—sang istri. Namun, perempuan itu dengan cepatnya menghindar.

"Kau baru saja pulang, cepat mandi jangan biarkan tubuh kotormu menyentuhku."

"Aku tidak ingin seperti ini," ucapnya.

"Bagaimana?" Suara lembut Ansell tak lagi menarik perhatian Grace.

"Ketika aku mendekat, kau menjauh. Setelah kejadian itu, kau tak pernah lagi menatapku dengan benar."

"Lalu, kau ingin aku bagaimana? Menatapmu seperti ini?" Matanya mengalih, menatap wajah Ansell dengan tegas.

"Aku tahu ini tidak mudah bagimu. Namun, aku ingin tetap memperbaikinya, ayo perbaiki pelan-pelan."

Ansell mengambil langkah, dia bersimpuh di depan Grace. Kontak matanya bertemu, perempuan itu menautkan sebelah alisnya. "Apanya?"

"Aku ... lalu kau."

Tubuh Ansell semakin mendekat, meraih tangan Grace lalu digenggamnya dengan erat.

"Aku ingin kau percaya lagi, kalau aku bukan lagi orang yang berbahaya, bukan lagi orang yang ingin melihatmu sakit, bukan lagi orang yang perlu kau takuti."

"Jika kau ingin memperbaiki, perbaiki saja dirimu. Kenapa aku juga harus?" tanyanya.

"Jika hanya aku, bagaimana kita bisa memulainya lagi? Ada banyak hal yang ingin aku lakukan bersamamu, tentu saja kau juga harus memperbaikinya agar rasa takutmu terhadapku hilang. Baru kita bisa memulainya lagi."

"Ck! Kata siapa aku ingin memulainya lagi?" Grace terkekeh pelan.

"Grace, aku serius."

"Mau selembut apa pun sikapmu, tetap saja aku selalu ingin marah," batin Grace.

"Otakmu terlalu panas karena seharian bekerja, kau perlu mendinginkannya."

Tiba-tiba sebuah pelukan hangat itu mendekap tubuhnya dengan lembut, mengusap puncak kepala Grace tanpa keraguan. Detik itu juga, Grace tak bisa mengendalikan perasaannya, semarah apa pun dia kepada Ansell, hanya laki-laki itulah yang bisa membuat jantungnya terus berdebar hebat.

"Aku akan seperti ini, berjalan ke arahmu, lalu memberimu kehangatan. Seperti kamu yang memulainya tanpa keraguan, seperti kamu yang menungguku untuk mencintaimu, seperti kamu yang berlari lalu memelukku. Aku akan melakukannya sekarang, untukmu."

"Ansell, cukup. Jangan seper–"

Grace belum menyelesaikan ucapannya. Namun, Ansell malah lebih dulu mencium bibir sang istri dengan lembut, membuat Grace tak bisa lagi berkata-kata.

"Aku mencintaimu."

Kedua tangan Ansell memegang ke dua pipinya, lalu kembali mencium bibir ranum milik Grace, hingga perempuan itu larut dalam setuhan lembut bibir milik suaminya itu.

***

Ponsel hitam berlabel Kyle itu berbunyi, membangunkan Ansell yang sedang tertidur pulas, tangannya berusaha meraih ponsel yang ia simpan di atas meja dengan setengah sadar.

"Ada apa?" Suara berat itu milik Ansell.

"Perusahaan sedang dalam masalah, kau bisa datang lebih awal?" jawab seseorang di seberang sana.

Ansell pun memutuskan panggilannya, memungut pakiannya yang berserakan di lantai, lalu ia segera bersiap untuk pergi ke kantornya. "Hari ini aku berangkat lebih awal, jangan lupa sarapan." Ansell mengecup kening Grace, sebelum dirinya benar-benar pergi.

Mata Grace perlahan terbuka, ia melihat kepergian Ansell yang terburu-buru, bahkan laki-laki itu tidak menyempatkan diri untuk sarapan terlebih dulu. Ada apa?

"Peluncuran ponsel type terbaru terpaksa harus dibatalkan, ada kesamaan dalam rancangan proyek terbaru kita dengan IO Grup, mereka sudah mengumumkan bahwa merk tersebut akan diliris satu seminggu kemudian. Saham kita terus menurun hingga berada di titik terendah, para investor meminta Kyle Grup untuk segera mengganti kerugiannya." Gio selaku orang yang paling dipercaya oleh Ansell itu menjelaskan sejelas mungkin.

"Lima menit lagi kita rapat," jawabnya tegas.

Semua pemegang saham di Kyle Grup sudah berkumpul, membicarakan apa yang sedang menimpa perusahaannya saat ini. Bahkan, nilai saham terus menurun. Siapa yang akan bertanggung jawab atas kerugiannya?

"Nilai saham terus menurun hingga 75%, bagaimana kita menghadapi masalah ini? Kerugiannya sangat besar, bahkan tidak ada satu pun investor yang ingin bekerja sama dengan kita."

"Bahkan masalah ini mempengaruhi pemasaran cabang."

Ansell menghela napasnya, "Gio hubungi Direktur dari Calla Grup, katakan jika aku ingin mengadakan pertemuan. Aku akan mencoba untuk berdiskusi dengannya." Gio mengangguk sebagai jawaban.

"Sepertinya ada yang membocorkan proyek ini, aku akan menyelidikinya. Sementara jangan biarkan wartawan mewawancarai Kyle Grup."

"Jika saham Kyle Grup terus menurun, terpaksa kamu harus mundur dari posisimu sebagai CEO Kyle Grup," ujar Reno—pemegang saham terbesar kedua setelah Ansell.

Ansell memijat pelipisnya, ia sudah bersusah payah membangun Kyle Grup hingga sebesar ini. Namun, sekarang hancur hanya dalam hitungan jam. Type ponsel terbaru yang akan dirilis Kyle Grup sangat berpengaruh, wajar jika nilai saham anjlok hingga 75%. Mau tak mau ia sendiri yang harus membayar semua kerugiannya selaku pemegang saham terbesar di Kyle Grup.

Dari dulu, IO Grup selalu menjadi saingan bagi perusahaannya. Terutama dari segi pemasaran, Kyle selalu sukses dalam peluncuran proyek terbarunya, berbeda dengan IO yang selalu menempati posisi ke dua dibawah Kyle. Bahkan, persaingannya cukup ketat, beberapa kali IO Grup berusaha menjatuhkan Kyle. Namun, untuk kali ini Ansell tidak akan membiarkannya begitu saja.

Proyek ini sangat penting untuk Ansell maupun Kyle Grup. Ansell sudah merancangnya selama bertahun-tahun, hingga proyek terbarunya itu siap untuk diluncurkan, tetapi entah siapa yang berani membocorkannya, hingga proyek tersebut diluncurkan terlebih dulu oleh IO Grup dengan rancangan yang sama persis.

"Aku sudah menemukan siapa yang telah membocorkan proyek terbaru kita. IO Grup akan mengadakan karnaval lusa," ujar Gio.

"Dapatkan undangannya."

To be continued ....

Haaaaaah! Setelah sekian purnama, akhirnya update juga.

Pengantin Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang