[07] - Tssalisa Rivana

29.4K 1.7K 6
                                    

“Bukannya menyerah. Hanya saja, kali ini aku mengalah pada satu takdir yang tak pernah searah.”

- Dean Dominic

***

Suara dentuman antara garpu dengan sendok menjadi pengisi suara pagi ini. Lagi dan lagi, tidak ada obrolan yang mampu menghangatkan suasana rumahnya. Hanya sunyi dan aura dingin yang selalu menyelimuti. Dia terlalu acuh, tetapi sekali berkutik mampu membuat jantungnya seperti akan lepas dari cangkoknya.

Sesekali ia mencuri pandangan terhadap pria tampan di depannya. Sungguh manusia yang terlihat sempurna dari segi mana pun, hanya saja dia terlalu dingin untuk dirinya yang mempunyai sikap friendly. Namun, entah karena apa ia merasa bahwa sikapnya berubah akhir-akhir ini. Apa mungkin karena pria di depannya itu?

Ketika matanya terlalu fokus menatap, tanpa dia sadari sepasang bola mata itu membalas tatapannya. Hingga terjadi kontak mata selama beberapa detik, Grace yang menyadari tatapan maut dari Ansell itu pun langsung mengalihkan pandangannya.

"Aku ingin bertanya sesuatu," ucapnya dengan hati-hati.

"Katakan." Ansell menaruh sendok dan garpunya, lalu menatap sang istri dengan serius.

"Ini hanya hal sepele, kau tidak perlu seserius itu."

"Ketika orang berbicara, akan jauh lebih sopan ketika kita fokus mendengarkannya," jawabnya dengan santai.

Grace pun mengangguk mengiakan. "Kau tahu bukan kalo aku kekasihnya Dean?" tanyanya.

"Tentu. Kau pernah mengatakannya." 

"Lalu, kenapa kau tetap melanjutkan pernikahannya?"

"Haruskah aku menjawabnya?" tanya Ansell dengan wajah tanpa ekspresi.

"Jika kau bisa menjawabnya, kenapa tidak?"

Kini, pria itu pun berdiri menghampiri Grace—sang istri. Lagi dan lagi dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Sayang sekali aku sedang tidak ingin menjawabnya," bisik Ansell tepat di gendang telinga sang istri.

Tubuh Grace seketika meremang, ia masih sedikit terbayang-bayang akan kejadian tadi malam yang hampir saja kebobolan. Untung saja dia bisa menahannya dan berhasil lari dari perangkap Ansell yang mengerikan. Kini, tubuh Ansell menjauh, lalu ia menatap sang istri selama beberapa detik.

Tak lama kemudian, Ansell pun pergi meninggalkan meja makan. Dia sedang tak ingin membahas apa pun, apalagi yang bersinggungan dengan sepupunya itu. Tidak ada waktu untuk membahas yang menurutnya tidaklah penting. Laki-laki itu tersenyum kambing bersamaan dengan langkahnya yang kian menjauh dari sang istri.

"Dean Dominic!" gumam Ansell dengan senyuman yang tak bisa diartikan.

"Ansell tunggu." Grace menggapai tangan Ansell dan menahannya.

"Apa?"

"Setelah pemakaman papa selesai. Aku boleh pergi ke Bogor? Besok jadwal sidang skripsiku."

"Aku akan pergi bersamamu nanti."

"Apa kau tidak pergi bekerja?"

Pengantin Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang