[24] - Riana Andaretha

22K 1.5K 16
                                    

Riana Andaretha, perempuan yang saat ini menginjak usia dua puluh empat tahun, perempuan cantik blasteran Indonesia dan juga Inggris. Dia lahir di Indonesia. Namun, dibesarkan di London, perempuan itu menetap bersama kedua orang tuanya, karena sang ayah berasal dari negara Inggris yang merupakan wilayah metrapolitan terbesar di Britania Raya.

Perempuan itu sempat bekerja di sebuah perusahaan milik keluarga Ansell sebagai sekretaris. Menurutnya, mencari pengalaman kerja sendiri itu lebih leluasa, dibandingkan bekerja di perusahaan naungan sang ayah. Maka dari itu, ia bekerja di perusahaan Kyle, jauh sebelum Ansell datang ke London. Lambat-laun kedatangan Ansell di Ibu Kota Inggris itu cukup berpengaruh besar untuknya, tanpa ia sadari ada rasa cinta yang tumbuh di dalam hatinya.

Setahun ia memendam rasa kepada Ansell, hingga pada akhirnya ia bisa mengambil hati pria dingin tersebut. Bukan perkara yang mudah, karena waktu itu Ansell sedang tahap melupakan seseorang, tetapi adanya Riana dalam kehidupannya. Perlahan membantu Ansell melupakan masa lalunya sedikit demi sedikit. Dua tahun mereka menjalin kasih, lalu dengan tiba-tiba Ansell pamit untuk pulang ke negara asalnya. Yakni, Indonesia.

Sebelum Ansell pergi, laki-laki itu sempat mengatakan, bahwa dirinya akan segera kembali. Namun, sudah hampir dua bulan lamanya, Ansell tak kunjung menemuinya, semenjak itu pula Riana mencari pelampiasan dan mengencani seorang pria yang tak lain adalah Xander—teman dekat Ansell, atau lebih tepatnya teman bisnisnya.

Berpacaran dengan Xander ternyata tidak bisa merubah perasaannya, yang tetap dia cintai adalah Ansell, tidak bisa dipungkiri lagi. Ansell jauh lebih memikat daripada Xander, bukan perihal harta. Riana tidak mempersalahkan soal harta, karena dirinya sendiri pun berasal dari kalangan atas. Setelah menjalani hubungan yang cukup singkat dengan Xander, akhirnya Riana memilih untuk mengakhiri hubungannya, tetapi tanpa sepengetahuan Riana. Xander mengirim foto mesra dirinya dan juga Riana kepada Ansell. Karena pada saat itu, Xander merasa dipermainkan oleh perempuan itu.

Semenjak itulah, Ansell sangat membenci Riana. Ia tidak suka dipermainkan, padahal Ansell tak pernah main-main soal komitmen dan juga janji. Namun, perempuan itu sendiri yang memudarkan rasa kepercayaannya dan menumbuhkan rasa benci dalam diri laki-laki itu.

Hampir tiga bulan lamanya, Ansell menetap di Indonesia. Laki-laki itu tak pernah mengiriminya pesan sama sekali, membuat Riana bertanya. Ada apa dengan Ansell? Sesekali ia berusaha menghubungi Ansell, tetapi nomornya sudah tak lagi aktif. Setelah menaruh harap, laki-laki itu hilang bak ditelan ombak.

Dirasa hubungannya sudah tak ada lagi kejelasan, akhirnya Riana memutuskan untuk pergi ke Indonesia. Menemui Ansell dan menagih janjinya—untuk menikahinya di tahun depan. Bukan hal yang sulit bagi Riana untuk menemukan Ansell, meskipun ia tahu seberapa luas Ibu Kota dari negara Indonesia tersebut. Ia cukup mencari tahu di mana letak alamat perusahaan Kyle, maka dari itu ia bisa menemukan Ansell dengan waktu yang begitu singkat.

Riana tiba di bandara sekitar jam sepuluh pagi. Setelah, itu ia langsung mencari Ansell ke perusahaannya, tetapi waktu itu Ansell sedang tidak ada di kantor, yang ia temui hanyalah Gio, temannya. Riana mengenal Gio cukup dekat. Maka dari itu, Gio mempersilakan Riana untuk menunggunya di ruangan pribadi Ansell. Padahal Gio tahu, Ansell dan perempuan itu sudah tak memiliki hubungan apa pun.

Apakah hadirnya Riana, akan menjadi boomerang untuk rumah tangga Ansell dan Grace?

***

Sudah hampir tiga hari Grace terbaring lemas di atas ranjangnya. Mual dan rasa pusingnya itu semakin menjadi beberapa hari terakhir ini, bahkan rasa nafsu makannya pun menghilang, membuat badannya lemas dan berakhir demam. Grace tidak mengerti, kenapa bisa ia merasakan mual dan pusing hanya di waktu tertentu. Selain itu, dirinya juga tak berbicara sama sekali kepada Ansell. Padahal laki-laki itu selalu berusaha mencari topik pembicaraan, tetapi Grace selalu menghindar.

Malam ini, Grace menatap punggung Ansell. Laki-laki itu tampaknya sudah tertidur, Grace mengendus aroma tubuh Ansell yang semerbak. Selama hampir tiga hari Grace mendiamkan suaminya, tetapi mengapa ia malah rindu? Terasa sesak saja, meskipun mereka tinggal satu rumah. Namun, dalam keadaan saling diam seperti ini justru membuatnya semakin sakit karena terlalu rindu.

Grace mendekat. Lalu, perempuan itu dengan tidak tahu malunya memeluk tubuh Ansell dari belakang, di waktu yang bersamaan Grace pun menitikkan air matanya, berdekatan dengan Ansel bukannya membaik justru semakin sesak. Serindu itu dirinya terhadap sang suami?

Ansell yang sedang tertidur pun, membuka matanya ketika ia merasakan ada sebuah tangan yang melingkar di perutnya. Ansell melihat jika Grace tengah memeluknya dengan erat. "Grace?" panggil Ansell dengan nada suara khas bangun tidur.

"Kenapa harus jadi orang jahat?" tanya Grace melirih.

"Jahat?" tanya Ansell masih berada di posisi yang sama.

"Dia kekasihmu? Seberapa penting dia untukmu?"

"Ansell?"

"Hmm?"

"Waktu itu kau pernah bilang, jika kau akan berusaha mencintaiku. Tapi, mengakuiku saja tidak. Padahal kau tahu betul, ada darah dagingmu dalam perutku."

"Kalo aku kepikiran terlalu lama bagaimana? Kalo anak ini nanti ilang, kamu baru tau rasa. Tapi mungkin, anak ini juga tidak berarti untukmu sama halnya sepertiku, sama-sama tidak berarti!" lirih Grace.

Ansell membalikkan tubuhnya, menatap sang istri yang saat ini tengah menangis. Tangannya tertarik untuk mengusap air mata yang saat ini sudah membasahi kedua pipi mulusnya. "Jangan terlalu overthinking. Dari kemarin kau sendiri yang mendiamkanku."

"Apa aku tidak boleh marah?"

"Aku tidak melarangnya. Tapi kau ingin aku bagaimana?"

"Jika seseorang berbuat kesalahan, apa yang harus dia lakukan?" tanya Grace.

"Meminta maaf?"

Grace terdiam. Lalu, sepersekian detik kemudian dia berkata, "Kalau anak ini punya perasaan bagaimana? Tahu kalo dia memikiki ayah yang jahat, gimana perasaannya? Mungkin, dia juga akan sakit hati. Ibunya saja tidak dianggap apalagi anaknya."

Ansell menarik napasnya dalam-dalam. Lalu, ia mencium kening Grace. "Aku sudah sepenuhnya melupakan Riana, soal kejadian beberapa hari yang lalu aku minta maaf," ujarnya.

Setelah mengatakan itu, tangan Ansell mengusap lembut perut Grace. Lalu, laki-laki itu tersenyum. "Untuk kamu calon anak Papa. Papa minta maaf, jangan bikin Mama rewel lagi," ucapnya.

Lalu, laki-laki itu kembali tersenyum menatap Grace. Membuat perempuan itu juga ikut tersenyum, senang. Detik itu juga, Grace kembali mengeratkan pelukannya. Tidak habis pikir, di balik sifatnya yang dingin dan juga tempramen, ternyata Ansell memiliki sifat yang begitu manis.

"Tidak usah tertawa," ujar Ansell kembali ke sifat sebelumnya.

Ansell sedikit geli, ketika ia berkata demikian. Namun, di satu sisi lain juga ia merasa gemas. Ternyata menjadi calon ayah itu sedikit menyenangkan, apalagi jika anaknya sudah lahir nanti.

"Kamu lucu," ujar Grace seraya terkekeh.

"Tidur, Grace. Akhir-akhir ini kau jarang istirahat. Kasian tubuhmu," ucap Ansell mengingatkan.

"Katakan sesuatu dulu. Setelah itu, aku akan tidur."

"Selamat tidur istriku dan selamat tidur calon anak Papa."

To be continued ....

Pengantin Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang