[27] - Dia milikku!

23.6K 1.5K 27
                                    

Heran, setiap kali ia memikirkan Ansell maka jantungnya akan berdegup secara abnormal. Tak hanya itu, semakin dipikirkan justru semakin menggila. Tak habis pikir, sejatuh cinta itukah dirinya? Padahal ia tahu jelas, bahwa laki-laki itu masih belum mencintainya sampai detik ini.

Dengan terus bergantinya malam ke pagi, dengan terus berlalunya waktu ke waktu, dia mempunyai harapan yang penuh. Yakni, berharap agar segera bertemu dengan titik penyelesaian. Memang tak mudah untuk mengendalikan rasa, terlebih lagi hatinya sudah ditempati oleh seseorang, mungkin itulah yang Ansell rasakan saat ini. Meskipun mereka terikat janji suci pernikahan, tetapi rasa cinta tetap tidak bisa dipaksakan.

Karena hati tahu kepada siapa ia harus berlabuh!

Ada rasa kecewa yang menyelimutinya, ketika suaminya mengatakan 'Masih belum bisa mencintaimu' katakanlah hatinya terlalu mudah untuk jatuh, tetapi apakah salah jika dirinya mencintai seseorang yang sudah semestinya ia sayangi, hormati, dan juga ia cintai?

Perempuan yang memiliki bola mata lebar itu tersenyum. Ia membantu memasangkan dasi suaminya yang terlihat sangat tampan. Namun, baginya fisik dan juga materi bukanlah poin utamanya. Entah kenapa, semenjak ia dinyatakan tengah berbadan dua, ia tidak mau jauh-jauh dari Ansell—suaminya, sedikit saja Ansell menyinggung perasaannya maka ia akan mengalami morning sickness secara berlebihan. Heran! Apakah orang ngidam itu aneh? Aneh seperti dirinya saat ini? Apa mungkin rasa itu hadir bersamaan dengan janin yang ada di dalam perutnya?

"Selesai!" Perempun itu tersenyum. Lalu, mengusap dada bidang suaminya.

"Grace, apa ini tidak berlebihan?" tanya Ansell. Pasalnya Grace terlalu perhatian kepadanya, harusnya Ansell senang bukan?

"Tidak. Memangnya kenapa?" tanyanya polos. "Udah jadi kewajiban aku, 'kan?"

Ansell mengangguk, lalu ia tersenyum. "Tidak apa-apa."

Grace mengambilkan tas kerja milik Ansell, waktu sudah menujukan pukul tujuh pagi. Ansell harus segera berangkat ke kantornya, karena hari ini ada meeting bersama beberapa kliennya. "Nanti siang aku pergi ke kantormu, boleh?"

'Untuk?" tanya Ansell.

"Makan siang denganmu," ujarnya dengan senyum yang begitu manis.

"Kalau mau berangkat telepon dulu. Biar Gio yang menjeputmu."

"Kenapa harus Gio? Memangnya kau tidak bisa?"

"Jika aku luang, aku akan menjemputmu. Aku berangkat." Ansell mengusap rambut Grace. Lalu, ia pun pamit untuk segera berangkat kerja.

***

"Jadi, kemungkinan besar kau akan menetap lama di Jakarta?" tanya seorang laki-laki yang tak sengaja berpapasan dengan seorang perempuan di sebuah restoran.

"Iya, aku dipindah tugaskan untuk mengoperasikan cabang baru perusahaan Ayah. Kau sendiri ada urusan apa di sini?"

"Orang tuaku sudah kembali. Mereka menginginkanku untuk tinggal bersamanya."

Hampir satu pekan mereka tidak bertukar kabar. Ditambah lagi tidak ada alasan untuk saling memberi kabar. Kasusnya telah selesai, maka dari itu kontrak antara Tssalisa dan juga Dean sudah selesai. Setelah itu, mereka kembali fokus kepada urusannya masing-masing, tetapi sekarang dengan tidak sengajanya mereka dipertemukan lagi.

Ya, mereka adalah Tssalisa dan juga Dean, entah suatu kebetulan atau bukan. Keduanya dipertemukan lagi, padahal sebelumnya ia tidak pernah seakrab ini dengan laki-laki yang notabene-nya mantan kekasih sang adik. Yakni, Gracellina Edellyn. Namun, semenjak Dean menjadi pengacaranya hubungan mereka tampak lebih akrab, terlebih lagi Dean sudah tidak memiliki hubungan apa-apa dengan sang adik.

Pengantin Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang