Aldorado 48

1.4K 74 6
                                    

Awal kebahagiaan🍃

Happy reading ....

Waktu menuju hari pernikahan hampir tiba. Dona, beserta dua keluarga yang bersangkutan sibuk mengurus tetek bengeknya. Banyak orang yang berseliweran memasang ini itu di setiap sudut rumah. Terkadang ia mengerang frustasi, saat pergerakannya sedikit terbatas.

Seperti saat ini, pagi yang harusnya penuh ketenangan kini berganti dengan suara son yang membuat Dona terbangun karena terkejut. Dona berdecak kesal, niat hati ingin tidur sampai siang, eh, malah terbangun dengan mesin laknat tersebut.

"Eh, neng Dona udah bangun?" Tanya bi Arsih, salah satu kerabat dekat yang juga tetanggannya.

Kucekan pada mata Dona terhenti. Ia menoleh, menatap wanita paruh baya yang berdiri di ambang pintu. "Eh, Uwa. Muhun wa, nembe gugah. Kebangun tuh, gara-gara suara son di luar." Jawabnya dengan nada sedikit kesal.

Arsih terkekeh kecil, "ayo mandi, sarapan sebelum orang butik datang."

Dona menutup mulutnya yang melebar saat menguap. Ia mengerjap pelan lalu kembali memandang Arsih dengan wajah memelas. "Lima menit lagi ya, wa. Dona ngantuk sumpah, pengen bobo lagi bentar." Pinta Dona.

Arsih dengan tegas menggeleng. "Bentar lagi kamu jadi istri orang loh, jangan males."

Dona mengerucutkan bibirnya, "ayolah wa!" Rengak Dona.

"Dona udah bangun, wa?" Tanya seorang perempuan yang datang sambil menenteng plastik hitam.

"Eh neng Audy. Itu neng baru bangun, tapi malah mau tidur lagi anaknya." Adu Arsih.

Mendengar jawaban Arsih, Audy dengan cepat masuk ke dalam kamar Dona. Audy berkacak pinggang menatap Dona tajam. "Bangun lo! Dasar kebo, mau nikah juga. Masih aja suka teler. Bangun! Bangun!" Teriak Audy menyingkap selimut Dona ke lantai.

"Apaan sih? Masih pagi ini." Keluh Dona. Ia meraba-raba udara berharap menggapai kembali selimutanya.

Audy berdecak, menaruh plastiknya  ke nakas lalu menggungcang kuat tuduh Dona.

"Bangun!"

Dona mendudukan dirinya sambil memasang wajah melas. Ia menatap Audy tajam. "Biasa aja dong."

"Ayo bangun, udah gak ada waktu buat santai-santai." Audy menarik tangan dona, membuat Dona menghela napas pasrah. Dona berbalik menatap tempat tidurnya dengan wajah cemberut. 'Pengen tidur.' Keluhnya dalam hati.

Arsih terkekeh pelan melihat perilaku keduanya. Ia mengingatkannya pada masa muda, masa di mana sahabatnya bertingkah sama persis seperti apa yang Audy lakukan.

"Menurutmu mana yang lebih bagus?" Tanya Dona pada Audy.

Audy menggaruk pelan pangkal hidungnya. Setelah membangunkan Dona tadi, belum sempat mereka sarapan, orang butik sudah stand by menunggu mereka. Dona bahkan bingung, kenapa mereka bisa se semangat ini? Kenapa mereka datang sepagi ini? Hei! Dona belum mandi tau.

Kini di depan mereka terdapat tiga buah gaun dengan warna dan model yang berbeda. Gaun pertama berwarna putih gading, dengan corak kebaya di lengan panjangnya dan batik mega mendung sebagai bawahannya. Gaun berdua berwarna biru muda dengan bawahan batik parang rusak. Dan yang terakhir gaun polos berwarna putih bersih dengan sulaman benang perak berbentuk bunga mawar menjuntai.

Audy menyernyit, ia menatap tiga gaun di depannya lalu menatap Dona. "Gaun pertama, menurut gue sih cocok buat lo." Jawabnya.

Dona mengangguk, ia mengambil gaun yang di pilih Audy lalu memasangkannya di badan.

HELLO DONA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang