Aldorado 13

1.2K 111 0
                                    

Hari sial🍃

Happy reading....

Dona menatap Rangga dan Edwin bergantian. Melepas pelukan nya, lalu tersenyum manis.

"Gue gituloh," seru Dona. Membuat perempuan itu pergi sambil menaham malu adalah kesenangan tersendiri. Siapa suruh ngelawan Dona, jadi kalah 'kan, kasian.

"Na, tadi ada apa?" Tanya Audy.

Saat bernyanyi Audy mendengar suara sedikit keributan. Ingin menghampiri tapi tugasnya belum selesai. Maka dari itu, Audy menghampiri Dona setelah lagu terakhir nya terlaksana.

"Cuman masalah kecil, nanti gue cerita." Jawab Dona.

"Baiklah, sekarang ayo semuanya kembali bekerja. Sisil, tolong kamu bereskan semua kakecauan di sini. Audy, tolong kamu bantu yang lain." Perintah Rangga.

Semua mengangguk dan segera melaksanakan tugas yang di perintahkan. Dona masih diam di tempat. Bukan tidak ingin membantu, hanya saja tangan Rangga masih menggenggamnya erat.

"Kak Rangga, tangannya." Lirih Dona menyadarkan Rangga.

Rangga segera melepaskan cengkalannya. Namun, Rangga tidak membiarkannya pergi, malah ia beralih mencengkram pundak Dona lembut. Pandangannya memaparkan jelas raut ke khawatiran.

"Kamu yakin gak papa? Perempuan tadi nampar kamu tidak? Bilang sama kakak." Tanya Rangga beruntun.

Dona meringis pelan. Dalam hati ia heran, apa yang terjadi dengan boss gantengnya ini. Rangga kenapa?

"Ekhem, adek gue itu." Rangga mendengus. Ia melepaskan cengkramannya lalu menatap Edwin malas.

"Gue tau," kesal Rangga.

Setelah Aldo mengantar Rara ke bandara, Aldo memutuskan untuk berjalan jalan. Menatap setiap kendaraan yang melesat sambil merenungi nasibnya, berjalan tanpa arah sampai maniknya menangkap seseorang yang ia kenal.

"Allya?" Gumamnya dengan mata menyipit.

Aldo segera menghampiri seorang perempuan yang baru keluar dari kafe dengan keadaan kacau. Sekilas Aldo melirik nama kafe tersebut sebelum menegur seorang perempuan yang berdiri tak jauh darinya. Dengan sekali pandang Aldo sudah tau kalau kafe ini adalah tempat Dona bekerja.

"Allya, lo kenapa?" Tanya Aldo.

Allya-nama perempuan tadi menoleh dengan wajah di tekuk.

"Gak liat gue lagi kesel!" Sentak nya.

"Ngegas mulu mbak, emang kesel kenapa sih?" Dahi Aldo menyernyit. Allya yang notadenya adalah adik dari Aldo sendiri, seakan sedang menahan sesuatu yang besar.

"Tuh pelayan," Allya menunjuk kafe yang ia datangi. "Beraninya ngehina gue di depan banyak orang." Jawab Allya dengan napas naik turun menahan emosi.

Aldo semakin bertambah bingung, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil memandang Allya dengan pandangan bertanya.

"Emangnya lo kenapa? Gak mungkin pelayan itu sengaja buat lo kaya gini." Ucap Aldo hati-hati, berusaha untuk tidak memancing emosi sang adik.

"Kok lo malah belain dia sih? Gue kan adik lo, masa yang lo bela orang lain!" Bentak Allya.

Aldo meringis. Ia menapat sang adik lalu menatap sekitar. Sedikit bernapas lega karna tidak ada yang memperhatikan. Bisa malu jika ada yang menonton, mau di taruh di mana mukanya entar.

"Bukan gitu, gue-"

"Udahlah! Gue mau pulang, percuma juga gue di sini." Potong Allya lalu pergi dengan wajah merah padamnya.

HELLO DONA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang