Aldorado 39

368 42 1
                                    

Tidak terlalu berharap🍃

Happy reading....

Dona berjalan dari meja satu ke meja yang lain. Hari kini menunjukan pukul sepuluh malam, itu artinya, caffe tempat Dona bekerja sudah di nyatakan tutup.

Peluh terus menyucur di dahinya. Meskipun begitu, ia sama sekali tidak merasa lelah. Ia malah semakin bersemangat mengumpulkan beling beling kotor untuk ia cuci nanti.

"Lo beneran balikan sama Aldo?" Tanya Sisil yang kini berada di sisinya.

Dona menoleh, tersenyum tipis lalu kembali mengangkat piring di meja nomer sembilan. "He'em, sepertinya." Jawab Dona.

Sisil berdecak, "kok sepertinya sih?" Ia mengambil beberapa piring yang berada di nampan Dona lalu memindahkannya ke nampan miliknya.

"Masih banyak gelas sama piring kotor di meja lain, kenapa harus piring kotor gue yang lo ambil." Dengus Dona tidak suka.

Sisil menggembungkan pipinya ikut merasa kesal. "Pertanyaan gue belum lo jawab loh!"

Dona menghela napas sambil mengelus dada. Ia tersenyum paksa pada Sisil lalu berjalan menuju meja lain.

"Gue cuman gak mau terlalu berharap aja. Ini juga gue gak tau, apa hubungan ini benar serius atau nggak." Ucapnya dengan santai. "Emang kenapa?"

Sisil yang berada satu langkah di belakangnya menggeleng pelan. "Heran aja. Kalian kan balikan nih, hubungan kalian bahkan belum ada dua minggu. Tapi kalau di lihat-lihat, kalian itu malah sibuk sendiri-sendiri. Aldo aja, yang pertama sering banget kesini, empat hari belakangan gak ada." Terangnya.

Dona menoleh sekilas, "dia lagi sibuk. Entah sibuk apaan gue juga gak tau." Ucap Dona mengangkat turunkan bahu.

"Ja-"

"Hei Dona, Sisil. Kemari, kita ada rapat." Seru Bayu yang berada tepat di depan pintu ruangan Rangga.

Sisil memandang sinis Bayu. Dalam hati ia berdecak. Padalah, Sisil masih ingin mengobrol dengan Dona, perihal kisah asmaranya, karna jujur, kisah cinta Dona itu menarik. Meski sering menguras emosi.

'Rapat?' Batin Dona.

"Rapat apaan bang? Kok dadakan." Tanya Dona.

Bayu menggeleng, "Abang juga gak tau. Ayo masuk, rapatnya sebentar lagi mulai."

Dona mengangguk, meletakan nampan yang berisi piringan kotor di atas meja, lalu melirik Sisil. "Ayo," ajaknya.

Sisil menghela napas panjang, ikut menaruh nampan di atas meja kemudian mengikuti Dona dari belakang.

Di ruangan Rangga, kini sudah banyak para staf yang berkumpul. Bahkan Audy dengan santainya mojok dengan Bayu di sudut ruangan. Dona seketika mendengus kesal. Pantas saja dari tadi ia cari, ternyata sibuk berduaan di sini.

Dona dan Sisil duduk lesehan di atas lantai bersama yang lain. Melirik sekitar, Dona menemukan Rangga yang sedang menelpon seseorang. Entah apa yang di bicarakan, tapi sepertinya itu sangat penting.

Beralih kembali menatap Audy, di sana dia sedang bercanda ria dengan sang kekasih. Menggeleng lalu terkekeh pelan saat melihat wajah sahabatnya memerah karena terus menerus di goda.

"Menurut lo kita di kumpulin karena apa ya?" Celetuk Sisil.

Dona menoleh ke samping kanan, tempat dimana Sisil duduk di sebelahnya. Mengangkat bahu acuh lalu kembali menatap depan. "Entah, kenaikan gaji mungkin." Ucapnya asal.

"Kenaikan gaji mulu lo, mah. Kamerin naik gajih, sekarang minta di naikin lagi," ucap salah satu staf di depannya.

"Ih, ya bagus tau. Makin semangat kan kerjanya." Ucap Sisil, Dona mengangguk setuju.

HELLO DONA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang