Aldorado 28

542 72 3
                                    

Hak milik🍃

Happy reading....

Setelah mengintrogasi Audy habis-habisan tadi malam, serta menjelaskan apa yang belum di ketahui Audy sebelumnya, Kini Audy mendekam sambil melamum di dekat jendela.

Cincin yang selalu di pake pak Reno itu, cincin pertunangan!

Kata-kata Dona membuatnya sepertu orang bodoh. Kenapa ia baru tau sekarang? Kenapa?

Audy memijit pelan pangkal hidungnya. Ini semua gara-gara flasdish sialan itu. Kalau saja waktu bisa di ulang, Audy mana mau kerumah pak Reno, mana mau juga bertemu sama tunangannya yang se-enak jidat mengatainya pelakor.

"Udah, jangan di lamunin." Tegur Dona. Audy menatap Dona tajam. Ia masih kesal dengan penjelasan Dona tadi.

"Gue masih kesel sama lo." Ketus Audy.

Dona menghela napas, "I'm sorry." Lirihnya.

"Lo tau gak sih? Akhir-akhir ini bang bayu galauin lo mulu. Gak kasian apa lo sama dia." Sambungnya.

Audy meringis. Memang, beberapa hari belakangn ini sikapnya terlihat cuek pada Bayu. Dan itu semua gara-gara pikirannya yang kacau masalah Reno. Terbesit rasa penyesalan di hatinya. Bagaimana bisa ia sampai melupakan Bayu, pacarnya sendiri. Astaga!

Menghela napas, Audy menatap Dona dengan pandangan bersalah. "Sorry."

"Kalau mau minta maaf, bukan ke gue, tapi ke bang Bayu." Ucap Dona.

Audy mengangguk sambil menunduk. "Lo bener."

"Malam nanti, gue sama Aldo mau jalan. Lo juga harus ikut, soalnya ada bang Bayu juga." Ucap Dona. Ia menepuk pelan bahu Audy, sebelum pergi meninggalkan Audy sendiri.

"Pasti."

Duduk termenung di tepi balkon. Menatap langit yang kini terlihat biru cerah tanpa penghalang. Awan seakan tak ingin ngengganggu sang biru bersinar. Mengijinkan para makhluk di bawahnya ikut bahagia dengan cuaca yang cerah.

Namun berbanding terbalik dengan gadis satu ini. Di matanya hanya ada tatapan sendu. Tatapan bimbang yang sulit di jelaskan.

Sudah satu bulan dia berada di Jerman, selama itu pula kegiatannya tidak luput dari menatap langit.

Ia rindu Indonesia, ia rindu sahabatnya, rindu segalanya, tapi ia takut akan merusak kebahagian di sana. Kalau dulu ia bersemangat untuk pulang ke Indonesia, kini berbeda cerita, ia sangat takut pulang ke negara beriklim tropis itu.

Rara mendongak saat usapan lembut menyentuh rambutnya. Bibir mungil gadis itu membentuk garis tipis, tersenyum penuh kasih sayang pada wanita yang sudah melahirkannya.

"Melamun lagi, hm?" Tanya Arina.

Rara masih mempertahankan senyumnya. Ia tidak tau harus menjawab apa. Rencana perjodohan ini membuatnya senang sekaligus bimbang. Sekilas, bayangan Aldo muncul di depannya. Hati kecil gadis itu bertanya, 'apa Aldo tau tentang perjodohan ini? Apa ia akan menerimanya?'

"Hei, kok melamun lagi. Ada apa? Cerita sama ibu." Tegur Arina membuat Rara tersentak.

Menghela napas, Rara menatap sang ibu dengan pandangan sulit diartikan. "Apa, perjodohan ini benar-benar akan di lakukan?" Tanya Rara nyaris berbisik.

Kedua alis Arine merengut bingung. "Tentu saja. Kita sudah membicarakannya tiga minggu lalu, dan mereka setuju." Jawabnya.

"Tapi kita masih kuliah." Ucap Rara mencoba bernegosiasi.

HELLO DONA (Tamat)Kde žijí příběhy. Začni objevovat