Aldorado 24

794 79 17
                                    

Gundah🍃

Happy reading....

"Cantik." Pujinya.

Manik Aldo melebar sempurna. Apa katanya tadi? Cantik? Astaga, apakan papah-nya ini mulai suka sama dia? Kalau itu benar, besar kemungkinan kalau dia akan di restui nantinya.

"Tapi tetep, momy kamu yang paling cantik di hati dad." Sambungnya.

Fitri mencibir pelan meski tidak bisa menyembunyikan semburat merah di pipinya.

"Gombal terus mas. Inget umur, udah tua." Sindir Fitri.

"Apa sih yang?"

Fitri mendengus geli. "Sarapan udah siap, yak sarapan dulu." Ajaknya.

"Go," dengan semangat Aldo mengikuti kedua orang tuanya di belakang. Allya masih terpaku di ranjang milik sang kakak sambil memperhatikan langkah mereka dan menggeleng pelan. Saat Allya hendak beranjak, sebuah poto tidak sengaja jatuh ke lantai. Allya mengambil poto tersebut hendak melihat siapa orang yang tergambar di sana. Maniknya membulat, rahangnya mengeras, ia menggeram kesal. Dengan sekali hentakan, Allya berlari sambil meremas poto tersebut dengan kuat.

"Kaka!" Tariak Allya dari arah tangga menuju ruang makan.

Aldo tersedak, bahkan minuman yang ia telan hampir saja keluar kembali. Ia melirik Allya yang menatap tajam kearahnya. Ya tuhan, wajah Allya memerah? Apa ia melakukan kesalahan?

"Ada apa Allya?" Tanya Damian.

Allya hanya melirik sekilas lalu kembali menatap tajam sang kakak. Ia menunjukan poto dengan amarah yang tak bisa di jabarkan.

"Poto ini! Ada hubungan apa lo sama dia?" Tanya Allya tak sabaran.

"Itu poto gabis yang kemarin tersesat sama Aldo." Jawab Damian mewakili Aldo. Setidaknya itu yang Damian pikirkan di otaknya.

Rahang Allya semakin mengetat, napasnya memburu petanda emosi.

"Gue mau, lo jauhin dia!" Ucapnya penuh penekanan.

"Apa hak lo nyuruh gue jauhin dia?" Tanya Aldo dingin.

"Dia gak pantas sama lo?" Sentak Allya.

"Apa yang buat dia gak pantas sama gue?" Aldo semakin menatap Allya tajam sekaliagus bingung.

"Karna dia miskin! Gak sebanding sama kita. Kalau lo mau tau, dia cuman pelayan kafe murahan."

"Apa maksudmu Allya?" Tanya Fitri.

Allya menoleh kemudian tersenyum. "Nanti aku cerita mom." Jawabnya.

"Lo gak bisa menilai orang dengan sekali pandang. Lo gak kenal dia jadi jangan sok tau." Tegas Aldo.

Allya terkekeh sinis, "lo bela dia? Bela si miskin itu? Di kasih apa lo sama dia, hah! Buka mata lo, dia gak cocok sama lo." Disisnya.

Aldo memandang remeh. "Sebelum lo bilang ke gue, lakuin dulu ke lo. Di kasih apa lo sama Ronald? Cowo belangsatan, sering mabok mabokan, suka keluar malam lo pacarin." Ucapnya memutar keadaan.

Allya semakin menggeram marah, "gak usah bawa-bawa cowo gue! Jelas dia lebih baik, dan yang paling penting kita sama."

"Sama bukan berarti baik. Gue bukan lo yang haus ke kuasaan. Gue mandang cinta dari ketulusan." Tekan Aldo.

Napas Allya naik turun. Apa katanya? Haus kekuasaan? Benar benar ....

"Secara gak langsung lo bilang gue matre? Gitu? Jahat banget lo ya." Ucap Allya menatap tak percaya.

HELLO DONA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang