Aldorado 44

683 65 16
                                    

Gak tau diri🍃

Happy reading ....

Aldo berjalan dengan wajah datar memasuki rumah. Sepulang dari kostsan Dona, moodnya menurun drastis. Niat untuk menjelaskan pun sirna, karna Dona sudah hilang entah kemana, Audy bahkan enggan memberitahunya. Ingin meminta bantuan Restu, sepertinya tidak mungkin. Hubungan Aldo dan Restu akhir-akhir ini kurang baik. Alasannya? Tentu saja karna ke egoisan Aldo sendiri.

"Dari mana saja kamu?"

Langkah Aldo tertahan saat menginjakan kakinya di tangga pertama. Aldo berbalik, menatap Damian yang sibuk dengan koran Di tangannya.

"Rumah Restu." Jawab Aldo singkat.

Damian menyeringai. Di taruhnya koran itu di atas meja, berdiri, lalu mendekati Aldo.

"Dad tadi nelpon Restu. Katanya, kamu tidak ada di sana. Jadi kemana aja kamu?" Selidik Damian sambil bersidekap dada menatap tajam Aldo.

"Paling juga ke rumah pelayan itu," celetuk Allya yang entah sejak kapan berdiri sambil menompang dagu pada pembatas tangga di lantai dua. "Dad kan tau, selera kakak itu jelek." Ejeknya.

"Diam lo bocah!" Aldo melirik sinis. Tangannya mengepal, lagi-lagi Allya menghina Dona. Sebenarnya ada dendam apa Allya pada Dona. Aldo sama sekali tidak mengerti.

"Apa? Emang benar kan?" Allya tersenyum miring. "Lo gak ingat, gara-gara dia, lo jadi babak belur di hari pertunangan lo sendiri."

"Itu bukan salah Dona!" Sentak Aldo.

Allya terkekeh, "terus salah siapa?" Pertanyaan Allya membuat Aldo menggeram marah. "Kedatangan dia itu jadi sumber masalah tau. Tuh liat, muka lo jadi bonyok sekarang. Itu karna siapa? Ya karna Dia. Dia itu pembawa sial kak," Allya menunjuk beberapa titik wajah Aldo yang membiru.

"Lo gak tau apa-apa Allya!" Aldo menggeram.

Allya tersenyum miring. Dengan anggung ia melangkah menuruni tangga. "Apa yang gak gue tau kak? Pekerjaan dia gue tau. Tempat tinggal dia gue juga tau. Dan lagi, dia itu gak jelas asal usulnya. Asal lo tau kak, keluarga kita tidak menerima orang dengan sembarangan menjadi anggota keluarga." Ucapnya.

"ALLYA!" Bentak Aldo.

"Sudah!" Lerai Damian sambil memijit pelan pelipisnya.

"Aldo bagaimana pun juga kamu sudah bertunangan. Kamu sudah terikat, sebentar lagi kamu akan menikah. Jadi stop memikirkan wanita lain. Lebih baik kamu pikirkan konsep pernikahan dan perkuliahanmu saja." Ucap Damian pada Aldo.

Aldo tersenyum miris. "Bukankah ini yang kalian inginkan?" Tatapan Aldo beralih pada Damian.

"Apa maksudmu?"

"Pertunangan ini kemauan kalian, bukan kemauanku. Aku sudah melakukannya meski aku tidak mau. Sekarang, apa lagi yang kalian inginkan?" Tanya Aldo.

"Apa maksudmu Aldo?" Tanya Damian lagi. Dahinya menyernyit bingung.

Aldo terkekeh miris. "Aku sudah mengorbankan banyak hal Daddy. Aku menerima perjodohan ini atas ancaman dari kalian. Kalau seandainya dad tidak memberikanku pilihan yang sulit, sudah pasti aku akan menolak perjodohan ini. Aku sudah mengorbankan perasaanku, dan sekarang apa? Apa lagi yang kalian mau." Ucap Aldo dengan napas turun naik. Ia menahan diri untuk tidak menunjukan emosi berlebih pada Damian. Hatinya sakit, sangat sakit saat menyampaikan perasaan hatinya itu.

"Kami hanya ingin kamu bahagia. Kami tidak ingin kamu memilih pasangan yang salah." Ucap Damian berharap Aldo mengerti maksud baiknya.

"Apa kalian pikir  aku ini tidak bisa mencari kebahagianku sendiri? Hingga kalian berisiniatif untuk mencarikanku kebahagiaan lewat perjodohan ini, begitu? Apa dengan ini aku akan bahagia? Sama sekali tidak." Bantah Aldo.

HELLO DONA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang