Aldorado 31

757 62 3
                                    

Sakit🍃

Happy reading....

Hari yang di tunggu-tunggu para pekerja akhirnya telah tiba. Dona dengan semangat menuju parkiran setelah dosen pelajar keluar kelas. Audy menghela napas, mengejar orang juga butuh tenaga, apalagi orangnya selincah Dona, habislah tenaganya saat ini.

"Don, pelan-pelan kan bisa. Itu uang gak bakal lari kok, lo pasti kebagian." Keluh Audy dengan nada ngosngosan.

Dona menoleh pada Audy. "Hari ini itu hari penting dy, uang kerja keras gue akhirnya cair." Pekiknya bersemangat.

"Setiap akhir bulan lo kaya gini terus Dy, gue cape ngejar lo." Cibir Audy.

"Sorry-sorry, yuk berangkat.  Gue gak sabar megang duit gue yang segepok itu."

"Orang kaya rasa miskin lo na, buruan berangkat." Ucap Audy yang kini sudah duduk manis di belakang Dona.

Dengan semangat dan senyum cerah, Dona menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi.

"BANGSAT LO NA! GUE BELUM MAU MATII!" Teriak Audy memekik takut merasakan kecepatan Dona yang tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

Dona tertawa kencang, dengan tanpa perasaan ia menaikan tingkat kecepatnyannya. Saking cepatnya, Dona hanya membutuhkan waktu sepuluh menit dari waktu yang biasa ia tempuh selama dua puluh menit.

Audy turun dari motor dengan posisi oleng. Kepalanya pusing akibat angin yang terlalu kencang. Dengan kuat ia menepuk tangan Dona penuh perasaan. Bukannya kesal, Dona malah kembali tertawa.

"Sialan lo na, gua hampir di bawa angin." Cibir Audy masih dengan memegangi kepalanya.

Dengan wajah tampa dosanya, Dona cengengesan sambil mengangkat dua jari tengah dan telunjuknya membentu huruf 'V'.

"Ayo masuk," ajaknya setelah meletakan helmnya di jok motor.

"Bantuin." Ketus Audy.

Dengan semangat Dona memapah Audy masuk ke dalam Caffe. Untungnya Caffe hari ini cukup sepi. Mungkin karna ini akhir bulan, para pelanggan sedang mengantri mengambil uang dari kerja keras mereka. Begitu pikir Dona.

"Loh, na. Audy kenapa?" Tanya Sisil yang datang sambil membawa nampan berisi jus alpuket di atasnya.

"Gue bawa terbang, jadi masuk angin deh." Jawab Dona.

Sisil menggeleng pelan. "Cepat kebelakang, lalu minta koki Asep buatin wadang jahe untuk Audy." Perintahnya.

Dona mengangguk lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangan khusus staf.

"Kak Asep, gue minta wedang jahenya satu dong, buat Audy." Pinta Dona setelah meletakan Audy secara hati-hati di sopa panjang.

"Audy kenapa, na?" Tanya Asep.

"Di tabrak angin, makanya masuk angin." Jawab Dona polos.

"Na, kamu di suruh keruangan bos Rangga seka- eh, Audy kenapa?" Tanya Bayu khawatir pada Audy yang sedang berbaring lemas.

Bayu langsung duduk di samping Audy sambil memegangi tangannya erat.

"Cuman masuk angin biasa bang," jawab Dona. "Tadi bang Bayu bilang apa?" Sambungnya.

Raut khawatir bayu kini perlahan hilang, ia menoleh ke arah Dona yang berdiri di belakangnya. "Kamu di panggil ke ruangannya Rangga. Sana samperin, takut ada sesuatu yang penting." Jawab Bayu.

Dona mengangguk satu kali, "gue titip Audy bang."

Setelah mengucapkan itu Dona langsung pergi ke ruangan Rangga. Setelah mendapatkan ijin, Dona langsung masuk kedalam. Di sana Rangga sedang terduduk sambil memijit pelan keningnya.

HELLO DONA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang