Aldorado 23

897 96 8
                                    

Khawatir🍃

Happy reading.....

Aldo menatap tubuh Dona yang tertidur. Ya, setelah perdebatan yang menguras perasaan dan keraguan hati, Dona tertidur karena kelelahan.

Mata teduh Aldo terus menatap wajah lelah Dona. Tangannya ia gunakan untuk membelai pipi orang yang di cintanya lembut penuh kehati-hatian.

'Apa yang membuatmu meragu na? Siapa orang yang sedikit demi sedikit menggantikan posisiku?' Tanya Aldo dalam hati.

Aldo memutuskan tatapannya, ia menatap sekeliling. Aldo harus cepat keluar dari sini. Dengan sangat hati-hati Aldo menggendong Dona di punggungnya, lalu kembali berjalan menyusuri hutan.

Semak demi semak, pohon demi pohon Aldo lewati untuk mencari jalan pulang. Ia hampir prustasi, kalau saja dari tempatnya berdiri Aldo tidak melihat cahaya di depan sana. Aldo hampir terjungkal, saat pikiran pertamanya menangatakan bahwa itu adalah hantu, tapi dengan segera Aldo tepis, karna semakin di lihat, cahaya itu seperti sebuah cahaya dari lampu senter.

"TOLONG!" Teriak Aldo sekuat tenaga agar mereka bisa mendengar suaranya. Aldo melirik Dona sekilas, napas lega terdengar setelahnya saat Dona tidak terusik sama sekali. Syukurlah.

"TOLONG!" Teriak Aldo sekali lagi.

Sinar itu semakin mendekat, beberapa orang berlari ke arahnya. Terlihat wajah penuh kelegaan saat orang yang mereka cari ada di depan mata. Seorang pria dengan jaket navy dan senter besar ke arahnya mendekat kemudian menepuk pundak Aldo pelan.

"Akhirnya kalian ketemu juga." Ucap Ari penuh kelegaan.

Aldo terkekeh pelan. "Saya kira saya akan tersesat lebih lama lagi di sini."

Ari menggeleng, "bagaimana kalian bisa tersesat?" Tanya nya.

"Ceritanya panjang." Jawab Aldo.

"Apa dia baik-baik saja?" Ari kembali bertanya sambil mengalihkan pandangannya pada seorang wanita yang di gendong Aldo.

Aldo tersenyum kemudian mengangguk, "tentu. Dia hanya tertidur."

"Baiklah kalau gitu mari kita pulang. Kamu, kabari yang lain untuk menghentikan pencarian." Perintah Ari kepada salah satu anggota panitia. Ari kembali menoleh ke arah Aldo kemudian turun pada seorang gadis yang tertidur.

"Mau saya gantikan?" Tawar Ari.

Aldo menggeleng kemudian tersenyum, "tidak papa, biar saya yang gendong." Tolaknya.

Di balik mata tertutupnya, iris Dona bergerak. Pelan tapi pasti mata itu mengerjap sampai terbuka sempurna.

"Aish," ringis Dona sambil memegang kepalanya yang berdenyut. Maniknya menatap sekeliling. Hingga terdengar suara seseorang yang berhasil mengalihkan atensinya.

"Dona, akhirnya lo sadar juga." Pekik Audy penuh kelegaan. Ia membantu Dona yang hendak bangun dengan hati-hati. Senyumnya terus mengembang.

"Gue di mana?" Tanya Dona sambil menelisik seluruh ruangan. Ruangan putih dan bau obat tercium di hidungnya. Apa jangan jangan ....

"Ish," rintih Dona lagi saat Kepalanya kembali berdunyut.

"Lo gak papa? Mau gue panggilin dokter?" Tanya Audy khawatir.

Dona menggeleng lemah. "Nggak! Gue nggak-"

"Dona," potong seseorang yang baru saja masuk ke ruang rawat Dona.

"Kak Rangga." Pekik Dona langsung memeluk erat lelaki bertubuh tegap itu saat berada di dekatnya.

Rangga tersenyum. Ia membalas memeluk erat Dona. Rasa cemas dan khawatir perlahan hilang saat sosok yang ia sayangi membuka matanya dengan keadaan baik-baik saja.

HELLO DONA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang