Aldorado 38

404 41 5
                                    

Maaf🍃

Happy reading....

Bulan sudah berada di atas kepala. Sebuah mobil berwarna merah terparkir di pinggir jalan dekat pesawahan. Ramainya suara jangkrik seakan menemani sunyinya malam tanpa ada seorang pun manusia. Rentannya kejahatan membuat atmosfir di sekitar semakin mencekam, apalagi rumah penduduk di sekitar sini saling berjauhan. Lagi pula, siapa yang mau berkeliaran di tengah malam begini? Mereka semua lebih baik mendekam di balik selimut. Semua, kecuali satu, orang yang berada di dalam mobil tersebut.

Rambut acak acakan, kancing kemeja atas terbuka, serta wajah yang jauh dari kata baik-baik saja. Ia terus mengumpat dan mengumpat, memukul stir bahkan tak jarang menjambak rambutnya sendiri.

Aldo, keadaan laki-laki itu sekarang benar-benar kacau. Pulang dari rumah, ia di sambut dengan tamparan keras dari sang adik.

"Lo keterlaluan banget sih! Lo harusnya bela tunangan lo, bukan cewe sialan itu. Puas lo buat kak Rara malu di depan umum!"

Bahkan bentakan Allya terus terdengar di pikirannya. Untung saja, di rumah Fitri dan Damian sedang tidak ada. Aldo memang diam, membiarkan berbagai makian keluar dari Mulut Allya untuknya. Setelah puas, Allya pun mengusir Aldo untuk meminta maaf Pada Rara, hingga ia terdampar di sini sekarang.

Aldo menyalakan kembali mobilnya lalu menjalankannya menuju Rumah Rara. Turun dari mobil, Aldo berjalan menuju pintu. Baru saja ia hendak mengetuk, suara isakan terdengar oleh telinganya.

Bulu kuduk Aldo sedikit berdiri. Menggeleng pelan untuk menghalau pikiran negatifnya sebelum mengetuk pintu.

"Hisk ... hiks," suara itu kembali terdengar. Aldo memutar tubuhnya, lalu menoleh ke kanan dan ke kiri. Dengan keberanian yang sudah ia kumpulkan, Aldo berjalan mencari dimana asal suara itu tersebut.

Aldo berjalan menuju taman samping rumah Rara. Langkahnya terhenti saat melihat seorang wanita duduk dengan bahu bergetar. Dari postur tubuh, Aldo yakin itu pasti Rara. Perlahan Aldo mendekat, menarik napas lalu menepuk pelan pundak Rara.

Rara yang terkejut reflek menoleh ke belekang. Setelah mengetahui siapa yang menepuk pundaknya, ia melongos, enggan menatap Aldo.

Aldo menghela napas pelan. Wajar jika Rara marah padanya, apalagi kemarahan Rara sampai merambat pada Allya.

Aldo berjalan memutar lalu duduk di  samping Rara. Ia terus memperhatikan Rara yang masih terisak. Rasa bersalah memang ada. Tapi, Aldo tidak suka Rara terlalu ikut campur masalahnya, apalagi dengan Dona.

"Ngapain lo di sini? Pulang sana!" Ketus Rara.

Aldo tidak menggubris, ia masih asik dengan kegiatannya, memandangi wajah sembab Rara dari samping.

Risih terus di perhatikan, Rara menoleh menghadap Aldo. "Apa liat-liat!" Sentaknya.

Aldo mengerjap beberapa kali lalu menggeleng kecil. Sekilas Aldo menatap langit sebelum kembali menatap Rara. "Tidur, udah malam."

Rara mendengus, "gak usah sok peduli. Pulang sana!"

Lagi-lagi Aldo tidak menggubris. Matanya mengisyaratkan sedikit penyesalan. Dengan cepat Aldo membawa Rara kedalam pelukannya.

"Maaf." Lirih Aldo yang masih terdengar oleh gadis berpiama beruang itu.

Tangis Rara kembali menjadi. Aldo semakin erat memeluk tubuh kecil itu. Merasa bersalah? Tentu saja. Bagaimanapun juga, Rara adalah sahabatnya, Orang yang paling Aldo sayang.

"Lo jahat Aldo, hiks. Lo bukan Aldo gue lagi. Aldo gue gak pernah bentak gue, gak pernah ngacuhin gue, gak pernah jahat sama gue." Ucap Rara sambil terisak. Rara memukul kencang dada Aldo. Tidak peduli Aldo ke sakitan, karna Rara sekarang butuh bahan pelampiasan emosinya.

HELLO DONA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang