Aldorado 5

1.7K 206 4
                                    

Revisi berjalan lambat.

Ada yang ngulang?

Meski ni cerita udah selesai, vote dulu donk, biar sama sama enak😉.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

jangan lupa untuk follow aku authornya ya, biar lebih semangat dalam berkarya.

Happy reading ....
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Di tampar kenyataan🍃

"Aku mau kita putus!"

Empat kata legendaris itu akhirnya terucap oleh Dona. Empat kata yang membuat Aldo menatapnya tak percaya. Empat kata yang membuat dunia Aldo luluh lantah.

"Gak! Kamu apaan sih, se-enaknya minta putus dari aku. Aku gak mau." Tolak Aldo mentah-mentah.

Dona menggeleng pelan, "dengan caramu yang seperti ini, wanita mana yang akan tahan Aldo."

"Apa maksudmu?" Aldo menatap Dona tidak mengerti. Dona terkekeh miris. Ia mengelap jejak air mata di pipinya sebelum menatap Aldo. Napasnya ia atur agar lebih tenang. Dona teringat pesan Audy untuk tetap terkendali.

"Apa maksudku?" Dona menunjuk dirinya sendiri. "Sekarang aku tanya, apa ada seorang sahabat yang mencium sahabatnya sendiri di depan kekasihnya. Apa ada?" Dona balik bertanya.

"Aku nggak cium dia." Bantah Aldo.

"Iya!"

"Hampir!"

"Kalau saja aku nggak datang mungkin akan berbeda ceritanya," Dona menatap Aldo dengan tatapan kecewa. Hatinya sakit, sangat sakit hingga tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata.

"Na, aku bisa jelasin ...-"

"Udah," potong Dona sambil mengangkat kedua tangannya di depan dada. "Udah, gak perlu ada penjelasan lagi. Aku nyerah, aku udah gak kuat. Kita putus aja." Ucap Dona.

Aldo menggeleng cepat. "GAK BISA! KAMU JANGAN EGOIS NA. JANGAN AMBIL KEPUTUSAN SEPIHAK. AKU GAK MAU PUTUS DARI KAMU." Teriak Aldo. Rahangnya mengeras, sudah bisa di pastikan kalau ia sedang marah.

"KAMU YANG EGOIS!" Dona balik berteriak. Napas Dona memburu setelahnya. Kepala Dona menunduk dalam. Air mata yang semenjak tadi ia tahan tidak bisa lagi Dona tampung. Dona kembali menangis.

"Harusnya, sejak kedatangan Rara aku memilih mundur." Lirih Dona. Ia mengusap jejak air asin di sudut matanya lalu mengeladah menatap langit. "Aku udah berusaha mati-matian untuk tidak cemburu dengan kedekatan kalian, tapi nyatanya ... nyatanya aku gak bisa." Sambung Dona dengan nada seperti bisikan. Ia kembali menundukan kepala, enggan menatap Aldo.

"Bukankah aku sudah bilang kalau Rara sahabatku. Wajar 'kan kalau aku perhatian sama dia." Ucap Aldo.

Dona kembali mendongak, "tapi aku ini pacarmu. Bukan hal yang wajar jika kamu, yang notabenya adalah pacar aku, bermesraan dengan sahabat wanitamu di depan mataku sendiri. Aku punya perasaan Aldo, sedangkan kamu sendiri tidak pernah mau mengerti perasaanku."

"Na-"

"Aku cape Aldo, aku cape untuk mengerti kamu tapi kamu tidak pernah mengerti aku. Untuk apa hubungan ini kita pertahankan. Sedangkan kamu sendiri lebih memilih sibuk dengan yang lain. Untuk apa hubungan ini kita pertahankan, jika hanya aku terus berjuang." Dona menatap Aldo lekat. Ia maju satu langkah lebih dekat.

HELLO DONA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang