Aldorado 42

484 66 13
                                    

Ketahuan🍃

Happy reading ....

"Seperti yang sudah kita sepakati kemarin, malam nanti semua karyawan yang ada di sini kumpul jam setengah tujuh malam. Khusus untuk para ketua tim yang saya tunjuk kemarin, kumpul jam empat sore, bisa?" Ucap Rangga menggema hingga sudut ruang rapat.

Semua karyawan mengangguk semangat, "bisa." Balas mereka dengan kompak.

"Lo sore ke sini kan?" Bisik Sisil pada Dona.

Dona menoleh lalu mengangguk singkat, "sebenarnya gue males. Tapi ya mau gimana lagi, bos kalau sudah nunjuk orang ya harus orang itu yang jadi penanggung jawabnya." Balas Dona ikut berbisik.

"Yang sabar." Ucap Sisil menepuk pelan pundak Dona. Wajahnya menunjukan ekspresi sedih yang di buat-buat.

Dona mengerucutkan bibir, ikut membuat raut wajah sendu. "Hm, gue mah selalu sabar, hiks." Ucap Dona ikut mendrama.

Sisil menatap Dona ngeri kemudian mendengus geli. "Lo payah kalau di suruh ekting. Kacau." Ejeknya.

Dona berdecak, "ah, gak seru."

Rangga mengangguk puas menatap para pekerjanya. Pandangannya jatuh saat melihat Dona yang sedang berbisik ria dengan salah satu karyawannya.

"Baiklah, kalau begitu, silahkan kalian kembali bekerja. Hari ini kita mempunyai tugas besar. Jadi jangan mengecewakan pelanggan." Sambung Rangga yang di angguki dengan semangat oleh para anak buahnya.

Tidak butuh waktu lama, ruangannya yang tadinya penuh dengan para manusia kini sepi dalam sekejap. Rangga mendudukan diri di kursi kerjanya, kembali pokus dengan leptopnya.

Di sisi lain, Dona di sibukan dengan pekerjaannya. Mengatur dan mengecek apakan ada yang kurang dari berbagai makanan yang akan menjadi dissert di acara nanti malam. Menjadi ketua penanggung jawab dalam makanan pencuci mulut rupanya sangat sulit. Sang klaen kali ini sedikit merepotkan. Makanan manis harus sesuai ke inginannya. Tidak boleh terlalu manis lah, tidak boleh terlalu banyak lah, tidak boleh terlalu sedikit lah, astaga, benar-benar harus sesuai standar. Untung saja Audy di tunjuk untuk menjadi asistennya. Setidaknya pekerjaannya tidak terlalu menekan ia untuk terus mengomel.

"Puding ini terlalu manis!"

"Itu gulanya terlalu banyak!"

"Jangan terlalu banyak crem!"

"Stop! Adonan tidak boleh lebih dari sepuluh miligram."

"Ingat! Brownis putih pakai toping coklat, dan brownis coklat pakai toping keju. Pake selai bukan pake cream."

Dona meneguk ludah mendengat suara Audy yang menggema. Audy mendekatinya lalu mendesah kecil. "Cape banget gue, pengeng minum." Ucap Audy mengibas-ngibaskan tangannya pada wajah.

Dona meringis kecil lalu mengambilkan Audy segelas air dingin. Apa yang Audy rasakan sudah Dona rasakan tadi. Untungnya pekerjaan hari ini hanya setengah hari untuk para penanggung jawab. Waktu masih menunjukan pukul sepuluh, masih ada dua jam lagi untuk ia pulang.

"Gimana dengan mereka?" Tanya Dona pelan.

"Beres." Jawab Audy. "Astaga, pita suara gue seakan di copot secara paksa, sakit banget ini tenggorokan." Sambungnya mengeluh.

Dona mengangguk setuju. "Pokoknya kalau bonus kali ini kecil, gue mau demo." Ucap Dona menganggkat satu tangannya ke udara.

Audy ikut mengangguk, "bener banget. Suara kita harus di bayar dengan uang yang banyak." Seru Audy.

"Kalau begitu, ayo kita kembali bekerja. Kita harus semangat, biar cepat selesai dan segera pulang kerumah." Sambung Audy.

Dona mendesah malas, "gue masig cape." Melas Dona.

HELLO DONA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang