Aldorado 32

678 56 4
                                    

Bolos🍃

H

appy reading....

Setelah mengantar Dona pulang, dengan kecepatan penuh, Aldo kembali menjalankan mobilnya menuju rumah dalam waktu singkat.

Bantingan pintu mobil terdengar, secepat mungkin Aldo melangkah menuju ruang keluarga tempat dimana orang - orang rumah bersantai.

"Gimana jawaban kamu, iya atau tidak?" Tanya Damian saat Aldo sudah berada di hadapannya.

Untuk pertama kalinya Aldo menatap ayah dan ibunya tajam. Pembahasan tadi siang membuat emosinya naik serta muak untuk tetap berada di rumah.

"Tidak!" Jawaban Aldo membuat Rahang Damian mengeras.

"Sayangnya dad sama sekali tidak menginginkan jawaban itu." Ucap Damian dingin, menatap sang anak dengan tatapan tajam.

"Aldo bisa cari jodoh Aldo sendiri dad, mom, gak perlu ada perjodohan kaya gini." Ucap Aldo mengutarakan ketidak sukaannya.

Ya, tadi siang, Damian memberitahu Aldo bahwa ia akan di jodohkan. Dan yang paling parahnya lagi, mereka akan bertemu besok malam. Aldo sendiri tidak tau siapa nanti calon istrinya. Karna Damian seolah sengaja merahasiakan nama perempuan tersebut.

"Jangan buat dad malu, do. Dad sudah menyetujuinya. Mau di taruh di mana nanti muka dad kalau kamu menolaknya." Ucap Damian.

"Siapa yang minta di jodohin? Gak ada." Timpal Aldo. "Aku udah punya pacar, dad, mom, aku sayang sama dia." Sambungnya berusaha mengambil simpati orang tuanya.

"Pelayan caffe rendahan kaya dia lo jadiin pacar? Haha, dia itu lebih cocok jadi babu tau gak." Hina Allya yang duduk dengan segelas jus wortel tanpa gula di tangannya. Matanya melirik sinis Aldo yang juga menatapnya tajam.

"Jaga omongan lo Al! Dia orang baik-baik. Dia kerja, cari uang, buat hal yang penting. Gak kaya lo yang sukanya poya poya ngabisin uang keluarga." Desis Aldo.

Allya mengerinyai, bodo amat dengan ucapan Aldo barusan. Dengan tenang ia meminum jus Wortelnya hingga tandas.

"Meskipun begitu, dia nggak cocok sama kamu, do. Dia berbeda dengan kita. Derajat kita lebih tinggi dari pelayan caffe biasa." Ucap Fitri yang di angguki cepat oleh Allya.

"Aku setuju." Ucap Allya menjentikan jarinya.

Aldo mengusap wajahnya kasar. "Kasta lagi?" Ucapnya tak percaya.

"Mom, kita itu sama, kita sama-sama manusia, sama-sama makhluk ciptaan tuhan. Gak ada yang namanya kasta tinggi-kasta rendah, gak ada! Perbedaan kita hanya satu, baik buruknya seseorang, udah itu aja." Sambungnya.

Fitri menatap Aldo setajam silet. "Gak usah ngajarin mom. Mom juga tau mana yang baik dan mana yang buruk, mom tau mana yang harus mom lakukan dan tidak. Mom tau apa yang terbaik untukmu atau tidak. Dan mom yakin ini adalah keputusan terbaik." Desisnya.

"Perjodohan tanpa dasar cinta apa aku akan bahagia? Tidak." Ucap Aldo menimpali sang bunda.

"Cinta datang karna terbiasa Aldo." Kekeh Fitri.

"Tapi masalahnya aku jatuh cinta sama orang lain, mom." Tegas Aldo.

"Mom gak peduli, pokoknya kamu harus terima perjodohan ini." Ucap Fitri tak kalah tegas.

"Mom!"

"STOP!" Bentak Damian membuat suasana yang tadinya panas menjadi hening seketika.

"Mau tak mau kamu harus terima! Kalau tidak, silahkan angkat kaki dari rumah ini, dan kamu tidak akan dad anggap anak lagi." Ucap Damian membuat Aldo menggeleng tak percaya.

HELLO DONA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang