Aldorado 11

1.3K 125 3
                                    

Rahasia Rangga🍃

Happy reading....


Dona mendelik tajam, "terbang kan lo, baru di puji segitu aja udah bangga." Ketus Dona.

Edwin berdecak, adiknya ini benar-benar tidak suka melihat kakak tampan sepertinya bahagia barang sedikit saja.

"Lo gak mau kasih selamat gitu? Atau apa kek, dari tadi di hina terus perasaan." Kesal Edwin.

Dona tersenyum manis, "selamat ya Aa, akhirnya lulus kuliah juga." Ucapnya selembut mungkin.

Edwin tersenyum lalu mengangguk. "Nah, gitu dong, baru adik gue. Pelukannya mana?" Tanya Edwin.

Senyum Dona luntur seketika. Udah di kasih hati minta jantung. Dasar!

"Gak mau! lo bau." Tolaknya mentah-mentah.

Dona terus mondar-mandir di depan pintu. Mulutnya tidak bisa tenang, ia terus mengucapkan sumpah serapahnya terhadap Audy. Sudah jam lima sore Audy belum juga pulang. Ditelepon gak Aktif. Dona khawatir. Terlebih lagi ini akan memasuki jam kerja mereka berdua, bisa gawat jika mereka telat, sebenarnya kemana anak ini?

Edwin baru saja keluar dari kamar mandi. Dahinya menyernyit. Sedang apa adiknya ini mondar-mandir gak jelas di teras kostsannya.

"Lo lagi ngapain nat?" Tanya Edwin.

Dona menoleh sekilas lalu kembali pada kegiatan awalnya. "Audy belum pulang A, di telepon gak di angkat, di sms gak di bales, gue khawatir. Tuh anak ke mana sih?" Ucap Dona ngegas.

Edwin menghela napas panjang lalu mencekal tangan Dona, membuat Dona diam di tempat. "Lo tenang ok, tarik napas ... buang." Intruksi Edwin.

Dona mendengar kan intruksi Edwin, menarik napas lalu membuangnya perlahan. Perasaannya kini sedikit lebih tenang.

"Udah tenang?" Dona mengangguk.

"Lo jangan panik, gue yakin Audy pasti baik-baik aja." Ucap Edwin, Dona kembali mengangguk.

Tidak lama kemudian suara mesin mobil terdengar. Done menyenyit saat ada sebuah mobil hitam terparkir di depan kostsannya. Dona melangkah sedikit lebih jauh. Mobil itu ... mobil itu terasa familiar untuknya. Tapi mobil siapa?

Lama menunggu hingga si empunya mobil keluar. Matanya membelalak saat tau siapa orang yang turun dari mobil tersebut. "Pak Reno?"

Edwan menyernyit bingung, 'siapa Reno?' Bantinnya.

Edwin mengikuti arah pandang Dona. Di sana terlihat seorang laki-laki yang berlari memutari mobilnya lalu membuka kan salah satu pintu penumpang. Dona semakin membelalak tak percaya saat teman karibnya, ternyata satu mobil dengan salah satu orang penting di kampus.

"Audy!" Pekik Dona kaget.

Audy melangkah mendekat, Dona buru-buru memasang wajah seramnya. "Dari mana aja lo?"

Audy melirik sekilas lalu melongos begitu saja. Dona semakin geram. Audy melempar tasnya asal. Saat Dona ingin mengintrogasinya, Audy tiba-tiba berteriak.

"Arrggh ... dasar dosen bangsat! Gak berperi kemanusiaan! Kejam! Gak punya hati! Mulut cabe! Antagonis! Mati aja lo sana! Suka banget buat mahasiswi kaya gue menderita!" Napas Audy naik turun dengan muka memerah.

"Lo kenapa?" Tanya Dona bingung.

Audy mendengus, ia masih belum menyadari keberadaan Edwan yang berada di antara mereka berdua.

"Gue di kerjain Anjir! Hendphone gue di sita! Tuh dosen bener-bener gila! Gue di disuruh bersihin toilet se fakultas, belum lagi di suruh keruangannya. Bulak balik kantin cuman gara-gara komplen makanannya gak enak. Satu lagi, nyinyirnya itu loh bikin hati gue panas. Bener bener gak berperi kemanusiaan, udah kaya babu dia gue hari ini." Ucapnya dengan satu tarikan napas.

HELLO DONA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang