Aldorado 14

1K 101 2
                                    

Antara biru dan merah🍃


Happy reading.....

"Sekarang gue pulangnya gimana? Kampus sepi, gak ada orang, hp mati, dan sekarang lo juga ikut ikutan kempes lagi. Gimana gue bisa pesen ojek? Ya-Tuhan, kenapa hari ini gue sial banget." Keluh Dona sambil mengusap wajahnya kasar. Ingin sekali Dona menangis sekarang, merutuki nasibnya yang kacau seperti hatinya.

"Tawaran aku masih berlaku loh, mau bareng nggak?" Tanya Aldo tepat di telinga Kiri Dona.

Dona berjingkat kaget dan Reflek berbalik. Hembusan napas Aldo benar-benar terasa di lehernya, dan itu membuatnya tidak nyaman,. Apalagi dengan jantungnya yang mendadak berdetak tidak normal.

"Makasih, tapi gue bisa jalan kaki." Tolak Dona.

Aldo tersenyum, "kamu yakin? Jarak dari kampus ke kostsan itu jauh loh kalau jalan kaki, bisa nyampe tiga jam di bandingnya dengan berkendara yang hanya membutuhkam waktu empat puluh lima menit." Jelasnya.

Dona diam, memang benar apa yang di katakan Aldo, jarak Dari kampus ke kostsannya itu cukup jauh meski sudah di bilang paling dekat oleh orang lain. Jika berjalan kaki akan memakan waktu selama tiga jam. Masa iya Dona harus terima tawaran Aldo sih? Nggak, Dona menggelengkan kepalanya kuat.

"Hari menjelang sore, bukannya sebentar lagi waktunya kamu kerja? Nanti bisa di marahin boss kamu loh kalau telat. Mending sekarang aku antar." Aldo kembali berucap, sedikit ada rasa perih di hatinya saat dia menyebut kata Boss pada Dona. Meskipun begitu, Aldo tetap mempertahankan senyumnya.

Dona mendongak menatap langit. Lagi-lagi perkataan Aldo Ada benarnya, langit sudah mulai menguning dan waktu ia bekerja sebentar lagi. Apa yang harus Dona lakukan sekarang? Dirinya terlalu gengsi untuk menerima tawaran Aldo.

Aldo menghela napas panjang, dengan satu kali tarikan Aldo berhasil membawa Dona ke mobilnya. Dona tersentak kaget hingga tidak mampu untuk bersuara. Saat hendak protes Aldo mendekatkan wajahnya, membuat Dona semakin menjauhkan diri memepet jendela. Semakin dekat hingga hanya memberikan jarak beberapa senti dari wajahnya, bahkan hidung Aldo hampir menyentuh pipinya, apalagi pandangan Aldo yang menatap lekat wajahnya. Siapapun tolong bantu Dona saat ini, Dona sudah tidak kuat, ia ingin mati saja.

Berkisar sepuluh detik Aldo mempertahankan posisinya, hingga terdengan bunyi 'klik' Aldo kembali menjauhkan dirinya. Aldo terkekeh mendapati Dona yang mematung. Kembali menatap depan, mempokuskan diri untuk menyetir meski sesekali mencuri pandang ke arah Dona.

"Sabuk pengamannya belum kamu pasang, makanya aku pasangin." Jelas Aldo mengerti keterdiaman Dona.

Dona mendelik tajam, "gue juga bisa!" Ketusnya.

Aldo tersenyum, "sayangnya udah aku pasangin, gimana Dong?"

Dona kembali membuang muka ke arah jendela, menatap lalu lalang kendaraan di depannya. "Terserah."

"Jadi kita mau kemana?" Tanya Aldo.

"Pulang." Ucap Dona tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kamu 'kan belum makan, kita makan Dulu ya." Tawar Aldo melirik sekilah ke arah Dona.

"Gue mau pulang!" Tekan Dona.

"Baiklah kalau gitu kita makan."

"Pulang Aldo!" Sentak Dona menatap Aldo tajam. Sepertinya Aldo mengalami penulian mendadak hingga tidak mendengar kata-katanya. Sungguh benar-benar memancing emosinya.

Aldo tersenyum. "Oke, kita pulang," ucapnya.

Mendengar Perkataan Aldo membuat Dona sedikit lebih tenang. Ia kembali menoleh ke jendela sambil bersandar, menatap langit yang hampir berganti malam.

HELLO DONA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang