Aldorado 45

846 73 5
                                    

Sebelum nikahan mantan🍃

Happy reading ....

Ratih terus menatap bingung Dona yang menangis dalam pelukannya. Kepulangan Dona yang tiba tiba, apalagi dalam keadaan menangis membuat Ratih kaget bukan kepalang.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Ratih pada Rangga. Tatapannya yang mengitimidasi membuat Rangga sedikit gugup.

Rangga melirik Edwin dengan ekor matanya. Dari ekspresinya pun Rangga sudah tau kalau sahabatnya ini sedang menahan emosi. Ya, Rangga sudah memberitahu Edwin apa yang terjadi pada Dona saat sebelum pulang ke Bandung.

Seolah mengerti apa yang di ucapkan Rangga melalui tatapan matanya, Edwin mengangguk singkat. Sebelum bercerita, Rangga menghela napas pelan. Ini akan menjadi cerita yang panjang.

Ratih dan Edwar mendengar dengan seksama apa yang Rangga ceritakan. Tangan Edwar mengepal, gadis yang selalu ia jaga kebahagiaannya telah di sakiti oleh laki laki tanpa ia ketahui. Ratih menatap sendu Dona yang kini sedang tertidur. Mungkin anaknya ini sudah lelah menangis. Sedangkan Edwin, meskipun ia sudah tau lebih dulu, amarah di matanya tetap berkobar sepanjang Rangga bercerita. Kalau saja Aldo ada di sini, akan ia pukul sampai mati.

"Sejak kapan Dona berpacaran?" Tanya Edwar penuh selidik.

"Dua tahun yang lalu. Pernah putus, tapi jadian lagi." Edwin menghela napas selepas menjawab. Di hatinya ia sangat menyesal. Sungguh.

"Kenapa kami tidak tau?" Ucap Ratih miris. Sebagai orang tua, ia merasa sedih karna tidak mengetahui perasaan anaknya.

Rangga dan Edwin kompak melirik Dona yang tertidur. Mata mereka berdua tersirat penyesalan. Menyesal dengan kelalaian mereka. Orang yang mereka sayangi, orang yang mereka cintai, malah di sakiti orang lain.

"Dona itu orangnya tertutup pada kita. Kalau saja Rangga nggak kasih tau aku, mungkin aku juga nggak akan tau." Jawab Edwin.

"Tapi kenapa Dona menyembunyikan ini dari kita?" Tanya Ratih penasaran. Ia menunduk menatap Dona dengan pandangan sulit di artikan.

Edwin menggeleng lemah, "entahlah," ucapnya. "Mungkin Dona ingin memberi tau kita jika mereka benar benar serius." Sambung Edwin.

"Kejadian di hotel itu ... apa kamu juga tidak tau?" Tanya Edwar menatap Edwin.

Edwin menatap mata Edwar kemudian menggeleng kecil. "Semua yang ada di sana di urus oleh tangan kanan aku. Yang aku tau, yang menyewa hotel kita dari keluarga Aditama, itupun karena dana yang masuk ke rekeningku atas nama marga itu. Aku sama sekali tidak tau kalau laki-laki itu bagian dari mereka." Jawab Edwin.

"Kamu juga tidak tau?" Tanya Edwar pada Rangga.

Rangga menggeleng, jawaban yang ia berikan sama persis seperti yang Edwin katakan. "Tidak, saya pun mendengar langsung dari mulut Dona. Dan sedikit cerita dari Dila, salah satu staff hotel di sana."

Drrt! Drrt!

Hendphone salah satu dari mereka berdering. Edwin mengambil sesuatu yang bergetar di saku celananya. Maniknya menyernyit saat mendapati pesan dari salah satu bawahannya.

"Ayah, Bunda, aku ijin keluar sebentar. Ada hal yang ingin aku bahan dengan orang orangku." Ucap Edwin. Matanya melirik Edwar dan Ratih, lalu menatap Rangga sekilas.

Edwar dan Ratih kompak mengangguk, "hati-hati di jalan." Ucap Ratih.

Edwin mengangguk. Setelah menyalimi mereka berdua, ia langsung melangkah pergi meninggalkan rumah. Rangga menatap kepergian sahabatnya hingga menghilang di balik pintu. Setelah Rangga mendengar suara mesin yang sayup-sayup menjauh, Rangga kembali menatap Edwar dan Ratih, sesekali mencuri pandang Dona yang tertidur.

HELLO DONA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang