"Di sini gak ada hantu anak kecil 'kan?" Tanya Aldo.

Bayu menggidikan bahunya acuh, "gak tau." Jawabnya.

"Pancingan loh itu, kenapa gak mancing beneran aja, lebih seru." Gumam Aldo yang masih di dengar oleh Bayu.

"Beda sensasi mungkin." Sambung Bayu.

Dengan pasrah mereka mengikuti ke tempat dimana gadis mereka berada. Dengan lapang Aldo mengusap dada. Pikirnya, ini akan menjadi date termanis yang akan ia lakukan bersama Dona. Tapi semua bayang bayang indah itu sirna hanya karna kolam berisi ikan plastik yang lebih menarik perhatian Dona. Sudah jelas ia kalah.

Astaga! Aldo cemburu sama ikan? Hebat.

Aldo terus mengutuk ikan-ikan tak berdosa itu dengan bibir mengerucut. Untung tidak ada yang melihat gelagatnya. Bersyukurlah ia berjalan di belakang Bayu. Maka dengan puas Aldo mengutuk ikan-ikan itu jadi batu.

"Pak, kami minta ember sama alat pancingannya dua, ya." Pinta Dona dengan semangat emtap lima.

Pria puruh baya di depannya itu menyernyit heran. Melirik ke sana kesini seperti mencari sesuatu, lalu kembali menatap kedua gadis cantik di depannya. "Buat adiknya ya 'teh?" Tanya sang pria paruh baya itu.

Dona menggeleng tegas, "bukan. Buat kita berdua." Jawabnya enteng.

"Eh?" Pria paruh baya itu memandang bingung. "Buat kalian?"

Audy mengulurkan tangan seperti orang yang sedang meminta, "iya pak. Mana ember sama pancingannya, kita mau main." Pintanya setengah merengek.

Masih dengan tatapan bingung, pria paruh baya itu memberikan dua ember kecil berserta pancingannya pada gadis di depannya.

Dona menerimanya dengan senang hati, begitu pula dengan Audy. Pria paruh baya itu menggeleng tak percaya.

Dengan semangat Dona dan Audy duduk di kursi kecil bersama dengan anak lain. Dan, dengan tidak tau malunya mereka bergabung tanpa memperhatikan sekitar. Anak-anak di sana menatap mereka dengan pandangan polos dan bingung. Jangan lupakan ibu-ibu yang menatap mereka dengan mulut terbuka, tidak percaya dengan tingkah kedua gadis di depannya.

"Mari bertaruh, yang kalah, bersihin kostsan selama seminggu. Gimana?" Ucap Dona sambil melemparkan pancingannya ke dalam air.

Audy menoleh dengan dahi menyernyit, "terlalu biasa. Bagaimana kalau di tambahkan dengan biaya makan satu minggu gratis dari yang kalah." Tambahnya.

Dona dengan cepat mengangguk setuju, "deal." Ucapnya sambil mengulurkan tangan mengajak bersalaman.

Dengan senang hati Audy membalas uliran tangan dona, "deal."

Di tatapan keduanya kini berkilat penuh permusuhan. Berusaha memancing ikan sebanyak mungkin untuk menang. Sesekali tertawa dan saling meledek saat salah satu dari mereka mendapatkan limbah, seperti sampah yang sengaja di masukan agar permainan menjadi lebih seru.

Bayu dan Aldo yang berada di belakang mereka menghela napas pasrah. Kedua gadis di depannya ini seakan tidak tau umur. Mereka seperti kembali ke usia lima tahun. Keduanya sama sekali tidak menggubris tatapan aneh dari orang-orang.

Sekarang Aldo bukan hanya cemburu pada ikan, tapi juga ember dan pancingan. Dona seakan melupakan kehadirannya. Sungguh kejam.

HELLO DONA (Tamat)Where stories live. Discover now