Kening Aldo mengkerut bingung, sedikit tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Audy.

"Lo ngomong apa sih?" Tanya Aldo.

"Arrgh ...!" Pekik Audy membuat orang yang berlalu lalang menoleh kearahnya. "Dasar kudanil jelek, gue sumpahin lo ngejomblo seumur hidup." Sumpah Audy dramatis.

Audy berbalik dengan muka merah padam. Mungkin karna hari ini adalah hari zona merahnya, membuat Audy mudah tersinggung dengan hal sekecil apapun.

Baru tiga langkah Audy berjalan, tubuhnya menubruk sesuatu hingga ia terjungkal ke belakang saking kerasnya. Buku yang sengaja Audy pegang pun berceceran kemana mana.

"Aduh ... jidat gue," lirih Audy mengusap jidatnya yang terasa ngilu.

Audy mengedarkan pandangannya ke bawah, berdecak keras saat mendapati buku-bukunya bertebaran. Tidak peduli dengan orang yang menabraknya tadi, Audy lebih memilih untuk memungut buku-bukunya kembali.

"Kalau mau berhenti lihat kondisi dong, jangan di sembarang tempat. Jidat gue sakit Anjirr, perawatan gue mahal."

Aldo menahan tawa mendengar cibiran Audy. Tidak ada yang lucu sebenarnya, tapi kata-kata itu Audy gunakan pada orang yang tidak tepat. Aldo yakin, sekali Audy mendongak maka tubuhnya akan langsung menjadi patung dadakan.

'Karma is real, hahaha.' Batin Aldo tertawa jahat.

"Lo punya mulut gak sih? Minta maaf kek, bantuin gue gitu, diem mulu kaya patung." Umpat Audy saat melihat sepatu hitam dari orang yang menabraknya tadi masih berdiri di tempat.

"Lo budeg atau-"

"Ekhem ... Audy?" Potong orang tersebut.

Audy menghentikan tangannya saat akan mengambil selembar buku lagi. Suara ini ... Audy meneguk kasar salivanya sendiri. Ini adalah suara dari orang yang paling di takuti semua anak fakultas, bahkan universitas.

Audy mendongak, lagi-lagi ia harus menelan kasar salivanya sendiri. Di depannya saat ini terdapat satu pangeran kampus yang pesonanya mampu menarik banyak wanita termasuk Audy sendiri. Tampangnya benar-benar memikat. Alis tebal, hidung mancung, rahang tegas, bibir sek ....

Audy menggelengkan kepalanya. Percuma ganteng tapi gak punya hati, wajahnya datar sedatar tembok, apalagi auranya yang ngalahin rumah angker. Beh, salah sedikit aja di semprotnya sampai berjam-jam.

'Mati lo Audy mati, tamat riwayat mu kali ini.' Batin Audy.

"P-pak Reno."

Reno - satu satunya dosen muda yang banyak di sukai para wanita - terus menatap Audy datar. Audy menjadi salah tingkah sendiri, buru-buru Audy berdiri sambil memperlihatkan senyuman semanis mungkin. Siapa tau Pak Reno luluh, ya kan?

"A-ada apa ya p-pak?" Ucap Audy hati-hati. Muka Reno saat ini tuh kaya muka senggol dikit bacok, serem kalau di bacok duluan, Audy belum nikah.

"Sudah ngumpatnya?"

Manik Audy bergerak gelisah, mukanya sedikit menunduk. Ia tau bahwa si Reno ini sedang menyindirnya, dan Audy juga tau betul bahwa si setan Aldo sedang menertawakannya, sialan! Dengan takut Audy mengangguk.

"Bagus, kalau gitu cuci semua toilet di fakultas ini."

"Hahahahaha ...." Tawa Aldo pecah seketika. Laki-laki itu sunggung menikmati wajah memelas Audy saat ini.

"Kenapa kamu ketawa?" Tanya Reno pada Aldo.

Tawa Aldo hilang seketika, menggeleng sambil menatap Reno takut. "Ng-nggak pak, gak papa." Lirih Aldo pelan.

"Sana masuk kelas! Kamu itu kuliah untuk belajar, jadi sarjana, bukan jadi gelandangan."

Glek!

Perkataan Reno bener-bener nyelekit. Buru-buru Aldo berdiri lalu tersenyum canggung walau hati sudah gatel  untuk memaki dosen di depannya ini.

'Siapa yang mau jadi gelandangan? Gak guna banget! Harta gue masih banyak pak, banyak.' Batin Aldo kesal.

Aldo mengangguk, "i-iya pak kalau gitu saya permisi dulu. Audy ... selamat menjalaskan tugas, dah."

Dengan cepat Aldo berlari sebelum membangunkan singa yang lagi pms. Audy menatap punggung Aldo dengan napas turun naik. Reno pun segera beranjak dari tempatnya.

"Pak," panggil Audy mengejar Langkah Reno.

Reno menghentikan langkahnya, menatap Audy dengan satu alis terangkat, seolah mengatakan 'ada apa?'

"Bapak serius nyuruh saya bersihin semua toilet di fakultas ini?" Tanya Audy.

"Saya selalu serius dengan apa yang saya katakan." Jawab Reno dengan mata yang mengintimidasi.

"Yang bener aja pak? Toilet di fakultas ini itu ada banyak. Bapak tega sama saya? Gak kasian sama saya?" Keluh Audy dengan wajah memelas.

"Gak!" Audy melongo, dosen satu ini bener-bener membuatnya gerah hati.

"Tapi pak-"

"Segera laksanakan atau hukuman kamu saya tambah. Setelah selesai langsung keruangan saya, jangan lupa untuk memfoto semua toilet sebagai bukti!" Potong Reno tak terbantahkan.

Audy yang mendengar perkataan Reno  membuat rahangnya jatuh. Gila gila gila, ini dosen bener-bener kejam. Ingin rasanya Audy menangis saat ini.

Reno mengangkat pelan dagu Audy sampai bibirnya mengetup. Audy meneguk Salivanya kasar, ia sangat syok dengan apa yang di katakan dosen nya tadi.

"Mengerti?" Audy mengangguk.

"Masih ada yang perlu di bicarakan lagi?"

Audy mengeleng, "tidak pak."

Reno mengangguk lalu kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda.

"Aaargh ... dasar demit! Bangsat! Sialan! Mati lo sana!" Pekik Audy keras. Bodo amat jika dosen itu mendengarnya. Audy sudah kesal setengah mati.

"Astagfirullah Audy ... nyebut Audy!" Ucap salah satu mahasiswa dengan hijab syar'i di kampusnya.

Audy tersenyum canggung, "hehe iya uhkty gak lagi deh, Tadi dede khilaf."

Follow me
Fb. Ida ayu literasi
Wp. Ida_ayu93
Wa. 085794718750

Vote and komen!


Bersambung....

HELLO DONA (Tamat)Where stories live. Discover now