Lagu kedua, Dona akan membawakannya bersama bos besarnya, Rangga. Sebenarnya ia yang akan bernyanyi, sedangkan Rangga yang akan memetik gitar untuknya.

Petikan gitar mulai menggema. Kini sorakan semakin terdengar. Visual Rangga memang tidak bisa di remehkan. Ia tampan, Dona tau itu. Banyak yang salah paham bahwa mereka adalah sepasang kekasih, alesannya karna mereka sering manggung bersama. Entahlah pemikiran dari mana itu.

Apakah kau coba untuk meruntuhkan ....
Ke iklasan hatiku padamu ....
Betapa ku mencoba ....
Mendapatkan secebis kasihmu ....

Dona menatap Rangga yang menatapnya sambil tersenyum. Senyum yang menular ke bibir Dona. Perlahan dona mengalihkan perhatiannya, menatap satu persatu penonton yang menatap kagum ke arah mereka berdua. Aldo, adalah orang terakhir yang Dona tatap. Ia tidak buta, tangan Aldo mengepal. Cuman sekilas, karna kini tatapannya mengarah pada Audy yang melambaikan tangan kearahnya.

Apakan kau tak mampu tuk menentukan ....
Di antara kaca dan permata ....
Betapa telahanmu ....
Memaksaku mengundurkan diri ....

Dan tak seharusnya aku  ....
Bertemu dirimu di dunia ini ....
Dan kau membuang diriku ....
Sesuka hatimu dan memilih dia ....
Aku sadar betapa hinanya ....
Ku di matamu ....

Kini Aldo dan Dona berada di taman dekat Caffe tempat dimana Dona manggung tadi. Dona menghela napas pelan. Sudah dari dua puluh menit lalu keduanya diam. Aldo masih bertahan pada posisinya, memasang wajah datar sambil bersidekap dada.

'Mau dia ini apa sih?' Kesalnya dalam hati.

"Jelasin!" Tuntutnya. Itu adalah kata pertama dari Aldo setelah ia menarik paksa dirinya dan berakhir di sini.

Dona mendongak, "apa?"

"Semua!" Tekannya.

Menghela napas pelan, Dona mulai paham apa maksud Aldo.

"Dia bos ku, dan Aku bekerja di sana," ucap Dona pelan.

"Kenapa kamu kerja! Apa uang dari orang tau kamu belum cukup?" Ucap Aldo mulai possesive.

"Cukup, tentu saja cukup, aku-"

"Asal kamu tau aku gak suka kamu deket sama cowo, apalagi cowo itu." Potong Aldo mengeluarkan ketidak sukaannya.

"Tapi dia bos aku, lagi pula aku sering manggung dengannya." Seru Dona membela diri.

Mata Aldo melebar, tangannya mengepal, wajahnya merah padam, Aldo menatap Dona tajam. "Pokoknya Aku gak mau tau, kamu harus keluar dari Caffe itu, sekarang!" Ucapnya setengah membentak.

Dona terkesiap, ia menatap Aldo tak percaya. Aldo baru saja membentaknya barusan? Waw, hanya karna bernyanyi dengan seorang laki-laki, Aldo seakan menganggap Dona mempunyai kesalahan besar. Lalu dia bagaimana?

"Kamu baru saja bentak aku?" Dona menatap tidak percaya. Aldo mengusap wajahnya kasar lalu mendekap Dona dalam pelukannya.

"Maaf," Ucapnya menyesali perbuatannya tadi.

"Kenapa ... kenapa kamu menyuruhku berhenti?" Tanya Dona dengan suara bergetar.

Aldo mendekap Dona lebih erat meski dona belum membalas pelukannya. "Aku cemburu. Aku gak suka kamu dekat sama cowo itu, Hatiku sakit na." Ucap Menahan emosinya.

'Lebih sakit mana? Melihat kamu dengan gampangnya membatalkan janji lalu pergi makan siang dengan Rara, atau aku yang cuman bernyanyi bersama?' Keluh Dona yang tentu saja dalam hati. Dona tidak memiliki keberanian besar untuk mengungkapkannya langsung.

"Tolong kamu ngerti maksud aku, aku gak mau kamu kelelahan. Dengan kamu berkerja di Caffe itu, bisa membuat waktu istirahatmu terganggu." Sambung Aldo dengan nada lebih lembut.

Dona pelan-pelan membalas pelukan Aldo, ia semakin membenamkan kepalanya di dada bidang Aldo. Tempat ternyaman yang ia punya saat ini setelah rumah.

"Maaf," lirih Dona, "maaf sudah membuat khawatir."

Dona semakin mengeratkan pelukannya sebelum melepaskannya.

"Tapi untuk berhenti ... aku gak bisa." Ucap Dona hati-hati.

Wajah Aldo yang sudah melunak kini kembali mengeras. Aldo menatap Dona tidak suka. "Kenapa? Apa karna finaltinya besar? Kalau kamu mau biar aku yang bayar."

Dona menggeleng, "Bukan."

"Ouh, apa karna laki-laki tadi?" Tuduh Aldo.

Dona kembali menggeleng, "Bukan."

"Lalu karna apa?" Tanya Aldo gemas, marah, kesal bergabung jadi satu. Kesal karna ia cemburu, marah karna Dona tak menurut padanya. Kesal karena tidak mengerti jalan pikiran kekasihnya.

"Teman, di sana aku mendapatkan banyak teman. Ada bang Bayu, Sisil, Audy, pegawai yang lain, mereka semua teman-temanku." Ucap Dona.

Rahang Aldo semakin mengeras. Mengetahui Dona dekat dengan satu laki-laki saja sudah membuatnya kelimpungan, apalagi dua, di tambah dengan beberapa staf yang lebih banyak laki-laki, apa Dona mau membunuhnya dengan perasaan cemburu?

"Gak, gak bisa, Pokoknya kamu harus keluar!" Perintah Aldo mutlak.

Dona menatap Aldo dengan mata memelas. "Kumohon percayalah, aku sama sekali tidak memiliki hubungan apapun dengan laki-laki lain di sana, kecuali bawahan, atasan, dan rekan kerja." Bujuk Dona menjawab keresahan hati Aldo.

"Bagaimana aku bisa percaya?" Keluhnya frustasi.

Bagaimana gak Frustasi, Rangga dan dirinya bagaikan langit dan bumi. Aldo tampan, tapi Rangga jauh lebih tampan satu tingkat di atasnya. Aldo takut Dona berubah haluan, Aldo takut Dona berpaling padanya.

"Percaya, seperti aku percaya padamu. Aku percaya pada hatimu, meski kau lebih sering bersama Rara daripada bersamaku, aku percaya bahwa cintamu hanya untukku." Ucap Dona memberi pengertian.

Satu hal yang paling Aldo benci adalah penjelasan yang di sangkut pautkan dengan Rara. Wajah Aldo semakin mengeras, ia menatap Dona lebih tajam dari biasanya.

"Jangan pernah bawa-bawa Rara dalam urusan kita!" Ucap Aldo dingin. Ia menekankan setiap suku kata yang ia lontarkan.

Dona menatap Aldo lekat, melawan hawa dingin yang Aldo keluarkan. "Kalau begitu jangan bawa-bawa kak Rangga dalam urusan kita." Entah keberanian dari mana Dona berbicara seperti itu.

Manik Aldo membulat, "kamu membelanya?"

"Tidak," ucap Dona acuh.

"Apa kamu sadar, perkataanmu sangat keterlaluan. Bagaimana bisa wanitaku membela laki-laki lain di depan pacarnya sendiri?" Aldo menatap Dona tak percaya.

"Lalu bagaimana aku? Apa kabar dengan hati ku? Melihat pacarku sendiri lebih memilih menghabiskan waktu bersama wanita lain daripada bersamaku."

TBC

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

HELLO DONA (Tamat)Where stories live. Discover now