Labirin Cermin (Aomine x Reader)

54 14 4
                                    

KenKen back!
Membawa si Ganguro (*゚∀゚)
Enjoy~

Let's start!!

=~=~=~=~

Aomine membuang nafas lelah untuk ke sekian kalinya saat {Your Name} menarik tangannyaーmemaksanya agar ikut kemanapun yang {Your Name} inginkan.

Mulai dari Rollercoaster, Tornado, Sling Shot dan beberapa wahana ekstrim lainnya, sudah disambangi oleh kedua pasangan tersebut. Sampai-sampai Aomine merasa sarapannya pagi ini akan keluar jika ia terus melanjutkan keinginan sang kekasih itu.

"Cukup cukup! Aku tidak tahan lagi!!"

Aomine melepas genggaman sang kekasih lalu segera pergi ke belakang pohon tak jauh dari tempat mereka berdiri. Dan Aomine benar-benar mengeluarkan sarapan paginya.

"Haahhh payah. Baru segitu saja sudah muntah. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari seorang Aomine Daiki yang katanya 'yang bisa mengalahkanku hanyalah aku' itu," ujar [Your Name}, lebih tepatnya mengejek sang kekasih tepat saat Aomine selesai mengeluarkan sarapannya dan kembali ke tempat {Your Name} menunggu.

"Bicara apa kau tadi hah!? Ukhh-"

"Jangan marah-marah. Lebih baik urusi perutmu dulu sana."

{Your Name} menyodorkan sebotol air mineral pada Aomine dan Aomine langsung meneguknya sampai habis dalam sekejap.

"Mau istirahat dulu? Makan atau semacamnya gitu?" Tanya {Your Name}, tangannya terulur untuk menghapus bulir keringat yang membasahi wajah sang kekasih walau harus berjinjit mengingat tinggi badan mereka yang tidak kontras.

"Habis muntah malah disuruh makan. Kau berniat untuk mengeluarkan isi perutku lagi?"

"Ya kan aku hanya bertanya." {Your Name} mengerucutkan bibirnya. Serba salah emang kalau pergi kencan dengan Aomine ke tempat umum. Seakan semua yang {Your Name} katakan selalu saja salah.

Aomine menggaruk tengkuk belakangnya lalu meraih tangan sang kekasih dan mengajaknya pergi dari tempat itu, "kita jalan saja dulu. Siapa tahu menemukan tempat berteduh atau wahana lain yang bisa dikunjungi nanti."

Senyum mengembang diwajah {Your Name}. Anggukan yang menjawab perkataan Aomine. Tak ada obrolan apapun, hanya saling bergandengan dan berjalan pelan. Bagi {Your Name} ini momen langka, mengingat Aomine jarang melakukan hal romantis seperti ini dengannya.

Setelah berjalan 10 menit keliling area taman bermain ini, {Your Name} dan Aomine akhirnya menemukan tempat berteduh dan memutuskan untuk istirahat sejenak. Meluruskan kaki yang lelah karena sedari tadi menyambangi beberapa wahana tanpa berhenti sedikitpun.

"Nih."

Aomine menyodorkan sebuah crepes rasa coklat dan sekaleng lemon soda pada {Your Name}. Butuh 2 detik hingga {Your name} mengambil barang pemberian dari kekasihnya itu.

"Kapan belinya?"

"Tadi. Kau asyik melamun padahal aku sudah bilang mau pergi sebentar. Mungkin jika aku pergi terlalu lama, kau bisa dibawa pergi orang lain. Dasar."

"Hehe maaf maaf. Ini. Mau aku suapin?"

Semburat merah jambu dan beberapa urat kesal nampak menghiasi wajah Aomine. Antara kesal dan gemas, Aomine pun akhirnya mencubit kedua pipi {Your Name}.

"Aduh sakit! Apaan sih?! Aku nanya kamu mau gak? Kalo mau aku suapin. Malah dicubit." Gantian, kini urat kesal juga muncul di dahi {Your Name}.

Aomine melepas cubitannya lalu meraih kembali lemon soda yang sebelumnya ia berikan pada {Your Name}.

"Tidak. Aku tidak terlalu suka makanan manis." Aomine lalu meneguk lemon soda yang sudah diraihnya dengan cepat dan menyisakan setengah.

"Loh? Aku kira itu buatku."

"Ya emang buat kau. Tapi kenapa memangnya kalo aku mau?"

{Your Name} membuang nafas lelah. Mencoba bersabar dengan sikap Aomine. Untung lagi ditempat umum, coba kalo lagi kencan di taman dekat rumah, pasti {Your Name} akan menghukumnya dengan sedikit French Kiss walau resikonya adalah  membangunkan sisi mesum Aomine.

"Habis ini kita kesana yuk."

{Your Name} menunjuk wahana bermain yang berada tepat di depan tempat mereka berteduh. Wahana bermain yang nampak usang namun terkesan klasik, menarik perhatian {Your Name} sejak mereka datang berteduh di tempat ini.

Aomine menyipitkan matanya untuk membaca papan nama wahana tersebut. Tulisan yang hampir memudar membuat Aomine mati-matian membaca setiap hurufnya dengan benar.

"Labirin... Cermin? Aku tidak pernah ingat ada wahana seperti itu disini." Ujar Aomine. Tangannya terulur untuk mencari peta taman bermain ini di saku jaketnya.

"Lihat. Dari sudut manapun, tidak ada wahana seperti itu yang tertulis di peta ini."

Aomine memberikan peta taman bermain itu pada {Your Name} lalu {Your Name} mengambil dan membacanya dengan seksama. Seperti yang Aomine bilang, wahana bernama 'Labirin Cermin' sama sekali tidak ada di daftar wahana dalam taman bermain ini.

"Bisa saja ini wahana baru, Daiki, jadi belum diperbarui dengan peta ini."

Aomine mengambil kembali peta taman bermain dari tangan {Your Name} lalu membacanya lagi dengan lebih teliti, "mustahil. Kalau memang wahana baru, seharusnya ada spanduk pemberitahuan di pintu utama."

{Your Name} bangkit lalu berjalan menuju wahana bernama Labirin Cermin itu. Aomine buru-buru mencegahnya.

"Mau kemana?"

"Masuk ke dalam sana lah. Pasti wahananya seru."

Aomine Kini menahan kedua bahu {Your Name} lalu menatap matanya dalam-dalam, mencoba meyakinkan {Your Name} bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan wahana tersebut.

"Aku punya firasat buruk tentang wahana ini, jadi lebih baik kita pergi ke tempat lain saja ya?"

{Your Name} mencoba melepaskan genggaman Aomine pada kedua bahunya, namun nihil. Kekuatan Aomine terlalu kuat, "apa sih, Daiki? Kamu mau bilang padaku kalau didalam sana bukanlah wahana baru melainkan gerbang dunia lain? Jangan bercanda! Yang seperti itu mana ada, Daiki! Kamu saja yang paranoid!"

"Tapi firasatku kali ini benar-benarー"

"Oh, atau jangan-jangan kamu ini terlalu takut untuk mencobanya? Jelas saja. Rumah hantu saja kamu tidak berani memasukinya apalagi wahana misterius seperti ini kan? Dasar payah." {Your Name} menyambung kalimatnya dengan nada penuh ejekan. Membuat Aomine kesal dan akhirnya melepaskan genggamannya dari bahu {Your Name}.

"Akan aku perlihatkan padamu, kalau wahana ini tidak seharusnya kita masuki!"

Aomine memimpin dengan membuka pintu wahana tersebut lebih dulu. Yang Aomine lihat semuanya hanyalah cermin. Penerangan yang tidak mencukupi membuat Aomine kesulitan melihat lebih jauh, dan Aomine pun memutuskan untuk masuk ke dalam wahana untuk memastikan bahwa wahana tersebut aman untuk dirinya dan {Your Name}.

"Kau tunggu disini. Aku akan periksa aman atau tidaknya di dalam."

Perlahan namun pasti, Aomine melangkah memasuki wahana Labirin Cermin tersebut. Aura didalam begitu mencekam dibandingkan sesaat sebelum memasukinya. Aomine menelan saliva berulang kali saat yang bisa ia lihat hanyalah cermin, cermin dan cermin.

"Sial! Yang ini buntu!" Umpat Aomine kala ia memasuki jalan yang salah. Saat Aomine hendak berbalik, jalan yang mengantar Aomine menuju jalan buntu ini sudah tidak ada.

"Hah!? Kemana jalan yang tadi!? Sial! Kenapa semuanya jadi buntu!!?"

Aomine yang kesal mencoba memecahkan cermin-cermin yang seakan semakin menghimpitnya, namun usahanya sia-sia. Semakin lama cermin-cermin nya semakin menghimpit Aomine hingga Aomine kehabisan nafas.

×××

Di lain sisi, {Your Name} yang tadi sempat pergi untuk membeli air mineral lagi heran kala tidak menemukan kekasihnya dimana pun. Matanya tertuju pada pintu wahana Labirin Cermin yang sudah separuh terbuka. Ia menduga Aomine telah lebih dulu masuk dan meninggalkannya.

"Masuk tidak nungguin. Pasti sekarang dia sedang nangis menahan takut. Haha! Aku harus bisa merekam wajahnya yang ketakutan itu."

Lalu {Your Name} memasuki wahana tersebut, tanpa membaca tulisan peringatan yang tertempel di depan pintu.

'Wahana ini terlalu ekstrim. Silakan pikirkan kembali sebelum memasuki wahana ini. Yang sudah masuk tidak akan bisa kembali lagi karena wahana ini tidak memiliki pintu keluar.'

×××

Ending macam apa ini? Bad ending atau sad ending?

Hmm... Yah intinya Kenken bisa update lah ya.
Kalian masih tetap setia sama buku ini kan?
Kalau begitu terima kasih dan sampai bertemu di next part!

KenKen✨

黒子のバスケ One Shot!! [END]Where stories live. Discover now