When It Rains (Akashi x Readers)

129 16 12
                                    

Yuhuu~ request nya sudah jadi :D

Selamat di nikmati ceritanya AkaSei_20
Semoga suka^^

Let's reading!!

=~=~=~=~

Akashi Shuuzo sebagai putra sulung keluarga Akashi suka merasa sedih kalau melihat hujan. Setiap tetesan air yang menyentuh bumi, terasa memiliki makna tersendiri.

Dan Shuuzo paling tidak tahan saat melihat adiknya, Akashi Seijuuro. Setiap hujan, adik bersurai merahnya itu selalu mengurung diri di kamar, tidak mau sekolah atau melakukan apapun hingga hujan tersebut berhenti. Yang di lakukannya hanyalah menangis di pojok kamarnya.

Bagi keluarga Akashi, hujan memang identik dengan kesedihan karena kematian nyonya Akashi dulu tepat saat hujan. Maka dari itu, Shuuzo maupun Seijuuro sangat membenci hujan.

Hari ini hujan turun dengan derasnya tepat satu jam sebelum Akashi pulang dari sekolahnya. Shuuzo memandang langit dengan awan yang sudah hitam itu sambil berdoa agar tidak ada hal apapun yang terjadi pada adiknya.

Pasalnya, sebulan yang lalu saat hujan juga turun tepat satu jam sebelum Akashi pulang sekolah, Akashi justru tidak pulang-pulang selama hampir 2 jam. Setelah Shuuzo memeriksa ternyata ia mengurung diri di gudang gymnasium seraya berteriak-teriak tidak jelas.

Shuuzo tidak ingin hal tersebut kembali terulang. Shuuzo kasihan dengan psikis sang adik jika ia terus begitu.

Sementara itu di sekolah Akashi, SMA Rakuzan, kini Akashi sedang berlatih shoot sendirian di gymnasium. Semua tim sudah pulang, menyisakan Akashi saja di sana.

Suara hujan terasa menggema di gymnasium, membuat tangan Akashi sedikit bergetar. Rasanya phobia nya akan hujan mulai datang.

Bola basket yang di pegangnya di biarkan jatuh. Perlahan tubuhnya mulai berlutut dengan kedua tangan berada di kepalanya. Manik heterochrome Akashi menatap lantai gymnasium dengan tatapan yang sulit di jelaskan.

Sesaat sebelum Akashi teriak, seseorang tiba-tiba saja mengulurkan tangannya di depan Akashi hingga Akashi bisa melihat tangan tersebut.

Saat Akashi mendongak, terlihatlah seorang gadis yang sebaya dengannya menatapnya sambil tersenyum.

"Kamu kenapa? Ayo bangun."

=~=~=~=~

"Oh, jadi kamu takut suara hujan? Sama sih. Aku juga takut suara hujan. Suara hujannya menggema ke seluruh sekolah karena sekolah sudah tidak ada siapa-siapa lagi. Aku pikir semua siswa sudah pulang."

Akashi masih memandang lantai gymnasium setelah sebelumnya berpindah untuk duduk di bench bersama gadis yang baru saja menyelamatkannya dari phobia nya.

"Hei, dari tadi kamu diam saja. Kamu baik-baik saja?"

Akashi pun menoleh untuk menatap gadis tersebut. Manik heterochrome nya meneliti apa yang di lihatnya. Surai {Hair colour} yang terurai sebahu, tubuh yang lebih mungil dari Akashi, kulit yang lebih putih dari Akashi, manik {Eye colour} yang terlihat indah di mata Akashi hingga bibir peach yang sedari tadi tidak berhenti bicara itu. Semua di teliti oleh Akashi hingga sang gadis keheranan sendiri.

"Apa ada yang salah denganku?" Tanyanya.

Akashi menggeleng. "Tidak. Tidak ada." Ucap Akashi dengan datar padahal jauh di lubuk hatinya ia kagum melihat sosok perempuan yang dia anggap sama cantiknya dengan sosok ibunya.

"Kalau begitu jawab pertanyaan ku! Apa kau baik-baik saja?"

Akashi mengangguk pelan. Kini Akashi sudah mengubah kembali tatapannya menuju lantai gymnasium.

Gadis tersebut kesal karena merasa Akashi tidak menghargai dirinya yang sedang bicara dengannya. Akhirnya sang gadis pun mengambil paksa kedua pipi Akashi dan menolehkan wajahnya itu agar menatap sang gadis dengan terpaksa.

Akashi yang ingin menolak dan memberontak, entah kenapa tenaganya seperti hilang sesaat.

"Kalau sedang bicara dengan seseorang tataplah wajah orang itu! Kau ini tidak sopan."

Akashi seketika membulatkan matanya. Perkataan sang gadis mengingatkannya pada sang ibu yang pernah mengatakan hal yang sama pada dirinya.

"Aku bertanya, apa kau baik-baik saja?"

Kali ini Akashi mengangguk sambil menatap manik {Eye colour} itu.

"Namaku {Full name}. Jadi siapa namamu?"

"Akashi. Akashi Seijuuro."

"Sore jaa, yoroshiku nee, Akashi-kun."

{Your name} pun tersenyum sebelum akhirnya melepaskan genggamannya dari kedua pipi Akashi. Akashi kembali memegang kedua pipinya. Rasanya aneh sekali ada gadis yang memegang pipinya seperti tadi selain ibunya.

黒子のバスケ One Shot!! [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant