Blue Hair (Kuroko x Readers)

30 4 4
                                    

⚠️Warning! Harap kebijakan pembaca dalam part ini⚠️

Arigatou and Enjoy~

=~=~=~=~

Namaku {Full Name}. Usiaku 25 tahun dan aku adalah seorang wanita kantoran di salah satu perusahaan daerah Shinjuku.

Hidup di jantung Kota Tokyo yang setiap malam dipenuhi gemerlap lampu neon itu tidak mudah. Mencari kerja susah dan semuanya serba mahal. Menghidupi diri sendiri saja sulit, tapi aku terpaksa menjadi tulang punggung keluarga.

Sejak ayah pergi meninggalkan keluarga bersama wanita lain, ibu jadi pemabuk dan sangat sensitif. Ia sering memukuliku saat mabuk atau tidak. Ia bersikap seperti seorang ratu dan memperlakukanku seperti budaknya.

Ia menyuruhku untuk menjadi tulang punggung keluarga dan memberikannya minum setiap malam. Jika aku tidak membawakannya, ia akan memukuliku sampai ia lelah.

Aku tidak bisa menolak dan tidak bisa membantah. Mau bagaimanapun, dia tetap ibu yang melahirkan dan membesarkan ku. Ku terima semua pukulan dan rasa nyeri itu dalam diam.

Di sisi lain, adik yang dibesarkan dalam keluarga yang sudah hancur ini tumbuh sebagai anak nakal. Berkali-kali surat panggilan dari sekolahnya datang, dan berkali-kali juga aku dimaki oleh guru-guru disana akibat ulahnya yang suka membully siswa lain.

Aku sudah memperingatinya bahwa menjadi siswa SMP seperti itu tidak baik. Aku juga menjelaskan bahwa biaya sekolahnya selama ini aku yang tangani, jadi setidaknya dia bisa menghargai usaha dan kerja kerasku selama ini dengan menjadi siswa yang baik.

Bukan anggukan atau kata maaf, ia malah mengacungkan jari tengah nya padaku dan memakiku. Ia bilang tidak seharusnya aku bersikap seperti ingin dikasihani karena mencari uang untuk keluarga ini memang sudah menjadi tanggung jawabku. Dan ia juga menambahkan bahwa aku tidak berhak untuk mengatur-atur hidupnya.

Hari ini pun sama. Aku yang lelah karena baru pulang setelah lembur seharian, diberi sambutan makian oleh ibu.

"Pulang larut lagi. Mau sampai kapan kau terus begini hah!? Tidak kasihan pada ibu yang menunggumu dari tadi?!"

Aku membungkuk, "maaf. Akhir-akhir ini banyak kerjaan di kantor."

"Aku tidak butuh penjelasanmu. Sekarang, dimana minumanku?"

Ah... Saking sudah lelah, aku lupa membelinya lagi...

"Maaf ibu. Aku lupa membelinya."

"Lagi!? Sudah berapa kali kau bilang lupa membelinya. Tenggorokanku sangat kering akibat kebodohanmu itu!! Pokoknya malam ini harus ada 5 botol!"

"Tapi aku belum gajian, Bu..."

Ibu mengambil gagang sapu lalu memukuliku sampai gagang itu terbelah menjadi dua. "Aku tidak peduli bagaimana cara kau membelinya. Aku ingin 5 botol ada di hadapanku sekarang! {Lil Brother Name}!! {Lil Brother Name}!!!"

Ibu memanggil adikku, lalu tidak lama adik keluar dari kamar dan berdiri di samping ibu.

"Ada apa?"

"Belikan ibu 5 botol sake. Minta uangnya pada kakakmu. Jangan pulang kalau tidak dapat 5, paham!?" Setelah itu ibu langsung pergi ke kamarnya, meninggalkanku dan adik di ruang tengah.

Ia menyodorkan tangannya lalu menatapku sinis, "mana uangnya? Jika kau kerja tapi tidak menghasilkan uang, lebih baik kau mati saja."

Aku merogoh dompet dan mengambil selembar uang sepuluh ribu Yen. Adik langsung merampas uang itu, kemudian berlalu menuju pintu depan dan menutupnya dengan sedikit membanting.

Aku menghela nafas. Sepertinya memang tidak ada hari yang mudah untukku. Ah ibu membuat pelipisku berdarah lagi...

Aku membuka pintu kamar, menaruh tas dan jaket di lantai. Tanpa mempedulikan darah yang masih mengalir dari dahi, aku langsung menjatuhkan diri ke kasur.

Seperti biasanya, liquid asin ini mengalir begitu saja dari mataku tidak peduli seberapa keras aku menahannya. Sangat sesak, sangat sakit.

Aku bangkit dan merubah posisiku menjadi duduk, aku mengusap air mata lalu menatap sekeliling. Lagi-lagi aku terbangun di tempat yang tidak kukenal.

Tidak, aku bukan teleportasi atau semacamnya. Aku selalu terlelap saat menangis, dan sekarang aku berada dalam mimpi. Mimpi yang lebih indah daripada kenyataan itu sendiri.

Dari jauh kulihat siluet seorang laki-laki mendekat ke arahku. Makin dekat, makin terlihat wujud sang laki-laki. Badan kecil yang sedikit berisi, serta rambut berwarna biru...
Ia berhenti tepat beberapa meter dariku.

Tanpa berkata apapun, ia menyodorkan telapak tangan kanannya, tanpa ragu aku pun meraihnya. Ia tersenyum, lalu membawaku lari bersamanya.

Kami menghabiskan waktu bersama. Berkeliling kota, membeli pakaian baru, mencoba makanan baru, bersenang-senang bersama.

Aku lebih suka menyebutnya Blue, karena rambutnya berwarna biru. Ia adalah orang yang selalu menemaniku di setiap malam yang berat.
Aku hampir tidak pernah tersenyum, namun jika bersamanya aku bisa tertawa dengan lepas.

Aku tidak pernah melampiaskan emosiku dengan benar dan hanya dengan Blue aku bisa melakukannya. Menjadi diriku sendiri tanpa takut tidak dihargai, tanpa takut dihina, tanpa takut dimaki, diabaikan dan ditinggalkan.

Blue selalu menemaniku, menyemangati ku, dan membuatku bahagia walau aku tidak pernah bisa mengingat wajahnya ketika bangun dari tidur. Dialah alasan kenapa aku selalu ingin cepat tertidur akhir-akhir ini.

Dia mendekapku dengan penuh kasih sayang seraya mengelus pelan punggungku.

"Terima kasih karena telah berjuang dengan keras lagi hari ini."

Seumur hidupku, dialah orang pertama yang mengatakan itu.

Aku melepaskan dekapannya lalu menatapnya, "hari ini aku gak mau pergi. Aku mau disini bersamamu sepanjang waktu."

Namun seperti biasa ia selalu menggeleng. Aku tidak tahu apa alasannya, tapi ia selalu menolak setiap aku berkata seperti itu.

Ia bangkit lalu beralasan untuk pergi, aku segera menahannya.

"Kamu gak boleh meninggalkanku sendiri lagi."

Wajahnya sedikit panik karena alasannya sudah tertebak, namun ia mengalihkan ucapanku dengan menarikku dan mengajakku untuk berkeliling kota dengan motor barunya.

Saat sudah puas berkeliling, ia menghentikan motornya lalu menyuruhku turun. Ia bilang sudah saatnya dia pergi.

"Tunggu disini, aku akan segera kembali."

Setelah itu ia mulai menjauh, mengabaikan teriakan ku yang menyuruhnya untuk tetap tinggal.

Tidak lama aku terbangun akibat dering alarm wekerku.

=~=~=~=~

Hari ini adalah hari yang paling terburuk. Seseorang telah mencuri dokumen-dokumen yang membuatku lembur 2 minggu terakhir dan menukarnya dengan dokumen kosong.

Pada akhirnya atasan memarahiku lalu ia memecatku tanpa hormat. Ia bahkan memecatku tanpa memberiku gaji 2 bulan terakhir.

Sekarang aku kehilangan pekerjaan, jika pulang ibu akan tetap menagih minumannya tidak peduli aku punya uang atau tidak. Aku benar-benar hancur...

Akhirnya aku memilih untuk bermalam di Internet Cafe setelah sebelumnya membeli banyak obat di apotek. Aku bergegas pergi ke tempatku lalu menjatuhkan diri di sofa puff kecil.

Aku meraih semua obat yang kubeli lalu meminumnya secara bersamaan. Perlahan aku mulai mengantuk seiring dengan nafasku yang semakin tersengal-sengal.

Hingga akhirnya aku kembali berada di tempat yang tidak kukenal.

"Blue!! Blue!!" Aku meneriaki namanya, lalu tidak lama ia datang dan menghampiriku.

Ia menatapku dengan sedikit terkejut lalu tatapannya berubah menjadi sendu, "Kau..."

Aku mengangguk ceria sambil tersenyum, "sekarang kau tidak perlu mengucapkan salam perpisahan lagi. Mulai sekarang aku akan menemanimu sepanjang waktu disini."

Ia menyeka sesuatu dimatanya lalu tiba-tiba mendekapku dengan begitu erat.

"Kenapa kau lakukan itu? Tidak seharusnya kau melakukan itu."

"Karena aku lebih bahagia saat bersamamu."

Dekapannya sedikit gemetar, kudengar isakan kecil dari dirinya. Dia nangis?

Blue melepaskan dekapannya dariku, kemudian mundur 5 langkah dariku. Ia menyodorkan tangan kanannya dan untuk pertama kalinya aku bisa melihat wajahnya dengan begitu jelas.

Rambut biru muda dengan mata sebiru langit, wajah putih yang sedikit pucat, dengan bibir tipis yang menyunggingkan sebuah senyuman. Bahkan akhirnya aku mengetahui nama aslinya.

"Aku Kuroko Tetsuya. Selamat datang di duniaku, {Full Name}."

"Breaking news. Seorang wanita kantoran berusia 25 tahun ditemukan tewas bunuh diri di sebuah Internet Cafe daerah Shinjuku. Wanita tersebut diduga tewas akibat overdosis obat-obatan setelah dipecat secara tidak hormat dari perusahaannya. Jasadnya dibawa ke Rumah Sakit Central Shinjuku untuk penyelidikan lebih lanjut. Berita selanjutnya..."

=~=~=~=~

Enak loh punya support dalam mimpi gitu.
Aku pribadi punya, tapi cuma bisa hadir di mimpi kalo aku stress atau depresi aja :"u
Karena gak inget wajah, nama, suara dan perawakan, aku namain dia Ikemen-kun :'D

Kalo kalian punya gak?

See u next part~!

Kenken✨

黒子のバスケ One Shot!! [END]Where stories live. Discover now