Nightmare (Murasakibara x Readers)

41 9 0
                                    

Hai Minna-san~! Ogenki desu ka?
Long time no see ya! And it's Spooktober!!

Kuharap kalian bisa menikmati ceritanya~

Note : art ©Kken_2504 on Instagram (karya author sih hehe/heh!)

Enjoy~

=~=~=~=

Ruangan besar yang gelap. Cahaya merah yang dihasilkan dari lampu neon membuat kesan ruangan ini semakin seram dan misterius.

Aku melihat sekeliling. Ada beberapa orang di ruangan ini selain diriku, salah satunya adalah teman masa kecilku, Murasakibara Atsushi. Ia terlihat antusias sekali menatap ruangan dengan pilar-pilar tinggi ini. Nampak seperti bukan dirinya saja.

Aku menggapai tangan besarnya, ia menoleh dan memberikanku sebuah senyuman. Aneh sekali. Tidak biasanya ia tersenyum tulus seperti itu. Aku membalas senyumannya lalu mulai tertarik dengan tangga-tangga lebar di depanku.

Kakiku bergerak sendiri, menyusuri setiap anak tangga hingga sampai di lantai atas. Dari atas sini aku bisa lihat bahwa ruangan ini benar-benar tertutup. Persis seperti ruang tengah sebuah mansion mewah.

Atsushi meletakkan tangan besarnya di kepalaku, memberi kode bahwa aku harus kembali jalan. Aku pun mengekor Atsushi, memasuki sebuah pintu besar.

Di dalam pintu itu terdapat sebuah ruangan yang lebih kecil dari ruang depan. Terdapat 1 sofa panjang dan 2 sofa single serta meja kecil. Tidak lupa televisi tabung yang terlihat sangat kuno tepat di atas perapian.

Tidak ada cahaya lain selain dari api kayu perapian. Aku sedikit merinding entah kenapa sehingga aku refleks memegang tangan besar Atsushi. Atsushi pun merangkulku dan kami melanjutkan perjalanan kami menyusuri ruangan tersebut.

Banyak sekali pertanyaan memenuhi kepalaku. Sebenarnya aku sedang dimana? Kenapa aku bisa disini? Ini rumah siapa? Namun aku tahu, menanyakannya sekarang pun tidak ada guna nya karena tidak akan ada yang bisa menjawabnya.

Kami kembali menaiki tangga dan sesampainya di anak tangga paling atas, kami disuguhi sebuah lorong panjang. Penerangannya cukup minim karena hanya terdapat cahaya dari 2 lampu kecil.

Orang-orang lain langsung menyusuri lorong tersebut tanpa ragu, begitupun Atsushi. Namun aku segera menahan tangannya. Entah kenapa perasaanku sangat tidak enak. Aku punya firasat buruk pada apapun yang ada di depan lorong sana.

Aku pun meminta Atsushi untuk menemaniku turun dan keluar dari tempat ini. Ia nampak ragu, namun akhirnya ia setuju untuk menemaniku. Satu orang selain aku dan Atsushi pun berhasil keluar dari ruangan aneh itu.

Saat aku sedang menarik nafas dalam dan melihat lantai bawah dari balkon atas, tiba-tiba suara teriakan keras yang begitu melengking nan menyeramkan terdengar dari ruangan yang sebelumnya ku masuki.

Panik? Jelas. Aku langsung meraih tangan Atsushi dan menariknya untuk segera turun dari lantai atas. Namun belum sempat kami menuruni tangga, semua lantai yang kami injak pun runtuh. Membawa aku dan Atsushi jatuh ke lantai paling bawah.

Aku membuka mata dan kembali disuguhkan dengan ruangan besar yang gelap. Hanya ada cahaya merah yang dihasilkan oleh beberapa lampu neon.

Tunggu. Kenapa aku masih disini? Bukannya aku baru saja jatuh dari lantai 2?

Aku menggapai tangan besar Atsushi, ia menoleh dan memberikanku senyuman tulus yang sama seperti sebelumnya. Ah, sepertinya wajahku benar-benar cemas dan bingung sampai ia pun mengusap-usap puncak kepalaku.

Tidak salah lagi, ini Deja vu. Sebuah kejadian yang seperti sudah pernah terjadi padahal baru pertama kali. Kalau memang ini Deja vu, maka aku bisa menyelamatkan Atsushi dari lantai yang runtuh itu.

Saat orang-orang yang lain mulai menaiki tangga, aku langsung menahan tangan Atsushi. Ia nampak tidak setuju dengan tindakanku, namun aku bersikeras menyuruhnya untuk tetap dibawah bersamaku. Setelah ku iming-imingi 5 kardus Maiubo, barulah ia setuju denganku.

Selagi orang-orang yang lain menaiki tangga, aku pun melihat keadaan sekitar. Mencari jalan keluar dari tempat ini, namun nihil. Tapi aku melihat suatu tempat yang sangat menarik tidak jauh dari tempatku berdiri.

Aku pun segera menarik Atsushi untuk ikut bersamaku. Sesampainya aku disana, aku menatap tempat itu dengan tidak percaya. Didepan ku sekarang, terdapat sebuah portal berwarna merah yang sekitarnya dikelilingi oleh bunga-bunga.

Aku memberanikan diri untuk masuk ke dalamnya. Ruangan di dalam portal sedikit aneh. Terdapat sebuah tempat tidur untuk satu orang dengan lampu tidur berdiri yang cukup untuk menerangi ruangan yang lumayan ini. Walau begitu, entah kenapa aku merasa lebih nyaman disini daripada di mansion besar nan mewah sebelumnya.

Atsushi menyusulku, ia kemudian langsung duduk di tempat tidur itu. Belum ada 5 menit, ia kembali berdiri lalu menghampiriku.

"Tempat tidurnya panas sekali. Bokongku terasa terbakar." Ujarnya.

Penasaran, aku pun mencoba untuk duduk di sana, namun tidak ada apa-apa. Bagiku, itu seperti tempat tidur pada umumnya.

Tiba-tiba satu orang yang tidak kukenal masuk ke portal dan bergabung dengan kami. Ia nampak terengah-engah lalu tidak lama kemudian teriakan kencang yang begitu melengking kembali terdengar. Apapun yang teriak itu, dia pasti sangat marah dan mengamuk.

Aku takut, tapi anehnya aku tidak gemetaran ataupun merinding. Sesuatu di luar portal memanggil-manggil nama orang yang tidak ku kenal itu dan juga nama Atsushi. Orang yang tidak kukenal itu keluar portal dengan wajah sedih, begitu juga wajah Atsushi yang tiba-tiba berubah jadi sedih.

"Kenapa dia memanggilmu? Kenapa dia bisa mengenalmu? Apa yg monster itu inginkan darimu?" Tanyaku pada Atsushi, namun ia tetap terdiam dan mempertahankan ekspresinya.

Aku yang penasaran pun terus menghujaninya dengan pertanyaan yang sama, namun Atsushi tetap tidak mau menjawab. Ia malah mengacak-acak rambutku lalu tersenyum sendu, "Tempatku bukan disini lagi. Aku harus pergi."

Aku tidak mengerti apa yang dikatakannya namun satu hal yang aku tahu, aku harus menahannya agar tidak keluar dari portal. Namun, mau berapa kali aku mencoba untuk menarik lengannya, aku tetap tidak bisa menahannya dalam portal ini.

Atsushi pun keluar dari portal dan aku pun terpaksa membuka mata kala aku mendengar namaku dipanggil berulang kali.

"Syukurlah! Syukurlah!!"

Ibuku memelukku erat sambil menangis. Aku yang belum sadar dengan keadaan pun linglung dan baru sadar ketika aku melihat Atsushi di sebelahku sudah bersimbah darah.

Ah aku baru ingat...
Aku dan Atsushi ditabrak sebuah truk saat sedang menyebrang dalam perjalanan pulang dari sekolah.

Tangisku meledak begitu mengingat perkataan terakhir Atsushi di mimpiku tadi.

"Tempatku bukan disini lagi. Aku harus pergi."

=~=~=~=

Note : Kalo kalian punya note untuk author, silakan penuhin kolom komentar 👀

See u next part, guys!

KenKen✨

黒子のバスケ One Shot!! [END]Where stories live. Discover now