I Will Save You (Kise x Readers)

33 2 0
                                    

Aku mengerjapkan mata, mencoba membiasakan diri dengan cahaya yang sangat menusuk mataku.

Tiba-tiba sebuah tepukan mendarat di bahu kiriku, disusul sebuah perintah yang familiar.

"Cepat ke sini, {Name}!"

Aku pun membuka mata dan menyadari sedang berada di sebuah halaman rumah seseorang yang sangat asing.

Ada dua anak kecil disana. Salah satunya memegang dua buah balon berwarna biru dan merah. Seorang orang tua yang sedang mendampinginya tiba-tiba menghampiriku dan berbasa-basi.

"Jangan memasang wajah muram begitu, {Name}. Ini, pegangi balonnya dan temani mereka bermain."

Aku mengangguk kaku. Orang tua itu tidak kukenal dan anak-anak kecil ini... Aku juga tidak mengenalnya, tapi bagaimana bisa mereka mengenalku?

Aku memegang balon yang diberikan orang tua itu, namun karena peganganku yang kurang pas, kedua balon itu pun terbang dan kedua anak kecil itu pun menangis.

Aku terdiam dengan keringat dingin di wajah saat melihat orang tua itu memeluk kedua anaknya sambil memandangku sinis. Ekspresinya berubah total dari sebelumnya yang menyapaku dengan ramah.

Aku pun memilih memasuki rumah itu, meninggalkan kedua anak itu dan orang tuanya yang masih menatapku dengan sinis bahkan ketika aku sudah memasuki rumah tersebut.

Di ruang tamu, banyak orang orang asing yang tidak ku kenal. Wajah mereka agak pucat namun mereka memaksakan senyum mereka padaku. Aku pun ikut memaksakan senyumku.

Tiba-tiba kalimat sindiran dilontarkan oleh ibuku sendiri.

Tunggu, bagaimana bisa ada ibuku di sini?

"Kau berulah lagi? Mau sampai kapan kau berulah terus, {Name}!? Kau selalu saja merepotkan banyak orang!" Makinya sambil menunjuk-nunjukku di depan semua orang.

Semua senyum paksa orang-orang asing itu berubah menjadi raut wajah tidak suka. Mereka menatapku tanpa berkedip dengan wajah yang tertekuk. Aku merasa sangat terintimidasi di sana.

Aku memilih untuk keluar dari rumah aneh itu. Namun sesaat sebelum aku keluar, tanah yang kupijak bergetar hebat. Sangat kuat sampai aku tidak bisa berdiri.

Aku meringkuk, menutupi kepalaku dengan tanganku sendiri yang gemetaran. 2 menit kemudian, semuanya hening. Karena merasa aneh, aku pun mengintip lalu perlahan mengubah posisi menjadi duduk.

Aku tidak lagi berada di rumah aneh itu. Sekarang aku ada di... Sebuah pesawat mewah bersama orang orang berjas?

Aku berdiri, memandang orang orang berjas itu. Mereka berdiri tegap, menyimak setiap kalimat yang dikatakan seorang pria di depanku. Sepertinya pria ini pemimpinnya.

Di sebelah kiriku, ada seorang wanita paruh baya sedang duduk di kursi roda. Dari cara pria ini memperlakukannya, sepertinya wanita itu istrinya.

Aku tidak mengerti apapun yang dikatakan pria ini, tapi keadaan di luar pesawat sangat mencekam. Seolah pesawat ini sedang mengudara di cuaca badai atau justru mengudara di tengah peperangan.

Ditengah-tengah pidato si pria, tiba-tiba saja suara gemuruh hebat mendekat dengan cepat, disusul oleh bunyi ledakan yang sangat kuat. Aku segera duduk di kursi terdekat dan memasang sabuk pengaman.

Kepalaku tidak bisa berpikir dengan jernih. Seluruh badanku gemetar. Keringat dingin membasahi wajahku. Pesawat ini baru saja ditembak oleh sesuatu dan alarm peringatan sudah cukup memberitahuku kalau pesawat ini akan jatuh sebentar lagi.

Hening. Hanya ada suara petir yang bergemuruh, disusul rintikan air yang memaksaku untuk membuka mata. Sekarang aku berada di daratan. Seluruh pepohonan di sekelilingku terbakar habis. Tanahnya berwarna hitam dan dihiasi oleh puing puing pesawat.

Dengan tangan yang masih gemetar, aku membuka sabuk pengamanku dan berdiri. Hanya ada pepohonan yang gosong dan puing pesawat sejauh mata memandang, juga tepi pantai jauh di bawah sana. Tidak ada satupun orang orang berjas itu yang selamat. Hanya aku satu-satunya yang ada di sana.

Suara petir itu makin menjadi-jadi. Dengan langkah tertatih-tatih, aku menyusuri jalan tersebut hingga akhirnya sampai di pemukiman warga.

Saat aku mencoba mencari tempat untuk duduk sembari mencerna semua kejadian aneh ini, lagi-lagi terdengar keributan. Suara teriakan orang dimana-mana. Aku membatalkan niatku untuk mencari tempat duduk dan pergi ke sumber keributan.

Terlihat di jalanan yang ramai, orang-orang berlarian ke sana-sini, mencoba menghindari orang-orang yang menggeram dan bertingkah seperti orang gila.

Dengan melihat suasana itu dari kejauhan aku langsung berspekulasi, hanya ada satu momen dimana kegilaan ini terjadi dan momen itu adalah karena serangan Zombie.

Aku mengumpat sebanyak yang aku bisa, lalu berlari cepat menjauhi keramaian itu. Persetan dengan kaki yang sakit akibat jatuh dari pesawat.

Aku paling tidak ingin mati dimakan Zombie.

黒子のバスケ One Shot!! [END]Where stories live. Discover now