12| Diga Kenapa?

1.2K 117 35
                                    

Budayakan vote dan coment setelah membaca.

Alysa menuruni tangga dengan tergesa. Seragam putih abu-abu dengan kemeja yang dikeluarkan dan rambut di atas bahunya yang di gerai tidak beraturan. Alysa tidak perlu penampilannya, berniat duduk di kelas saja itu sudah syukur.

Bunda menggeleng-gelengkan kepala saat melihat Alysa yang turun tangga dengan tergesa, padahal sejak tadi dirinya sudah mengetuk kamar gadis itu berulang kali."Kebiasan deh kamu, makanya kalo di bangunin pagi tu lansung bangun jangan pake 5 menit lagi,"

"Iyaa bun iyaa,"

"Itu sarapan cepetan,"

Alysa memasukkan roti ke mulutnya, sorot mata Alysa menyapu seisi rumah, tapi tidak menemukan Ayah ataupun kakaknya di sekitar rumag."Iya bun, ayah sama kak Nadia udah berangkat?"

"Udah dong, liat tuh udah jam berapa," Ucap bunda menunjuk jam yang sudah di pastikan dirinya akan terlambat.

"Mampus gue,yaudah deh bun sasa sekolah dulu ya takut telat," Ucap Alysa yang lansung berlari ke luar rumahnya setelah meminum susunya.

Alysa menunggu Diga yang sejak tadi tapi laki-laki itu tidak kunjung datang padahal biasanya Diga lebih dulu datang sebelum dirinya keluar dari rumah.

Karena takut terlambat Alysa memutuskan untuk berlari ke depan komplek rumahnya untuk menaiki kendaraan umum karena motornya di pakai bundanya untuk pergi ke toko kue, mengendarai mobil juga pasti akan lama. Dinda yang sudah pasti berangkat dengan Leo dan sekarang sudah terduduk manis dikelas.

🌼🌼🌼🌼

Setelah berdesakkan di dalam angkutan umun, akhirnya Alysa tiba di depan gerbang sekolah. Ternyata dugaannya benar, gerbang sekolah kini sudah tertutup rapat yang artinya pagi ini Alysa terlambat.

Alysa meruntuki dirinya sendiri, andai saja saat bunda memanggilnya tadi dirinya lansung segera bangun."Banyak banget sih azab gue hari ini,"

Mata Alysa menanggkap kehadiran Bu Iren yang tidak jauh dari sana, Bu Iren tengah berkacak pinggang dengan tatapan penuh amarah menyambut murid terlambat. Karena malas harus berhadapan dengan Bu Iren Alysa memilih untuk memanjat pagar belakang sekolahnya, meski itu sangat merepotkan akan lebih baik dari pada harus mendengar ceramah Bu Iren, ditambah lagi pasti guru itu akan melamporkan ke orang tuanya dengan bumbu-bumbu berlebihan.

" Emang gak rugi gue pinter manjat, ada gunanya juga," Ucap Alysa yang baru mendarat di taman belakang sekolahnya.

Alysa memperhatikan sekitar untuk memastikan tak ada orang lain di sekitar sana, setelah di rasa aman Alysa terlebih dulu pergi ke toilet untuk menyimpan tasnya agar tidak ada guru yang tau jika Alysa telat. Setelah selesai dengan urusan tas, Alysa berjalan kembali ke kelasnya.

"Alysa," Panggil seseorang, langkah Alysa reflek terhenti. Gadis itu perlahan membalikkan badannya menemukan seseorang yang memanggilnya tadi, ternyata itu pak Amir.

" Eh ada bapak pak," Ucap Alysa yang berusaha biasa saja.

Pak Amir memicingkan mata curiga, melihat Alysa yang berada di luar kelas saat jam pelajaran sudah di mulai."Dari mana kamu?"

Celaka, Alysa menelan salvianya. Jika pak Amir tau dirinya telat, usaha Alysa sejak tadi akan sia-sia. "Dari toilet pak ,ini mau balik ke kelas,"

Alysa menatap pak Amir cemas, sejak tadi guru olahraga itu tampak menimbang-nimbang jawabannya."Yasudah sana balik ke kelas kamu," mendengar jawaban itu Alysa menghela nafas lega.

Sebelum masuk ke kelas Alysa memastikan jika kelasnya tidak ada guru tapi jika ada mungkin dia lebih memilih pergi ke belakang sekolah dari pada harus di omeli tapi kali ini Alysa beruntung karena kelasnya jam kosong.

AREGA [End]Where stories live. Discover now