20| Hari pertandingan

821 84 27
                                    

Budayakan vote dan coment setelah membaca

Matahari pagi ini tampak berbeda dari biasanya, suasana embun pagi dan perpaduan sinar matahari yang menunjukkan semangat pagi, tentu saja. Ini adalah hari pertandingan Diga.


Alysa terbangun dari tidurnya dan lansung beranjak dari kasur, bersiap untuk pergi ke pertandingan basket Diga di sekolahnya.

"Makannya pelan-pelan sa," Ucap ayah mengingatkan Alysa yang sedang menyantap makanannya seperti orang kelaparan.

" Buru-buru yah," Jawab Alysa yang sudah menghabiskan makannya.

Bunda menatap putrinya dengan geleng-geleng kepala, jika biasanya Alysa sulit di bangunkan tapi ajaibnya gadis itu bangun sendiri pagi ini. "Kamu ini mau kemana sih Sa? Hari minggu bukannya duduk di rumah,"

" Mau ke acara di sekolah Bun" Jawab Alysa yang masih fokus menghabiskan rotinya.

"Kalo acara aja cepet, giliran di bangunin ke sekolah susahnya minta ampun,"

Tidak meneruskan apa yang dikatakan Bunda. Ayah beralih menanyakan pertanyaannya. "Pulang jam berapa?"

"Sore palingan yah," Jawab Alysa.

"Yaudah aku pergi ya ," Ucap Alysa yang lansung berjalan ke luar.

Belum sempat Alysa beranjak dari kursinya, Kanaya menuruni anak tangga dengan masih mengenakan baju tidur, tampaknya gadis itu baru bangun setelah bergadang semalaman mengerjakan tugas.

Kanaya tampak meneliti pakaian Alysa dari ujung kaki hingga kepala. "Mau kemana lo?"

Alysa melirik Kanaya sekilas. "Sekolah," Jawab Alysa sembari menuju rak sepatu dan mengambil sepatunya.

"Pake baju gitu? Kurang cocok kali,"

Lagi-lagi kakaknya tidak berhenti mengomentari cara Alysa berpakaian, menurut Alysa semua orang punya selera berpakaian masing-masing bukan?

"Bukan urusan lo," Setelah mengikat sepatunya Alysa lansung berjalan ke luar rumah.

Setelah berjalan beberapa langkah dari pagar rumahnya, Alysa menemukan Diga yang kini tengah menunggunya dengan menyandarkan tubuhnya di motor.

Langkah Alysa perlahan sampai di samping Diga, bukannya kesal karena menunggu lama. Laki-laki itu justru mengembangkan senyum hangatnya untuk menyambut kehadiran Alysa.

"Tumben lama?"

"Biasa ada sesi tanya jawab dulu," Jawab Alysa yang di angguki Diga karena mengerti jika Alysa keluar pasti ayah atau bundanya akan bertanya panjang lebar tentang mau pergi kemana, untuk apa, dengan siapa, kapan pulangnya.

"Yaudah yuk jalan," Ucap Alysa yang di angguki Diga yang lansung memacu motornya menuju ke sekolah.

Saat tiba di pekarangan sekolah Alysa langsung turun dari motor Diga. Sorot mata Alysa tertuju pada Diga yang kini tampak mengontrol nafasnya, tampak layaknya seseorang yang tengah gugup.

"Nervous, hm?"

Diga menoleh ke Alysa, tersenyum kikuk dan mengangguk. Jujur saja, kini pikiran Diga berfikir entah kemana, disatu sisi dirinya takut jika tidak bisa melakukan yang terbaik, satu sisi Diga juga takut jika hari ini tidak bisa menang.

Alysa berpindah posisi di hadapan Diga. Memegang bahu laki-laki itu, menepuknya dua kali. Menyalurkan semangat yang dimilikinya. "Apapun hasilnya hari ini, kamu pasti bisa, kamu pasti luar biasa,"

AREGA [End]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant