49| Alasan putus

669 34 1
                                    

Budayakan vote dan coment setelah membaca.

Alana dan Nadila kini tengah menatap tajam siswi di hadapannya. Siswi tersebut menatap Alana dan Nadila tidak kalah tajam, memutar-mutar ujung rambut sembari membalas sorotan tajam Alama dan Nadila.

"Jadi lo yang ngebocorin ke Bu Iren?" Tanya Alana membuka pembicaraan

Sandra tekekeh remeh mendengar pertanyaan Alana. "Iyaa, kenapa? Gak terima?"

"Jadi ceritanya lo kacung yang gak bayar?" Tanya Alana mengeluarkan smirknya.

Senyum dibibir Sandra seketika berganti dengan raut kesal. "Jaga mulut lo ya,"

"Lo semua takutkan gue bongkar kelakuan temen lo yang jalang itu?" Tanya Sandra.

"Apa lo bilang? Lo ngaca gak sih kalo ngatain orang hah?" Tanya Alana kembali.

"Kita semua punya bukti kalo Neysya gak berbuat apapun, Bu Iren juga udah liat. Saran gue, lain kali kalo ngelakuin apapun itu di pikir dulu pake otak, soalnya kalo salah jadi fitnah di tambah malu juga sih," Jelas Nadila. Setelah mengucapkan kalimat tersebut mereka berdua berjalan keluar dari toilet, meninggalkan Sandra sendiri di sana.

***

Suasana kantin kini sepi, karena memang masih jam pelajaran, tidak ada seorang pun di sana kecuali mereka berempat yang kini tengah melancarkan aksi cabutnya dengan mengisi perut.

Dinda mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin, melihat Leo melambaikan tangannya, mengkode untuk bergabung bersama di satu meja.

"Duduk bareng mereka aja Al," Ajak Dinda.

Alysa menatap ragu meja yang diduduki dua orang siswa itu. "Udah santai, ada gue," Alysa hanya mengangguk dan menurut mengikuti langkah Alysa.

"Eh ada mantan," Sapa Dinda yang bertos ria bersama Leo.

"Apa kabar mantan?" Tanya Leo, basa-basi.

"Baik tan," Jawab Dinda santai.

Asep menatap aneh dua insan yang sejak tadi asik sendiri. "Tan apaan? Setan?" Tanya Asep asal.

"Itu mah lo," Timpal Alysa asal.

"Gimana tu si Gavin? Aman?" Tanya Leo.

Dinda mengangguk mengiyakan. "Aman, udah beres kok masalahnya,"

"Lagian tu ada-ada aja si Gavin masa ngebawa cewe ke hotel," Kekeh Leo.

"Udah sok romantis malah ketauan," mereka berdua menertawakan kelakukan sahabatnya tersebut.

"Tapi dulu lo sama Diga juga lucu, orang pada bilang sosweet segala padahal mereka gak tau aja kalo itu cuma tantangan doang ya," Asep kembali tertawa dengan terbahak-bahak, sedangkan Alysa seketika menghentikan pergerakannya, mencoba mencerna setiap kata yang di keluarkan dua manusia di depannya ini. Apa kata mereka? Tantangan?

Dinda menatap sekilas ke arah Alysa yang tampak diam beberapa saat dan kembali menyantap makanan di hadapannya dengan santai, Dinda mengerutkan keningnya heran, apa Alysa tidak mendengar atau pura-pura menulikan pendengarannya?.

Alysa menyelesaikan makanan di depannya dengan tergesa-gesa."Din ini kata Neysya pak herman nyariin kita,"

Dinda yang peka dengan kode Alysa, lansung mensetujuinya. "Yaudah yuk balik,"

"Kita duluan ya guys," Pamit Dinda yang diangguki Leo dan Assp.

Alysa mencoba mati-matian menahan bendungan air matanya yang mungkin lagi akan pecah sebentar lagi. Akhirnya Alysa tau kenapa cerita mereka harus selesai, karena memang sejak awal tidak ada yang benar-benar di mulai.

AREGA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang