44| Tuduhan Palsu

527 33 4
                                    

Budayakan vote dan coment setelah membaca.

Kringgggg.......

Suara alarm menggelegar di seluruh penjuru kamar membuat Alysa terusik dari tidurnya.

Alysa membuka pelan kedua matanya, menyesuaikan dengan cahaya matahari yang masuk ke retinanya melalui celah jendela.

Alysa meraba jam di sampingnya. "Jam berapa sih emang? Ganggu aja gue tidur," Alysa membelalakkan matanya saat melihat jam, waktunya hanya 20 menit hingga gerbang di tutup.

Lansung saja Alysa menyambar handuk ,mencepol rambutnya asal dan mandi dengan kecepatan kilat hingga memakai seragam.

Dengan tergesa Alysa menuruni tangga sambil membenarkan seragamnya yang tadi di pakai asal.

"Sarapan dulu sa," Alysa hanya melirik sekilas Bunda dan Ayahnya yang sedang sarapan.

"Nanti aja bun," Ucap Alysa yang masih setia mengikat tali sepatunya.

"Nanti kapan?"

Hubungan Alysa dan kedua orang tuanya memang merenggang semenjak kedua orang tuanya tidak mengizinkan dirinya untuk ke bali. Alysa tau kedua orang tuanya mengkhawatirkannya tapi Alysa juga punya keinginan untuk mewujudkan mimpinya.

Alysa bingung harus bagaimana, satu sisi dirinya kecewa, kesal, sedih marah, semua bercampur aduk, membuat dirinya hanya bisa diam menahan perihnya. Bukan dirinya kurang ajar, Alysa hanya punya diam untuk bentuk kecewanya.

Alysa lansung menyambar kunci motor di sampingnya. "Di sekolah aja"

Alysa mengendarai motor layaknya orang kesetanan, mengendarai motornya di atas kecepatan rata-rata bak pembalap handal, berharap gerbang sekolah belum ditutup.

Bahu Alysa merosot, melihat gerbang sekolah sudah tertutup rapat di hadapannya kini. Tapi Alysa tidak kehabisan cara, memutar motornya kebelakang sekolah, iyaa Alysa berniat memanjat tembok belakang.

Alysa bersorak kemenangan saat sebentar lagi dirinya akan menapaki tanah di bawahnya, dan masuk kelas seperti biasa rencananya.

Buk Iren berkacak pinggang melihat Alysa yang kini tengah menuruni tembok yang tadi di panjatnya.

"Alysa!!," Suara yang menghentikan pergerakannya saat mendengar suara Buk Iren, baru saja dirinya merasa Aman.

Alysa merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ada Bu Iren yang memergokinya. "Kenapa masih berdiri, sini kamu,"

Alysa berjalan menunduk ke arah Bu Iren. "Kamu kira saya bisa kamu bodohin?"

"Siapa yang bilang gitu buk?" Bu Iren melebarkan matanya mendengar pertanyaan Alysa, kembali Alysa menutup rapat mulutnya dan menunduk kebawah.

"Ke lapangan hormat tiang bendera hingga jam isrirahat. Sekarang juga," Alysa menganga mendengar keputusan Bu Iren.

"Tunggu apa lagi, ayo ke lapangan sekarang," Alysa mengangguk lesu menuju ke lapangan.

Alysa mendongakkan kepalanya, hormat ke arah tiang bendera dengan matahari yang hari ini sedang tidak bersahabat, bersama Diga kini berdiri di sebelahnya, sejak tadi keduanya hanya fokus menghormat tiang tanpa ada percakapan sepatah katapun.

Diga sedang mengecek siapa yang telat tadi pagi di rooftop tapi dirinya dituduh cabut, karena bu Iren tidak mendengar penjelasan apapun membuatnya berakhir disini. Entah kenapa keduanya kebetulan bisa di hukum dalam waktu bersamaan.

Alysa menyipitkan matanya layaknya bulan sabit karena matahari yang begitu terik membuatnya bahkan sulit membuka matanya.

Diga melepaskan topi di kepalanya, menyodorkannya ke Alysa. "Nih, topi gue. Pake aja," Alysa hanya menatap ragu ke arah topi tersebut.

AREGA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang