25| Celaka

668 50 28
                                    

Budayakan vote dan coment setelah membaca.

Diga kini lengkap dengan jaket kebanggan Devigos dengan lambang elang di dada kirinya, berdiri di hadapan lima orang yang tadi sengaja menghentikannya, Diga menatap lima orang laki-laki di hadapannya kini dengan tatapan tajam.

"Mau apa lo?" Tanya Diga dengan rahang yang sudah mengetat.

"Banyak bacot lo, cuma sendiri, masih berani lo ngomong?" Tanya Zidan.

"Gue bukan banci yang sukanya keroyokan kaya lo," Ucap Diga.

"Bacot," Ucap Zidan yang meludah ke arah sepatu Diga.

"Otak kosong, akhlak kosong, emang gak berguna kehidupan lo ternyata" Ucap Diga.

Zidan yang kepanasan dengan omongan Diga lansung menghajar Diga tapi Diga kembali berhasil membalas tonjokan Zidan di susul dengan empat orang lainnya.

Keempat laki-laki itu menghajar Diga tanpa memberi jeda, mulai dari rahangnya yang kini memar karena di hantam berulang kali, Diga sudah tidak sanggup.

Diga yang mulai lelah karena kalah jumlah ,mereka juga yang tak kunjung bisa di lumpuhkan karena Diga hanya seorang diri hingga akhirnya mereka secara bergiliran menghajar Diga tanpa ampun yang kini mulai terkapar lemah, Zidan tersenyum kemenangan sembari menendang perut Diga yang kini bahkan sudah tak berdaya.

"Lemah lo," Ucap Zidan yang di balas jari tengah oleh Diga, Zidan kembali menginjak perut Diga kembali.

Ternyata nasib baik masih berpihak di dirinya, sayup-sayup Diga mendengar suara beberapa teman-temannya yang lain datang dan lansung menghabisi mereka satu persatu.

"Lo apain temen gue anjing," Ucap Leo yang lansung menghajar Zidan.

Leo yang lansung menghajar semua yang menghadang jalannya menuju ke arah Diga dengan membabi buta.

"Ga, Digaa," Panggil Leo yang mulai menggoyangkan badan Diga yang kini bahkan tak sanggup berkata apapun.

Merasa tidak ada pergerakan dari Diga , Rakha lansung memanggil yang lainnya untuk mengangkat Diga ke mobil dan segera ke rumah sakit.

Di perjalanan ke rumah sakit Diga mulai membuka membuka kedua matanya yang membuat semua beralih menatapnya.

"Masih idup kan lo ga?" Tanya Asep yang lansung mengarahkan tangannya ke depan hidung Diga untuk memastikan Diga masih bernafas.

"Sialan lo," Ucap Diga yang mulai mendudukkan dirinya.

"Mau kemana?" Tanya Diga.

"Alam baka, ya rumah sakit," Jawab Asep.

"Kok kalian tau gue di situ?" Tanya Diga heran.

"Ya kan cafe janjian kita lewat situ kalo dari base camp," Jawab Gavin.

"Terus kok pada pergi samaan? Satu mobil lagi," Tanya Diga heran.

"Kalo kita jalan kaki ntar dikirain lagi syuting si Unyil," Jawab Asep asal.

"Motor gue mana?" Tanya Diga.

"Gue suruh yang lain bawa ke base camp," Jawab Asep.

"Kok bisa sih lo ketemu dia? Kenapa gak lansung nelfon kita cobak?" Tanya Gavin bertubi-tubi.

"Ya mana mungkin gue lagi di gebukin nelfon lo gila," Jawab Diga yang lansung merebahkan dirinya di sandaran.

"Ya tapi kan-"

"Banyak nanyak lo," Ucap Diga yang lansung menuntup mulut Gavin

Sesampai di rumah sakit dan lansung menjalani pengobatan dengan perban di daerah perutnya dan tiga plaster yang kini memenuhi wajahnya.

AREGA [End]Where stories live. Discover now