41| Tradisi Sekolah

705 48 5
                                    

Budayakan vote dan coment setelah membaca.

5 bulan sebelum kelulusan...

Hanya menunggu 3 bulan lagi hingga hari kelulusan bagi kelas 12, membuat mereka semua mati-matian belajar, memutar otak untuk tes masuk perguruan tinggi nantinya, belum lagi bagi mereka yang akan melanjutkan pendidikan ke luar negeri, tentu tesnya akan semakin berat.

Asep menatap jengah papan tulis yang bertuliskan angka-angka. "Otak gue kayaknya udah ngebul deh,"

Leo terkekeh dengan ucapan Asep. "Sate kali tu otak," Monoyor pelan kepala Asep.

Asep menatap Rakha yang sejak tadi begitu tenang dengan pulpennya."Rakh, bagi gue dong," Ucap Asep.

Rakha hanya melirik sekilas. "Cari sendiri,"

"Kalo gue bisa ngapain gue minta ke lo,"

"Kenapa?" Kening Asep berkerut, bingung maksud dari pertanyaan Rakha.

Asep menggaruk tengkuknya bingung. "Kenapa apaan sih?"

"Kenapa gak bisa?"

"Karena gue bego," Jawab Asep. Rakha menatapnya masih dengan tanpa eskpresi dan kembali melanjutkan kegiatannya.

Asep lansung melirik ke belakang, menemukan Diga yang kini bersantai ria dengan seluruh soal yang ada di bukunya terjawab semua.

Tanpa meminta persetujuan sang pemilik, Asep lansung menarik buku milik Diga.

"Perhatian kepada seluruh siswa dan siswi kelas 12 harap berkumpul di aula sekarang juga," Ucap seseorang di balik sumber informasi.

Asep melebarkan bola matanya, bersorak gembira karena akhirnya bisa terlepas dari pelajaran di depannya.

Semua bersorak gembira saat keluar dari kelas karena akhirnya mereka bisa menghirup udara segar.

"Jadi, mengingat hari kelulusan kalian sudah dekat, sesuai dengan tradisi sekolah kita, besok angkatan kalian akan memimpin upacara bendera untuk terakhir kalinya,"

Raut sedih jelas terpancar di wajah mereka semua, lebih kurang sudah tiga tahun mereka menuntut ilmu, bertemu teman baru. Setiap pagi mereka bangun untuk pergi ke sekolah yang seolah sudah menjadi rumah kedua untuk mereka.

"Yahh, nanti kita pisah dong," Ucap Nadila yang diangguki mereka dengan raut sedih.

"Untuk pemimpin upacara adalag Diga selaku ketuaa osis," Ucap Pak amir yang diangguki Diga. Tanpa terasa masa jabatan Diga sebentar lagi akan selesai, Diga lega dirinya akhirnya bisa lepas dari tanggung jawabnya dan bisa belajar dengan tenang.

"Untuk penggeret pendera," Ucap Pak Amir sembari melihat ke kiri dan ke kanannya.

"Yang dulu anggota paskibra siapa di sini?" Semua mantan anggota paskibraka mengangkat tangannya.

"Galang,kamu boleh berdiri?" Tanya pak Amir yang di angguki Galang.

"Oke kamu dan,"

"Nahhh, Rakha coba kamu berdiri," Ucap Pak Amir yang membuat Rakha berdiri.

"Nahh kalian berdua udah cocok nih,"

"Cocok jadi apaan pak?" Tanya Gilang yang mendapat tatapan tajam dari Rakha.

"Bercanda bro, tegang amat hidup lo," Ucap Galang bercanda, pak Amir hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan keduanya.

"Nah sekarang yang membawa baki bendera," Ucap Pak Amir sembari melirik ke kiri dan kanan.

"Saya aja pak," Ucap Olive menawarkan dirinya.

"Kamu?" Tanya Pak Amir yang di angguki Olive.

Pak Amir mengangguk setuju. "Okey,"

AREGA [End]Where stories live. Discover now