01| Di hukum

6.1K 513 238
                                    

Budayakan vote dan comet setelah membaca

Seorang siswa dengan penampilan, kancingnya terbuka memperlihatkan kaus dalamnya, rambut yang dibiarkan berantakan, penampilannya jauh dari kata anak sekolahan seharusnya, Diga yang baru sampai di parkiran bersama motor hitamnya melempar tersenyum tipisnya pada mereka dan bergabung bersama temannya yang lain.

"Tumben gak telat lo? TanyaLeo , sembari bertos ria bersama ala mereka.

Diga punya empat sahabat terdekatnya lebih tepatnya grup inti Devigos berisikian empat orang sahabatnya yang dipimpin dirinya.

Leo Putra pratama, dalam menyusun rencana dan menaklukkan hati wanita dia ahlinya,juga sahabat Diga sejak bangku sekolah dasar.

Seftian Adiwitama yang mungkin lebih akrab disapa Asep ,si oon paling menyebalkan di antara anak Devigos yang lainnya.

Gavino Sanjaya atau Gavin , paling dewasa dalam menghadapi masalah dan selalu menjadi penenang untuk mereka saat dalam masalah.

Rakha Wijaya, lelaki berhati es yang hanya menjawab seperlunya saja ,dan yang terakhir si ketua Devigos.

Arega Diga Dewantara, aneh,menyebalkan, juga sisi iblis semua menyatu dalam dirinya.

Gavin melirik jam tangannya, 5 menit lagi gerbang sekolah akan di tutup dan guru akan masuk ke kelas, jika mereka terus berdiri disini bisa di pastikan guru bk akan mencabik-cabik mereka. "Cabut lah bentar lagi bel nih." Semua mengangguk sembari berjalan meninggalkan parkiran.

Berbeda dengan gadis yang sedang berlari dengan heboh tanpa memperhatikan sekitarnya, karena belum mengerjakan prnya hingga menabrak segerombol laki - laki yang sedang berjalan di koridor.

"Aduhhhhhhhh pantat guee kejedot lantai," Teriak gadis tersebut , dia Alysa.

Berbeda dengan Alysa yang kini terduduk di lantai, justru seseorang yang di tabraknya masih kokoh berdiri. "Makanya jalan tuh mata di depan jangan lo sembunyiin di dengkul lo,"

Alysa memejamkan matanya untuk manahan emosi yang sebentar lagi akan meledak. Tapi gagal, setiap melihat tampang songong laki-laki di hadapannya kini, Alysa selalu kehilangan kendali. "Heh tukang cabe, lo tu bisa gak sih sehari ajaa gak gangguin hidup gue," Teriak Alysa sambil berusaha untuk bangun.

Gadis itu menabrakannya yang tengah berjalan, tapi kini memakinya. Itu sangat menyebalkan dimata Diga. "Yang ada noh lo yang lari-lari kayak monyet kesurupan,"

Mendengar apa yang dikatakan Diga, Alysa tampak menganga. "Kok lo malah ngatain gue monyet?" Ucap Alysa tak terima setelah berhasil bangun dari lantai.

"Apa lagi cobak kalo bukan monyet yang lari-lari gak jelas kaya lo,"

" Ya salah lo lah , jalan tu jangan di borong sama lo semua jadi kan gue nabrak,"

Tidak ada yang berani memisangkan mereka, keduanya tampak macan yang sedang kelaparan kini. Yang bisa dilakukan hanya memperhatikan hingga perdebatan itu selesai.

" Emang lo gak punya mata?" Tanya Diga.

Bukan menjawab, Alysa kembali menantang Diga. Mengacakkan pinggangnya, maju selangkah lebih dekat."Urusan lo gitu kalo gue punya mata atau gak?"

"Ya iyalah, gara- gara lo udah nabrak kita,"

Itu memang benar, salah Alysa karena tidak melihat kesekitar saat berlari, tapi mengalah dengan dia adalah hal mustahil di hidup Alysa."Kan gue udah bilang lo sama temen-temen lo ngeborong jalan,"

" Ya emang lo gak punya mulut buat bilang permisi gitu?"

"Kan gue buru-buru jadi gak sempet buat bilang permisi,"

AREGA [End]Where stories live. Discover now