50| Curiga

409 21 0
                                    

Budayakan vote dan coment setelah membaca.

Ketiganya menatap dari balik pintu, seorang pria berumur sekitar 30 tahun terbaring tidak sadarkan diri. berbagai alat terhubung ketubuhnya untuk bertahan hiddup.

"Gimana kondisinya sekarang?" Tanya Anton.

"Udah baik, tapi kepalanya aja yang kebentur kemarin," Jawab Diga.

"Gue boleh masuk?,"

Diga mengangguk mengiyakan."Yaa of course,"

Anton berjalan mendekatkan dirinya ke bankar diikuti dengan Diga dan Gavin.
"Keluarganya tau?"

"Gue udah cari informasi tapi gak ada satupun keluarganya yang terdeteksi," Anton mengangguk paham.

"Identitasnya?" Tanya Anton kembali.

Diga menggelengkan kepalanya pelan. "Enggak terdata" Jawab Diga Singkat

Anton lansung menatap terkejut ke arah Diga."Kok bisa?"

"Itu juga buat kita bingung,"

Anton mengangguk paham."Kenapa dia belum sadar?"

"Obat penenang," Jawab Diga singkat.

Anton mengerutkan keningnya memperlihat raut bingung. "Dia bisu sekaligus pecandu, " Tambah Diga yang paham dengan raut bingung milik Anton.

"Gue mau dia dalam keadaan sadar besok," Diga mengangguk paham.

"Buat apaan?" Tanya Gavin bingung.

"Ada yang perlu gue tanyain ke orang ini,"

Gavin semakin menyerngitkan keningnya. "Lo mau nanyain pecandu?" Anton mengangguk menjawab pertanyaan Gavin tadi.

Anton menepuk bahu Diga pelan. "Gue balik dulu," Gavin dan Diga mengangguk mengiyakan.

"Lo juga balik, di depan kan ada yang jaga," Diga kembali mengangguk paham.

Gavin mengecek notifikasi di handphonenya. "Ga, anak-anak ajak kumpul di basecamp," Diga kembali mengangguk dan bangkit dari kursi diikuti Gavin.

Gavin dan Diga masuk dari pintu secara bersamaan, mengundang perhatian dari seluruh mata di sana.

"Dari mana aja lo pada?" Tanya Asep heran.

"Rumah lah," Jawab Diga cuek.

"Kok bisa bareng?" Tanya Asep yang belum merasa puas dengan jawaban Diga.

"Yaa ketemu di depan" Jawab Gavin bohong. Semuanya hanya mengangguk paham.

"Emang kenapa sih?" Tanya Gavin aneh dengan pertanyaan yang di keluarkan Asep. Asep hanya membalas dengan mengendikkan bahunya.

Diga mulai merasakan hawa panas yang membuatnya mulai bercururan keringat. "Kenapa panas banget? Kebanyakan dosa ya lo pada?" Tanyanya dengan mengibaskan tangannya berharap bisa mendinginkan dirinya.

"Sauna gratis kita," Jawab Leo enteng.

Gavin membelalakkan matanya mengira apa yang dikatakan Leo benar. "Sumpah?"

"Enggak bego, Acnya rusak," Tunjuk Asep ke arah Ac yang kini hidup tapi tidak mengeluarkan udara dingin.

"Lo apain Acnya sep?" Tanya Gavin menatap ke arah Ac tersebut.

"Gue mandiin, puas lo?" Jawab Asep kesal.

"Panas banget parah," Leo terus mengipas dirinya sejak tadi.

"Gak kuat deh gue," Leo membuka bajunya hingga bertelanjang dada memperlihat otot perutnya yang tampak kotak-kotak.

"Istigfar neng, aurat," Ucap Asep seolah memberi nasehat ala ibu-ibu.

AREGA [End]Where stories live. Discover now