45| Serangan Ralax

490 29 2
                                    

Budayakan vote dan coment setelah membaca.

Pring!!!

Suara sebuah kaca tampak pecah , membuat semua perhatian teralihkan ke jendela yang kini berlubang.

Semuanya tampak terdiam, melirik keluar, berusaha mencari sumbernya.

"Aw," kembali lagi satu batu memecahkan kaca, tepat mengenai kepala Leo.

Di susul dengan batu lainnya yang menghujam kearah mereka, memecahkan kaca-kaca yang ada dalam ruangan tersebut.

"Semuanya! Tiarap!!" Seru Leo.

Semua yang ada di ruangan tersebut menunduk ke bawah, merangkak mencari senjata atau tempat yang aman.

Diga mengepalkan tangannya, tau betul siapa di balik semua ini. "Ralax, bajingan," Umpat Diga.

"Mau sampe kapan tiarap gini anjir, keburu roboh ni rumah," Ucap Leo heboh.

Diga melirik ke kiri dan ke kanannya untuk mencari senjata melawan balik. "Sabar gue lagi mikir,"

Gavin melirik sebuah ruangan, sebuah ide muncul di kepalanya.

Gavin merangkak perlahan menuju sebuah ruangan tersebut, berisikan peralatan baseball dan golf. Memang Gavin selalu bisa di andalkan disaat seperti ini.

"Yang pake helm ikut gue keluar, yang enggak tetap stay di dalam," Perintah Diga diangguki mereka semua.

Saat pintu terbuka, mata tajamnya lansung menyisir lawan di hadapannya, tanpa ampun Diga menghajar semua yang menghalangi langkahnya bak kesetanan. Diga masih bisa mengampuni mereka jika hanya mencari keributan di jalan tapi tidak lagi sekarang karena mereka berani mencari keributan di sini, di basecamp yang sudah mereka anggap sebagai rumah sendiri.

Tanpa memandang apapun bagian tubuhnya, Diga lansung melayangkan tongkat baseballnya, membuat semua yang di hadapannya tumbang.

Langkahnya sampai di hadapan Zidan, menatapnya sinis. Dadanya bahkan bergemuruh menahan emosi yang kini sudah ada di ujung kepala.

Diga membuka helm yang ada di kepalanya,melemparnya asal. "Lo nyadar gak sih kelakuan lo kaya bocah?" Zidan tersenyum sinis.

Zidan maju selangkah lebih dekat ke hadapan Diga. "Lo nanya? Tapi lupa ngaca?"

"Mending lo balik deh, cuci muka, sikat gigi terus tidur. Liat di sekeliling lo, kalian udah kalah jumlah,"

Zidan menaikkan satu alisnya, menatap remeh kearah Diga. "Enggak, sebelum gue habisin lo," Zidan lansung melayangkan tumbukannya, beruntung Diga dengan cepat menghindarinya.

Akhirnya emosi Diga tidak dapat lagi di bendung, lansung membalas menghajar Zidan dengan melemparkan tumbukan yang tepat mengenai rahangnya hingga bibirnya tersobek. Diga yang kini sudah di tutupi dengan kabut emosi bahkan tidak mendengar lagi seruan dari sahabatnya menyuruhnya berhenti.

Zidan berhasil kembali membuat Diga emosi setiap memulai percakapan dengannya.

Semua tampak diam, Diga memandang sekitarnya yang kini tampak hancur tidak beraturan.

Leo menyilangkan tangannya. "Yang kaya gini mau lo ajak damai Ga?" Diga hanya terdiam seribu bahasa.

"Lo mau kita damai? Gak sudi gue," Desis Leo.

"Damai bukan berarti kita lemah yo," Ucap Gavin jengah karena pasti akan ada perdebatan kembali di antara mereka.

"Terus apa vin? Kita yang bahkan gak ngelakuin apapun aja gini kan hasilnya, setuju atau gak gue mau kita balas dendam," Tuntut Asep.

AREGA [End]Where stories live. Discover now